Miracle Met You 1

1558 Words
Percayakah kalian akan sebuah cerita tentang orang yang telah tiada maka mereka akan pergi menyeberang dan mereka yang telah berhasil menyeberang akan menjadi sebuah bintang yang bersinar terang di langit malam? Jika iya, berarti kalian memiliki pikiran yang sama dengan cowok bernama Elden Archilles. Elden panggilannya, seorang cowok remaja yang tengah duduk disalah satu bangku Sekolah Menengah Atas kelas XI. Elden memang dianugerahi oleh Tuhan memiliki sebuah kelebihan yang tak biasa, bahkan sangat langka.Dia Elden, cowok remaja biasa yang memiliki kelebihan dapat mencium aroma mereka. Mereka? Apa kalian tahu apa maksud mereka dari kata mereka yang saya sebutkan tadi? Jika kalian tidak tahu, maka saya akan menjelaskannya. Mereka yang dimaksud adalah para jiwa-jiwa yang tersesat. Jiwa yang tersesat karena mereka tidak dapat menyelesaikan urusan mereka di dunia ini.Dan Elden adalah tipikal orang yang menjauhi semua itu. Bukan, bukan karena Elden takut pada mereka. Hanya saja Elden tidak ingin terlibat ke dalam masalah mereka, masalah yang bukan berasal dari dunianya. Tapi suatu hal membuat Elden melanggar prinsipnya untuk tidak berhubungan dengan mereka. Ini kisah Elden, Elden yang berjuang membantu satu arwah tersesat. Bertemu dan menghabiskan waktu bersama dia membuat Elden merubah sedikit pandangannya terhadap mereka yang bukan berasal dari dunianya.Dan di sinilah semuanya berawal. Kisah Elden si cowok bermulut cabe yang harus sabar menghadapi dia yang tak kasat mata. Dia yang dengan segala tingkah konyol dan menyebalkan di mata Elden.Membantu dia menyeberang merupakan tugas terindah bagi Elden, sebab ia dapat mengenal dia walaupun Elden tidak pernah melihat wajah dia selama mereka mengenal. *** Minggu, 16 Juni 2015 19.30 p.m Seorang gadis remaja tengah berjalan di sebuah jalan yang sudah sangat sepi mengingat kini langit sudah mulai menggelap, sedari tadi ia mengumpati dirinya yang ceroboh karena ia mendadak lupa membeli peralatan sekolahnya sebab ia besok akan melaksanakan Ujian Nasionalnya di sekolah. Suasana di jalan saat itu sangatlah sepi, ditambah lagi dengan hawa dingin malam yang mulai menusuk kulitnya sekarang. Suara-suara aneh juga mulai ia dengar dari semak-semak, rasa takut mulai mendera diri gadis itu. Dengan langkah lebar, gadis itu berjalan cepat di jalan sepi yang itu. Mata gadis itu memicing, saat melihat sesuatu yang berkilau di depan sana. Sebuah kendaraan beroda empat melaju dengan kecepatan yang tinggi dan berjalan tak tentu arah dan ya ampun! Kendaraan itu sedang melaju menuju ke arahnya! Firasat buruk kini melanda diri gadis itu. Gadis itu berusaha keras menepis pikiran buruk yang bersarang di kepalanya dan mencoba tak menghiraukan kendaraan yang berjalan dengan laju aneh itu dan segera gadis itu berjalan lebih menepi di pinggir jalan, takut-takut mobil itu hilang kendali dan akan menabrak dirinya. Karena fokus melihat kendaraan itu gadis remaja itu jadi tidak memperhatikan jalan di depan, kaki gadis itu tersandung dan tubuhnya jatuh terjerembab ke aspal. Gadis itu mengerang kesakitan, ia merasa lengannya tergores oleh aspal. Dan rasanya sangat perih, mungkin ada sedikit luka di lengannya. Kepala gadis itu terangkat saat sinar putih menerpa wajahnya. Mata gadis itu melotot lebar melihat sesuatu yang menghampirinya. 