“Ternyata dia,” kata Lesha begitu melihat rujukan ditujukan kepada dokter siapa.
“Saya asumsikan Anda terlalu stres sehingga membuat asam lambungnya terlalu naik tinggi membuat Anda mual dan perih jadi hindari stres-nya. Kalau memang butuh, Anda bisa langsung ke dokter jiwa.”
“Anda konsultasi ke dokter jiwa bisa psikiater atau psikolog itu bukan karena Anda gila, melainkan Anda butuh ketenangan dan kebenaran.”
“Tapi kalau tidak mau ya cukup minum ini saja dan kurangi bersinggungan dengan penyebab stress,” kata dokter Agra yang sedang memeriksa Lesha.
“Baik Dokter,” jawab Lesha sedih. Bagaimana dia tak bersinggungan dengan penyebab stress?
“Kita pernah ketemu ya di ruangan Ibu saya. Saya baru sadar sekarang, saya pernah lihat wajah Anda.”
“Benar Dokter dua hari lalu,” balas Lesha sopan.
“Maklumlah terlalu banyak orang yang datang ke sini saya lupa siapa saja yang telah datang.”
“Tadi saya konsul ke dokter Ningrum, tapi dirujuk ke sini sebab sakit yang saya rasakan bukan akibat kuretase minggu lalu.”
“Iya ini bukan karena akibat kuret kemarin, melainkan memang pikiran Anda saja. Saran saya ya seperti tadi, Anda bisa konsultasi ke dokter jiwa atau mengurangi bersinggungan dengan penyebab stres itu.”
‘Bagaimana aku bisa mengurangi penyebab stres?’
‘Setiap melihat berita di media sosial tentang perselingkuhan atau film atau apa pun iklan sekarang di rilis banyaknya iklan perselingkuhan, cerita perselingkuhan itu membuat aku selalu ingat dengan apa yang aku alami,’ protes Lesha dalam batinnya. Tak mungkin dia ceritakan pada dokter Agra. Sepertinya dia akan mengikuti saran dokter itu. Mencari dokter jiwa agar dia bisa tenang bekerja juga tenang menjalani hidup berikutnya.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Ok Teh, ayok kita jadwalkan.”
“Berdua saja atau sama bubu dan mama?”
“Berdua saja.”
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Seharusnya hari ini aku sama Kak Igra merayakan ulang tahun kami bersama. Ternyata ulang tahunku dan ulang tahun dia barengan, tapi semua kandas gara-gara pernikahan kami ketahuan.”
“Ah padahal aku nggak perlu dinikahin sih, aku yang penting bisa bersama Kak Igra terus.”
“Tapi walau nggak nikah kalau ketahuan pasti juga seperti ini nasibnya. Cuma mungkin yang jadi bukti bukan foto-foto pernikahan kami tapi foto kebersamaan kami. Malah lebih parah kalau nggak nikah pasti foto-fotonya banyak yang vul6ar. Wah serem juga kalau foto vul6ar yang terpampang.”
Mita mengeluh tengah malam saat jam baru saja melewati angka 00 saat dia seharusnya berulang tahun bersama Igra.
“Aku ingat pertama kali lihat dia di Sumedang dulu aku langsung jatuh cinta padanya. Dia teramat sangat sempurna buatku, walau dari beberapa cerita Anin aku tahu kakaknya sudah menikah karena Anin sering sekali cerita tentang kakak iparnya yang dianggap seperti kakak kandung. Mereka saling menyayangi, jadi aku tahu lelaki sempurna di depan mataku ketika itu sudah punya istri.”
“Tapi aku nggak bisa berpaling dari dia, aku sangat tertarik. Beberapa kali aku melihat foto dia di ponselnya Anin, tapi begitu berhadapan aku benar-benar sangat ingin dia menjadi milik aku.”
“Ah pucuk dicinta ulam tiba, aku bisa nih deketin dia, aku melihat foto-foto yang dikirimkan Anin melalui ponsel abangnya. Nomor itu langsung akan aku gunakan mendekatinya.”
“Sayang pesan pertama sudah dia baca tetap belum ada balasan.”
Owh ternyata seperti itu, lelaki bernama kak Igra itu tak pernah berbalas pesan ketika di rumah sebab dia sangat mencintai istrinya
“Tapi aku berupaya terus berkomunikasi, sampai dia mengajakku makan siang.”
“Aku langsung menyetujui tanpa peduli hari itu sebenarnya aku wajib datang di interview kerja babak tiga yang akan menentukan aku diterima atau tidak.”
“Aku merasa, makan siang dengan kak Igra lebih penting daripada wawancara kerja.”
