Mereka berdua kembali ke perdesaan. Leonard mengantarkan Britney ke rumah lebih dahulu kemudian pamit pada Britney. Dia ingin memberi tahu Drew jika dirinya merasakan energinya mulai memudar.
"Kau akan kembali, Kan? " tanya Britney.
"Yah. Aku janji akan kembali. Tidurlah lebih dahulu. "
Tanpa menjawab, Britney menuruti Leonard masuk ke rumah.
Leonard kemudian pergi menuju bukit. Di tangannya memegang surat untuk Drew. Dia menciptakan burung dari sihirnya dan menaruh surat itu di kaki burung ciptaannya.
"Tolong sampaikan surat ini pada Drew, " perintah Leonard.
Burung itu mengepakkan sayap dan menghilang di atas awan menuju dunia bayangan.
Inilah akhirnya, perpisahan yang menyakitkan kembali mencekik nafas Leonard. Sebuah kutukan mutlak tak sanggup ia hindari. Efeknya bahkan terus mengikuti mereka hingga ribuan tahun.
Leonard kembali ke rumah yang mereka tempati setelah memberi kabar pada Drew. Dengan langkah tertatih karena efek kutukan, pria merah itu menuju ranjang Britney. Kemudian ia berbaring di ranjang Britney yang memunggunginya. Tangannya membelai rambut Britney dan mengeratkan pelukannya.
Gerakan Leonard disambut isak tangis Britney. Peri itu menyadari jika energi Leonard bertambah lemah di setiap detiknya. Dia hendak berbalik untuk memeluk Leonard, tapi gerakannya dicegah oleh sang Guardian.
"Tidak, jangan membuka matamu. Berjanjilah takkan pernah membuka matamu hingga esok hari. " Leonard meletakkan pipinya di kepala Britney. Berkali-kali ia mencium rambut peri itu. Dia serasa tidak sanggup untuk mengatakan kata-kata perpisahan.
Bulu mata Britney bergetar. Sekuat tenaga ia memenuhi permintaan Leonard. Air matapun merembes dari pelupuk mata yang menyembunyikan emerald indah Britney.
"Aku mencintaimu, " bisik Leonard. Perasaan konyol itu tidak pernah menghilang dari hatinya.
"Aku lebih mencintaimu. Hiks "
Leonard merasakan tubuhnya mulai tembus pandang. Diapun mulai mengatakan kalimat perpisahan.
"Jangan menangis. Kebahagiaan akan segera datang padamu dan kau pasti tau aku selalu bersamamu. "
Leonard mengeratkan pelukannya. "Aku tau, aku tau, " ucap Britney ditengah isak tangisnya.
Leonard merasakan pipinya basah. Sekuat tenaga ia menahan suara seraknya dan terus berbicara.
"Sekarang sebutkan janjimu padaku. "
Britney menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. " Britney tidak ingin mengucapkan janjinya karena takut Leonard akan menghilang.
"Sayang, ucapkan janjimu. Ku mohon. " Suara Leonard semakin lemah. Tubuhnya perlahan memudar. "Tolong ucapkan janjimu sayang, " bisik Leonard. Kutukan ini begitu kuat hingga tak menunda efeknya sedetikpun.
Britney akhirnya mengalah. Dia menuruti perintah Leonard. "Aku berjanji akan bahagia, hiks a-aku berjanji akan hiks tersenyum hiks. "
"Aku... aku hiks. "
Britney merasakan kehangatan yang memeluknya mulai tak terasa. Dia segera memalingkan wajahnya pada Leonard. "Kakak... Kakak! "
Syut...
Dengan sihir terakhir yang ia miliki Leonard menyihir Britney agar tertidur.
Sampai jumpa Sayangku...
Keberadaan Leonard pun menghilang. Ia berpedar menjadi ribuan debu berkilau yang berputar-putar kemudian berkumpul di punggung Britney. Perlahan butiran debu berkilau itu membentuk sayap burung berwarna merah. Sedetik kemudian sayap sempurna terbentuk dan menempel di punggung Britney.
