Yumna melangkah keluar bandara dengan menggeret kopernya tanpa ragu, di sampingnya Angga berjalan sambil menenteng tas.
" Mana mobilnya ? " Yumna bertanya sambil menaikkan kacamata hitamnya ke atas kepala.
" Sabar! " jawab Angga singkat.
" Gue lapar! Kita mampir cari makanan dulu! " Yumna menoleh ke arah Angga.
" Oke. " jawab Angga singkat.
Tak lama kemudian sebuah mobil sport berwarna merah cerah datang tepat di hadapan mereka. Seorang pria turun dan menyerahkan kunci pada Angga, sesaat Yumna tertegun menatap mobil di hadapannya itu.
" Ayo! " ajak Angga sambil naik kedalam mobil.
" Pakai ini? " tanya Yumna dengan polosnya.
" Iya. Lo mau pakai apa lagi? Kereta kuda? Kelamaan! Cepat! " Respon Angga cuek .
" Ayo! Atau gue tinggal?! "
" Semoga dia tidak ngebut bawa mobilnya. " mohon Yumna dalam hati.
Angga yang sadar Yumna diam saja menatap heran gadis itu. " Lo kenapa? Takut? " melihat tangan Yumna yang menggenggam erat sabuk pengaman.
" Hmm ? Sedikit. " jawab Yumna singkat.
" Tenang gue ga akan ngebut kok! "
Setelah mendengar ucapan pria di sampingnya Yumna menghela nafas lega.
Setelah kurang lebih setengah jam mobil Angga membelah jalanan ibu kota, kini mobil merah itu berbelok ke arah mall. Yumna yang menyadari itu langsung menatap pria itu penuh tanda tanya, sadar dirinya sedang ditatap Angga lantas menoleh.
" Kita makan dulu! "
" Lo mau makan apa? " tanya Angga pada Yumna.
" Apa saja. " jawab Yumna singkat tapi matanya masih menatap lurus ke depan.
Ia Yumna menatap dua sejoli yang baru saja datang dari pintu masuk dengan bergandengan mesra sambil tertawa bahagia. Entah kenapa hati Yumna mendadak terasa nyeri saat menyaksikan mereka, air mata disudut matanya tiba- tiba saja meleleh tanpa ia sadari.
Angga yang sadar Yumna menangis langsung menoleh ke arah Yumna melihat, kini gantian mata Angga yang membola. Ia terkejut melihat wanita yang sangat ia kenal sedang menggandeng mesra pria lain. Angga yang sedang memegang buku menu langsung menghalangi wajahnya dengan buku menu yang ia pegang tadi saat pasangan itu melewatinya. Sekarang Yumna yang bingung melihat tingkah pria di hadapannya.
" Kenapa dia? " Tanya Yumna dalam hati sambil menyeka air matanya.
" Mba boleh kita pindah ke private room? " tanya Angga tanpa menurunkan buku menu tadi.
" Boleh kak. "
" Kenapa kita pindah? " Tanya Yumna bingung.
" Disini panas. " bohong Angga.
" Panas? " mengerutkan keningnya.
" Silahkan ke sebelah sini kak! " sang pelayan mengarahkan mereka.
Angga menarik Yumna di sebelahnya dan berbisik. " Tutupi gue. Jangan sampai wanita yang tadi lewat melihat gue! " bisiknya pada Yumna.
Yumna paham dengan maksud Angga walau masih terlihat kebingungan. Akhirnya Yumna dan Angga berjalan bersama, dengan Angga yang menempel pada Yumna karena tak ingin ketahuan.
***
Setelah selesai makan Yumna menatap Angga, Angga yang sadar sedang ditatap langsung balas menatap Yumna lekat. Di penglihatan Yumna Angga sedang menatap dingin ke arah depan dan terlihat wanita tadi menangis sesenggukan sambil bersimpuh seperti sedang memohon pada Angga. Namun Angga terus bersikap dingin pada wanita tadi. Yumna memejamkan matanya dan bertanya pada Angga.
" Lo kenal sama mereka? " tanya Yumna tanpa basa- basi.
" Mereka? Siapa? " Angga balik bertanya.
" Wanita tadi dan si laki- laki tadi. "
" Oh, mereka. Mereka cuman para pengkhianat saja. " jawab Angga cuek.
" Pengkhianat? Maksud Lo? " Tanya Yumna tak mengerti.
" Nanti gue jelasin. Udah selesai makannya? Ayo kita pulang! "
" Pulang? Kemana? Kan Lo tahu kak kalau gue ga ingat apa- apa. Gue bingung harus pulang kemana. " Yumna menundukkan wajahnya dengan lesu.
" Oh iya, kak kira- kira Lo punya temen ga yang lagi butuh istri, atau pembantu gitu?! " Tanya Yumna tiba- tiba.
Angga yang sedang minum terbatuk- batuk mendengar perkataan wanita itu.
" Apa? Istri? Lo mau nikah? "
" Ya, kali aja ada temen Lo yang orang kaya lagi cari istri atau pembantu gitu. Biar gue ga bingung cari tempat tinggal. "
" Seandainya ada, tapi dia udah tua. Lo masih mau jadi istrinya? "
" Engga masalah selama dia baik sama gue, malah gue butuh yang begitu. Kaya di novel online yang gue baca, kebanyakan sugar Daddy yang begitu yang loyal sama ani- aninya . Tapi gue maunya dinikahin ya bukan jadi simpanan! "
" Astaga, nih bocah mulutnya enteng banget ya. " gerutu Angga dalam hati sambil menggeleng.
" Kak, gue ke toilet dulu sebentar. "
***
Yumna yang sedang berdiri di depan cermin menatap pantulan seseorang wanita yang baru saja masuk. Mereka saling menyapa, Yumna ingat wanita itu adalah wanita yang tadi dihindari oleh Angga.
" Mba warna lipstiknya bagus, beli di mana? Merek apa? " Tanya Ami dengan sopan.
" Hah? Oh, ini. Ini saya beli di Korea. " Yumna menunjukan lipstik yang ia pakai.
" Warnanya bagus. "
" Buat kamu. " menyodorkan lipstik tadi ke Ami.
" Serius Mba? Wah makasih ya! " Ami tersenyum bahagia.
Setelah memberikan lipstiknya Yumna segera pergi. Namun saat keluar dari kamar mandi ia berpapasan dengan lelaki yang membuat hatinya berdenyut nyeri saat melihatnya. Tiba- tiba saja kepala Yumna berdenyut hebat, ia merasakan nyeri kepala yang begitu kuat. Hingga Yumna tak mampu menahan keseimbangan tubuhnya, ia oleng. Si laki- laki tadi melihat Yumna kesakitan merasa iba dan berusaha menolongnya, namun tanpa sadar Yumna malah menepis dia.
" Kamu kenapa? Sakit? " Tanyanya hendak menhan tubuh Yumna yang tak stabil, namun Yumna menepis dan mendorong si pria tadi.
"Eh, maaf. Saya baik- baik saja kok. Cuman tiba- tiba pusing aja. " Yumna memegangi kepalanya.
" Kamu kesini sama siapa? "
" Kakak. "
" Biar saya antar kamu ke kakakmu! " Kembali meraih tangan Yumna dan memapahnya.
Kali ini Yumna menahan keinginannnya untuk mendorong si pria itu, karena kepalanya benar- benar pening dan tak kuat untuk berjalan sendirian.
Di belakang mereka sepasang mata sedang menatap tajam, wajahnya merenggut kesal. Tanganya mengepal sempurna. " Dasar, lelaki gatel! Awas aja Lo, untung gue masih punya Angga. Angga memang jauh lebih segalanya dari dia. " ucapnya dengan sebal.
Angga yang sedang menunggu Yumna sudah bolak- balik melihat jam tangan yang ia pakai. " Kemana dia? Engga mungkin nyasarkan ? Masa nyasar sih di resto sekecil ini doang ?! " Angga bertanya dalam hati tak tenang.
Saat dia berdiri, ia melihat Yumna yang sedang dipapah oleh seorang lelaki. Ya, dia lelaki yang pernah ia lihat sebelumnya. Angga tersenyum smirk saat menyaksikan mereka berjalan mendekat.
" Lo kenapa? " Tanyanya saat Yumna sudah dekat.
" Pusing. Makasih ya mas! " Yumna berterimakasih pada pria yang menolongnya.
Sementara Angga dan si pria tadi saling bertatapan dan tersenyum, Angga langsung menarik Yumna dan memapahnya keluar dari restoran tempat mereka makan.
Baru beberapa langkah Angga pergi ia sudah mendengar seseorang memanggilnya.
" Angga! " Teriak seseorang.