“Aku bisa cari lowongan lain, tapi menolak makan siang tentu akan menutup kesempatan untuk pertemuan serupa berikutnya.”
Akhirnya aku bisa mencapai semua, dia bisa memuaskanku
“Aku sangat puas, Sena bahkan tak bisa menandinginya.”
“Seminggu setelah aku tidur dengan kak Igra aku sempat dua kali tidur dengan Sena, dan stamina Sena tak ada apa-apanya dibanding Igra.”
Penasaran aku mencoba Gunawan, yang ototnya kekar dan rajin nge-gym
“Satu kali aku bertanding dengan Gunawan, selebihnya tak ingin lagi.”
“Gunawan paling parah, baru assalamualaikum sudah langsung buyar dan pamit.”
“Sungguh tak sebanding dengan otot tubuhnya, dia malah aku kategorikan mengalami ej4kulasi dini.”
“Itu sebab nya aku setia pada Igra saja, tak perlu cari pemuas lain.”
“Sekarang semua kandas, bahkan sudah satu minggu, tak ada keluargaku yang hadir.”
“Dan pengacara yang aku minta bantu malah menolak ketika tahu siapa lawannya.”
“Jawaban Igra lebih membuatku sakit, kak Igra bilang dia sudah mengajukan cerai juga tak mau membantuku dalam persoalan ini.”
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Andai aku tak salah langkah, pasti hari ini aku mendapat pesta kejutan dari Echa dan dia memberitahu keberadaan bayi kami di rahimnya,”
“Bayi yang kami tunggu dengan sabar, sekarang harus kandas akibat aku salah langkah.”
“Si4lan Mita, dia yang membuatku terperosok, padahal beberapa kali aku diumpan perempuan, aku tak pernah terpancing, aku malah keok sama godaan Mita yang terlihat apa adanya.”
“Padahal dia sama saja, buktinya dia juga bermain bersama dua lelaki lain, mungkin ada banyak lelaki, hanya yang ada buktinya dua orang itu.”
“Aku teramat t0lol,” jam yang sama, Igra juga sedang merenung arti ulang tahunnya saat ini.
“Sekarang aku sudah tak punya keluarga sama sekali, bahkan papa dan mama sudah memberi pesan kalau semua barangku yang Echa titipkan diminta diambil bila aku bebas nanti, mereka tak membolehkan aku tinggal bersama mereka lagi.”
“Untung aku menitipkan dompet dan HPku pada pengacaraku, dan dalam MOU aku juga minta dia datang tiap bulan agar aku tahu perkembangan dunia luar, aku minta pengacara datang membawa ponsel agar aku bisa lihat semua hal di luar sana. Aku juga bisa bayar paket bulanan ku agar nomor teleponku tetap aktif.”
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Pasangan itu lucu ya, anak ABG pacaran memang hanya melihat kebahagiaan saja,” kata Anin.
“Iya kayaknya mereka jodoh ya, muka mereka mirip,” jawab Lesha. Mereka sedang liburan di villa milik Kemala, bukan hari weekend tapi hari kerja agar lingkungan tenang. Di weekend, liburan jadi tak nyaman buat mereka yang mencari ketenangan.
“Pacarannya juga nggak menyek-menyek. Mereka nggak peluk atau civm tapi bercandanya lucu.”
“Bener banget, tapi kok mereka bisa ya liburan di villa saat bukan weekend dan mereka boleh menginap bersama?”
“Apa mereka juga nginap?” tanya Lesha memastikan.
“Pastilah. Subuh-subuh sudah sampai sini pasti nginep dong dan dari bahasa mereka mereka bukan pakai bahasa Sunda totok sini, kayaknya mereka anak Jakarta.”
“Dan mereka lebih banyak pakai bahasa Inggris pasti bukan orang sekitar sini.”
“Sudah dapat yang kalian mau beli?” tanya seorang perempuan di belakang Lesha dan Anin.
“Sudah Mom tapi ini nih kakak selalu seperti itu, maunya menang sendiri. Aku bilang beli 6, dia bilang beli 4 saja cukup. Padahal kakak sama kakak Agra kan makannya nggak cukup satu porsi.”
“Ternyata mereka Kakak Adik,” bisik Anin.
“Iya apa mereka kembar ya atau tidak paling tidak mereka selisih umur sedikit karena mirip banget dan kayaknya postur tubuh mereka besarnya sama, berarti yang perempuan tubuhnya besar karena bisa sama dengan tubuh yang laki-laki.”
“Kalian beli bubur juga di sini?” tanya perempuan di belakang mereka.