Drew muncul setelah menghilangnya Leonard. Dalam kegelapan malam ia mengawasi segalanya. Dia tidak melewatkan sedetikpun moment perpisahan mereka. Barulah ia sadar jika cintanya tak sebesar cinta Leonard pada Britney.
Pria rambut merah itu membuat Drew memandang hal yang bernama cinta dengan sudut pandang yang baru.
Dulu ia berpikir apapun yang ia cintai maka harus dirinya harus mendapatkan. Egonya sebagai sang penguasa tentu mencerminkan dengan baik cara untuk mendapatkan dan menguasai, atau menghancurkan sesuatu jika tidak berhasil ia miliki. Ternyata ada makna lain dari mencintai yaitu pengorbanan.
Sekali lagi, Drew merasa kerdil di depan cinta Leonard yang murni. Seandainya mereka bukan kakak beradik, sudah pasti mereka berdua adalah pasangan yang dibuat oleh surga.
Meski demikian, dia tidak bisa menepis keegoisan hatinya. Emosi yang secara alami ia miliki, bahkan menyatu dalam darahnya. Drew tetap menginginkan Britney apapun yang terjadi. Dia tidak ingin kehilangan gadisnya untuk kedua kalinya. Hidup tanpa Britney adalah neraka baginya. Neraka yang menyakitkan.
Oleh karena itu Drew berniat melakukan ucapan Leonard.
Dia melayang menuju Britney berbaring. Drew mencengkeram erat botol titipan Leonard.
"Dengan ini Britney akan melupakan segalanya tentang Leonard. "
Amanat terakhir dari sang pecinta berambut kemerahan.
Butuh keberanian besar bagi Drew untuk meminumkan cairan dalam botol ini, dan dia melakukannya.
Gantikan aku dalam hatinya...
Drew menghela nafas. Jika dahulu ia terbiasa dengan Britney namun saat ini hanya ada rasa tak berdaya di hatinya.
"Maafkan aku, Britney. Sebenarnya aku tidak ingin menghapus ingatanmu tentang Leonard. Tapi ini adalah pesan terakhirnya. "
Seberkas sinar mulai merambat memasuki kamar Britney. Cairan itu bekerja perlahan menghapus ingatan tentang Leonard di kepala Britney.
"Ugh... " rintih Britney.
Ketegangan menyelimuti Drew. Dia takut jika ramuan itu gagal. Sepanjang malam Drew tidak beranjak---mengawasi Britney yang tertidur sambil merintih.
Pagi pun tiba, Drew melihat geliat lembut dari gadis disampingnya. Dia memberanikan diri duduk di samping Britney dan mengusap sayang rambut peri itu.
"Selamat pagi, Love. "
Saat ini Britney hanya mengingat momeri kelahirannya kembali. Sehingga hatinya melonjak saat melihat Drew dengan tatapan dinginnya mengucapkan kata 'Love'.
"Bukankah ekspresimu terlalu aneh untuk menyebutku 'love'? " tanya Britney.
Drew merutuki dirinya yang terlahir berwajah datar. Ini salah satu hal yang menyiksanya. Merayu gadis dengan wajah datar bukanlah impian pria manapun, tapi siapa yang harus disalahkan jika ia memiliki wajah datar tapi tampan ini.
"Ini bawaan sejak. Lahir. Tapi aku akan berlatih, " janji Drew.
"Baiklah, coba kau tersenyum. "
Drew pun menurut, ia berusaha tersenyum lebar. Sayangnya senyum yang tersungging di bibir Drew justru terlihat menakutkan. Gigi taringnya mengkilat tertimpa cahaya pagi. Dia terlihat menyeringai haus darah dari pada tersenyum.
"Ada apa dengan seringaimu, kau mau membunuhku!? "teriak Britney kesal. Lihat saja senyum Drew yang terlihat seperti psikopat itu. Rambut Britney dibuat merinding hingga rambut bagian dalam.