'BRUKK!' "AAAAAKHH!" Mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi tadi menghantam tubuh gadis itu dan membuat tubuh gadis remaja itu terlempar 5 meter ke depan dan tasnya terlempar sangat jauh dari posisi gadis itu, bahkan isi tas ransel gadis itu berceceran di jalan. Gadis itu mengerang keras merasakan sakit yang luar biasa pada tubuhnya, ia merasa kepalanya berdenyut-denyut dengan kuat dan tubuhnya terasa sakit semua. Tidak kuat menahan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya, mata gadis itu perlahan meredup, dan akhirnya kegelapanlah yang menjemput gadis itu. Sebelum kegelapan datang, gadis itu mengerang sakit sambil bergumam. "Ayah, Ibu, tolong Vally." Mobil yang menabrak tubuh gadis remaja tadi pun dengan cepat memutar arah dan meninggalkan gadis itu sendirian dengan darah yang berserakan di aspal. Dengan teganya sang pengendara pergi meninggalkan gadis itu dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. *** Suasana jalan yang tadinya sepi kini mendadak ramai, banyak orang-orang yang datang ke jalan raya untuk melihat suatu kecelakaan yang baru saja terjadi sekitar tiga puluh menit yang lalu. Orang-orang itu tengah mengelilingi satu korban dari kecelakaan na'as itu, diduga korban ditabrak oleh sebuah mobil yang langsung kabur begitu saja meninggalkan korban yang terluka parah di jalan. Darah segar tampak membasahi wajah seorang gadis remaja yang menjadi korban dalam insiden kecelakaan itu, tidak hanya tubuh gadis itu yang bersimbah darah, tetapi aspal jalan pun telah berubah warna menjadi merah. Seorang pria paruh baya mencoba mengambil ponsel gadis yang menjadi korban itu, semua barang yang ada di tas gadis itu berceceran. Pria paruh baya itu mencari kontak yang memungkinkan adanya nomor ponsel orangtua gadis malang itu. Ibu. Melihat nama kontak itu, pria paruh baya tadi langsung menekan tombol hijau, dan berbicara pada lawan bicara di seberang tentang kondisi gadis remaja yang tergeletak bersimbah darah di depannya. Tut... Panggilan terputus, pria paruh baya tadi meletakkan kembali ponsel sang gadis dan berseru pada orang-orang yang melihat kejadian ini. "Apa kalian sudah menelepon ambulans?" tanyanya pada orang-orang disekitar. Seorang wanita berumur tigapuluh-an membalas. "Saya sudah coba telepon, dan dalam sepuluh menit mereka akan sampai." Pria paruh baya itu mengangguk dan meninggalkan kerumunan yang ramai itu. Sekitar sepuluh menit kemudian serine ambulans terdengar, orang-orang yang mengerumuni gadis tadi pun mundur teratur saat ambulans sudah tiba dan para petugasnya keluar. "Valerie!!!" Teriak seorang wanita paruh baya, ia dengan cepat menghampiri dan menerobos kerumunan. Hati wanita itu hancur ketika melihat tubuh putri kesayangannya tergeletak di jalan dengan tubuh yang penuh dengan darah, barang-barang seperti tas dan buku putrinya berserakan di jalan. Kedua orangtua gadis itu menangis histeris melihat keadaan anak mereka yang mengenaskan, dengan cepat Ayah sang gadis mengakat tubuh anaknya untuk membantu petugas ambulans yang ingin membopong tubuh sang anak. Setelah gadis itu masuk ambulans, ambulans pun berjalan dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang sepi. Tidak lama mereka akhirnya sampai di rumah sakit, gadis malang itu langsung masuk ke ruang UGD, para tim medis pun bergegas memeriksa keadaan gadis remaja itu. Kedua orangtua gadis itu hanya bisa menunggu diluar seraya berdoa kepada tuhan semoga putri mereka baik-baik saja. "Detak jantung nya berhenti, dok," ujar salah satu perawat yang berada di dalam UGD itu. "Ambil Defibrilator," titah sang dokter. Perawat itu mengangguk dan mengambil alat yang diminta sang dokter. "100 joule!" seru Dokter itu pada perawat yang membantunya. Perawat itu mengatur alat itu menjadi 100 joule. "100 siap!" Sang dokter pun menekan d**a gadis itu menggunakan alat itu. "Tidak ada perubahan, dok," ujar perawat lainnya yang melihat lewat monitor yang berada di samping bangkar dan di hubungkan dengan tubuh gadis itu. "Tambah jadi 200 joule!" Perawat yang bertugas mengatur alat tadi pun mengangguk. "Tetap