Bab 2

1057 Words
Tangan Karim tidak bisa menunggu lagi. Perlahan, tangan itu melawan otak Karim untuk tidak mencoba menerkam gadis di depannya itu. Dia tidak boleh termakan rayuan Shifa. Dia masih memiliki Cahaya. “Ayo Mas, masa saya sendirian membuat Mas menikmati semuanya?” tanya Shifa dengan bisikan sensual di telinga Karim. Karim benar-benar gila kalau ini tidak segera berhenti. Shifa bahkan menggerakkan tangan kanan Karim dengan tangan kanannya ke buah d**a kiri gadis itu. Bahkan, gadis itu dengan sengaja menggerakkan tangan Karim untuk meremas buah d**a itu secara perlahan. Desahan keluar dari mulut Shifa, membuat Karim semakin kesulitan mengendalikan dirinya. Dia tidak ingin melukai Cahaya dengan tindakannya. Dia tidak ingin mengkhianati Cahaya dengan cara ini. Akan tetapi, Shifa benar-benar buah terlarang yang dia telah petik dengan gegabah. “Mas, Mas suka ‘kan?” tanya Shifa di antara desahannya. Karim tidak menjawab kecuali remasan dari tangan kanan pria itu semakin cepat dan intens. Shifa menyadari bahwa Karim masih ragu meskipun tangan kanannya jelas telah di bawah kendalinya. Dia pun memutuskan untuk menggerakkan tangan kiri pria itu untuk menyentuh buah d**a kiri miliknya dan meremasnya perlahan. Shifa menikmati sensasi dari dua tangan yang meremas buah dadanya. Di sisi lain, sentuhan-sentuhan yang dia berikan kepada d**a dan pusaka pria itu jelas telah mencapai sedikit hasil melihat ada cairan yang mulai menitik keluar. “Mas sepertinya sudah mulai tidak tahan ini,” komentar Shifa seraya menggunakan satu tangan mungilnya untuk menjamah pusaka itu dengan lebih banyak sentuhan. Karim seakan tidak bisa berpikir lagi dengan semua nafsu yang membuat otaknya berjalan lamban. “Maafkan aku, Cahaya,” ucap Karim terbata-bata. Shifa merasa sedih untuk senior di depannya di dalam lubuk hatinya, tetapi dia telah berjalan sejauh ini dan harga dirinya tidak akan terkoyak oleh kesedihan. Karim semakin intens memainkan kedua buah d**a Shifa, menyentuhnya dengan sentuhan-sentuhan yang membuat Shifa mendesah menikmati permainan ini. Shifa mulai mengerti kenapa seseorang bisa menyukai Karim di ranjang. Pria itu agresif. Tangan kiri Karim segera menyerang bagian bawah Shifa. Gadis itu terkejut kala satu jari Karim masuk ke dalam lubangnya. Karim mengenai titik-titik sensitifnya dengan satu jari. “Mas Karim! Terus Mas!” teriak Shifa meminta lebih. Sentuhan-sentuhan Karim membuat instingnya menggila. Karim yang sudah gelap mata memasukkan dua jari ke dalam tubuh Shifa. Shifa benar-benar dibuat meleleh oleh sentuhan di bagian intimnya. Karim pun tidak abai dengan buah dadanya, memainkan dengan remasan dan isapan yang membuat Shifa merasa berada di puncak kenimatan. Lenguhan yang dikeluarkan oleh Shifa, menyebutkan nama Karim, membuat Karim semakin gelap mata. Pria itu mengeluarkan tangannya dan langsung menggesekkan pusakanya ke pintu masuk milik Shifa. Shifa yang belum mencapai satu pun pelepasan menahan Karim karena dia tidak ingin pusaka itu masuk dengan kasar ke bagian intimnya. “Mas! Jangan masuk dulu Mas!” pinta Shifa, “tangan dulu!” lanjutnya. Karim memenuhi permintaan Shifa dan memasukkan dua jari kembali. Shifa yang mendekati o*****e akhirnya meneriakkan keras nama Karim, menandakan bahwa gadis itu telah mencapai pelepasan pertamanya. Shifa tidak berhenti. Dia mencium Karim, membuat pria itu beradu dengan gadis yang membuatnya kehilangan akal. Karim benar-benar menikmati ciuman Shifa. Gadis itu benar-benar liar. Setelah melepaskan ciuman mereka, Shifa langsung turun ke bagian bawah, memainkan mulutnya di pusaka Karim. Karim menggeram, menikmati permainan mulut