"Tidak, tidak...sungguh aku-aku. " Drew merasa putus asa menjelaskannya.
"Sudahlah, kau pasti ingin bersama Hiny jadi pergi sana. Tidak perlu menakutiku dengan senyum mengerikan itu, " Britney yang teringat jika laki-laki ini mengabaikan dirinya selama seminggu merasa kesal. Terlebih alasan yang Drew mengabaikannya karena penyihir bernama Britney.
"Huh dasar mata keranjang! " Britney bergegas melompat dari ranjang. Dia berniat menghindari Drew karena jengkel.
Drew tertegun.
'Sakura mengingat hal itu, tapi sepertinya ia tidak mengingat penculikan itu. '
'Leonard benar-benar memikirkan kebahagiaan Britney. '
Terima kasih Leonard...
Drew mengejar Britney yang keluar dari kamar.
"Aku harus menjinakkan peri yang cemburu itu. "
Kyaaa!
Teriakan Britney membuat Drew menghilang dan muncul di samping Britney dalam hitungan detik.
"Kenapa sayapku berwarna merah lalu dimana sayapku yang lain?! " ucap Britney panik.
'Huft bikin kaget, ' batin Drew.
"Kau terjatuh dan aku membawamu ke sini untuk menyembuhkan luka pada sayapmu. Hah sayang sekali sayapmu tidak dapat diselamatkan. "
Britney mengernyitkan dahinya, " Kenapa aku bisa jatuh?"
"Karena kau cemburu dengan Hiny. "
"A- Apa tidak mungkin. Ak-aku..." Britney tergagap.
Drew menyeringai licik. "Rupanya kau mencintaiku? Tapi tidak masalah karena aku lebih mencintaimu. "
Blush
Rona merah merambat dari pipi hingga telinga Britney. Pernyataan cinta yang menjebak itu berhasil membuatnya tersipu.
"Enak saja, aku -"
"Aku tau kau mencintaiku, " potong Drew.
Chup
Dan tanpa ijin dari yang punya pipi. Drew berhasil mendaratkan satu ciuman padanya.
"Aku mencintai Britney. Aku sangat mencintaimu, Love. "
Britney tidak bisa berkata apapun lagi. 'Padahal aku baru bangun tidur, kenapa semua jadi aneh begini? Tapi aku menyukainya. '
Britney yang merasa malu membenamkan wajahnya pada d**a Drew. Dia tidak ingin Drew melihat wajahnya berwarna sama dengan surainya.
Gerakan kecil tapi manis itu berdampak besar bagi sang penguasa. Britney tidak tau jika ada setetes air mata yang jatuh di rambutnya.
Setetes air mata yang mencerminkan segala perasaan sang Lord selama lima tahun ini.
"Aku mencintaimu Britney. Jangan tinggalkan aku lagi, " bisik Drew.
"Aku hanya tidur sebentar, kapan aku meninggalkanmu?"
Louis sebenarnya melihat keseluruhan kisah cinta mereka bertiga. Hatinya terenyuh saat melihat semua pengorbanan Leonard. Ingin sekali ia mengucapkan penghormatan pada sang pecinta itu. Keagungan cintanya mampu menjadi inspirasi sang pujangga dalam merangkai kata.
>
Adrian merasa jika Britney akan kembali ke Shadow World. Dia menyuruh orang-orang menyiapkan istana untuk tempat tinggal Britney.
"Ayo cepat calon pendamping Lord kita akan datang. Kita selesaikan istana kristal ini segera. "
"Dan kau Neiji, setelah istana ini selesai segera ucapkan matra kuno yang di dapat Lord Drew."
"Aku tau. "
Neiji menghela nafas, dia memandang gulungan yang susah payah Drew dapatkan sehingga terjadi kesalahpahaman yang fatal di antara Drew, Britney dan penasehatnya. Salah paham itu bahkan membuat Drew menderita seperti mayat hidup. Yah meskipun tanpa darah Demon, Drew sebenarnya manusia penghisap darah alias vampir.
Tbc