tidak bisa, dok," lirih salah satu perawat yang lain, monitor yang di depan perawat itu menunjukkan garis lurus yang panjang. Dokter itu menghembuskan napasnya berat, dia kehilangan pasiennya lagi untuk ke dua kalinya untuk hari ini. Dokter itu melirik jam yang ada di ruang UGD ini. "Waktu kematian pasien, hari Minggu tanggal 16 Juni 2015 pukul 21.00," ujar sang dokter. Dokter menyuruh para perawat melepaskan Alat-alat yang ada di tubuh gadis itu sementara itu sang dokter berjalan ke pintu UGD dan keluar. "Bagaimana keadaan putri saya, dok?" tanya Ayah gadis malang tersebut, tampak sekali raut wajah yang sudah menua itu cemas bercampur khawatir. Dokter itu mengujarkan kata maaf dan bersalah. "Maafkan kami, pasien tidak tertolong. Turut berduka cita, Pak." Tangis wanita paruh baya yang pastinya ibu dari sang gadis tadi pun pecah. Ibu gadis malang itu menangis histeris mendengar kepergian putri mereka, baru saja beberapa saat lalu mereka melihat senyum kecil sang putri ketika mereka masih berada di rumah, namun dalam beberapa jam semuanya berubah dengan cepat dan kecelakaan maut datang yang menewaskan putri kesayangan mereka. Ayah dan Ibu sang gadis tersebut sungguh belum mampu menerima kenyataan pahit ini, tak lama polisi datang untuk menanyakan beberapa hal tentang kecelakaan maut yang merenggut nyawa putri mereka. "Saya mau, orang yang menabrak anak saya dan membuat anak saya meninggal di hukum seberat-beratnya Pak!" ujar Ayah gadis itu sambil memeluk tubuh istrinya yang masih menangis, setelah menceritakan kejadian yang ia tahu, sang ayah meminta pada polisi agar pelaku dihukum seberat-beratnya. "Baik Pak, kami akan berusaha mencari pelaku dan memberinya hukuman sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku," ujar polisi itu. Para polisi itu meninggalkan kedua orangtua gadis yang merupakan korban kecelakaan tadi. Polisi itu akan mulai melakukan penyelidikan atas kasus ini. Ayah dari gadis malang hanya tertunduk lesu di depan ruangan UGD, sedangkan istrinya menangis di kursi tunggu rumah sakit. Seorang perawat keluar dari ruang UGD. "Bapak dan Ibu bisa masuk, saya akan mengurus surat kematian pasien dulu dan nanti akan saya bawakan, salah satu wali dari pasien harus menandatangani surat itu," jelas perawat itu yang di angguki oleh Ayahnya sang gadis. Kedua orangtua gadis itu masuk ke dalam UGD dan melihat tubuh anaknya yang sudah tertutupi oleh kain putih yang menutupi tubuh putri mereka dari atas sampai bawah, tangis yang sedari tadi dicoba ditahan akhirnya terlepas. Tangisan Sang Ibu semakin keras melihat putri kecilnya yang sudah tiada. Pergi untuk selamanya. *** Keesokan harinya... Pemakaman gadis remaja yang disebabkan oleh kecelakaan tadi malam pun dilaksanakan hari ini, selepas shalat subuh. Pagi-pagi sekali gadis malang itu dimakamkan. Kerabat, guru, teman-teman gadis itu berbondong-bondong datang melayat dan itu merupakan kesempatan terakhir bagi mereka untuk melihat gadis itu sebelum gadis itu benar-benar dikubur di dalam tanah dan tidak akan pernah terlihat lagi.. Ibu dari gadis itu hanya bisa terduduk lemas karena sudah semalaman ia menangis, sedangkan Ayah gadis malang mencoba untuk tabah dan tegar dengan cobaan ini. Perlahan makam gadis itu mulai sepi, orang-orang yang datang melayat pun satu persatu meninggalkan area pemakaman tersebut. "Ayo, Bu, kita pulang. Ibu butuh istirahat," ujar sang suami pada istrinya. Istrinya hanya mengangguk pasrah dan membiarkan suaminya membantunya berdiri dan berjalan. Sebelum ia benar-benar meninggalkan rumah terakhir putrinya, Sang Ibu mencium batu nisan yang bertuliskan nama putri kesayangannya. Carmila Valerie ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD