"Adiiik ...," Anisya menangis mengikuti tiap langkah Nino yang berlarian kebingungan tanpa arah ke sana kemari. "Adik ...." Dia terus memanggil-manggil Nino, seolah-olah Nino bisa mendengar dan agar Nino berhenti berlari-lari mengelilingi hutan pulau. Sementara itu, kedua kakak dan kedua orangtuanya hanya mampu terdiam tak berdara melihat Nino lari-lari sambil memanggil nama mereka dengan suarasa serak frustrasi. Apa lagi ini, ya Tuhan? Mengapa Nino tidak bisa melihat mereka padahal mereka ada tepat di depan Nino. Damar sungguh tak habis pikir, bagaimana bisa Tuhan mempermainkan keluarganya sekejam ini? Tak cukup hanya di saat hidup, setelah mereka meninggal pun hidup Damar dan keluarganya seperti dipermainkan. Jika sekarang Nino tidak bisa melihat mereka, lalu mengapa sebelumnya bisa?