Shifa. Karim ingin sekali melepaskan isi pusakanya di dalam intim Shifa, tetapi gadis itu tidak memberikan kesempatan itu. Gadis itu menyadari bahwa Karim semakin mendekati pelepasan tetapi menolak melepaskan mulutnya dari pusaka itu. “Shifa! Aku ingin keluar!” teriak Karim. Shifa terus mengemut pusaka pria itu dan letusan pusaka Karim dia terima ke mulutnya. Gadis itu lalu menampilkan wajah sensual dan membuka mulutnya, mempersaksikan cairan Karim dia telan. Karim semakin bernafsu melihat betapa liarnya Shifa di hadapannya. “Mas, aku ingin Mas di dalamku. Di ranjang ya Mas,” bisik Shifa di telinga kiri Karim setelah menelan cairan Karim. Seakan terhipnotis, Karim mengabulkan permintaan mahasiswi junior di hadapannya itu. Pria itu mengangkat tubuh mungil Shifa ke ranjang yang sering menjadi tempat dia dan Cahaya bercinta. Karim meletakkan tubuh Shifa di bawahnya dan langsung menyerang buah d**a gadis itu. Selain itu, dia juga mulai menggesekkan pintu masuk Shifa dengan pusakanya. Shifa merasakan bahwa pusaka Karim telah menantikan kesempatan untuk masuk. Gadis itu ikut mengarahkan pusaka itu supaya segera memasuki dirinya. Saat pusaka itu memasuki rumahnya, seluruh bagian intim Shifa segera menyesuaikan kehadiran benda itu. Karim terkejut menyadari bahwa Shifa bukanlah perawan, tetapi sentuhan dari bagian intim Shifa luar biasa. Shifa membuatnya lebih gila dibandingkan kala dia bermain bersama kekasihnya Cahaya. “Milik Mas besar!” teriak Shifa kepada Karim. “Milikmu enak, Shif!” balas Karim menikmati gerakan yang diberikan oleh intim Shifa. Gadis di depannya ini luar biasa. Karim benar-benar mengambil buah terlarang. Karim bergerak keluar masuk ke bagian intim itu. Susah bagi Karim untuk keluar setiap kali dia masuk karena intim Shifa membuatnya mabuk kepayang. Dia merasa akan mengeluarkan isinya di dalam tubuh Shifa jika ini terus berlanjut. “Mas! Shifa tidak tahan lagi!” teriak Shifa menjelang pelepasannya. “Bersama Shif! Aku juga!” teriak Karim pada saat titik puncak dia raih. Penyatuan mereka berakhir dengan pelepasan bersama-sama. Tetes cairan menyembur keluar dari intim Shifa, berpadu dengan cairan Karim. Karim merasa secercah rasa bersalah kepada Cahaya, tetapi dia menikmati Shifa. Shifa benar-benar melebihi ekspektasinya, bahkan kekasihnya di ranjang. Mereka bersama-sama mengambil napas sejenak dari pelepasan mereka. Shifa yang sudah mulai stabil napasnya, langsung bertanya kepada Karim. “Mas mau ronde berikutnya?” tantang Shifa dengan santai. Karim terkejut mendengar kalimat Shifa. Dia sudah kelelahan dengan dua kali pelepasan bersama mahasiswi ini. Sekarang, gadis itu menantang ronde berikutnya? “Kamu tidak lelah?” tanya Karim memastikan. Shifa tersenyum lalu menggerakkan pinggulnya, seakan mengajak Karim untuk bermain kembali. Karim menyadari Shifa tidak bercanda di awal pembicaraan mereka tadi. Dia benar-benar tidak bisa kembali. “Mas jangan meremehkan saya,” jawab Shifa dengan senyumannya. Gadis itu mencium bibir Karim dengan rakus, membuat Karim kembali kewalahan. Karim merasa Shifa jauh lebih hebat daripada yang dia kira. Gadis itu menyembunyikan kemampuan bermain yang luar biasa dan memabukkan siapapun yang ikut bersamanya. Shifa melepaskan ciuman mereka. Karim benar-benar menggila dengan Shifa yang teluh mengajaknya lebih jauh lagi. “Kalau itu maumu, Shifa,” komentar Karim dengan senyuman. Dia tidak bisa lagi memikirkan tentang Cahaya. Shifa telah menguasainya. Buah terlarang dari pohon terlarang yang dia petik memang sebuah kenikmatan tersendiri yang salah. Sangat salah. Karim tidak peduli.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD