Ayu keluar dari kamar dengan tubuh lemah. Mimpinya yang indah terputus di tengah jalan membuatnya kecewa.
Ayu berjalan menuruni tangga yang mengantarkannya ke ruang tengah yang ditata begitu apik dan terlihat luas.
Disana ternyata sudah terdapat Devan yang tengah asik membaca laporan-laporan pekerjaannya.
" Selamat sore sayang..." Sapa Devan menyambut kedatangan Ayu dengan penuh sayang, Ayu menghampiri Devan kemudian menyusup manja ke dalam pelukan hangat Devan.
"Sepertinya tidur siangmu sangat nyenyak hingga jam segini baru bangun." Tatap Devan dengan mata memancarkan rasa sayang.
" Iya mas.aku mimpi saat- saat indah kita sebelum peristiwa itu terjadi. Ah, tapi Sayang..belum juga puas sudah keburu bangun" desah Ayu kecewa dengan wajah diketekuk.
Wajah Devan menjadi sendu. Dia merasa menyesal sudah tidak bisa membahagiakan Ayu lagi untuk hal satu itu.
" Maafkan mas sayang.. kamu tahu kita sudah mencoba segalanya. Jikapun peluang hanya 1% pun akan mas lakukan demi kamu sayang" sesal Devan sambil menatap Ayu dengan wajah sendu.
" Jangan terlalu dipikirkan mas. Yang penting mas tetap ada untukku. Itu saja sudah cukup bagiku." Hibur Ayu merasa bersalah karena membuat suasana hati Devan mejadi sendu.
Ayu Mengecup bibir suami tercintanya dengan lembut.
Devan membalas degan memagut bibir Ayu dengan kuat. Membuat nafsu mereka terpancing.
Bibir mereka saling memagut saling mereguk dahaga. Membuat nafas mereka memburu seiring nafsu yang membuncah.
" Mau mencobanya mas?" Desah Ayu dengan penuh harap.
" Nanti kamu kecewa.." erang Devan.
" Nggak akan. " Jawab Ayu meyakinkan.
Dengan telaten dibukanya celana Devan dan mengeluarkan pusaka Devan yang besar.
Benda itu masih terkulai lemah di dalam genggaman Ayu.
Dengan pelan diurut- urutnya batang itu dengan jari-jarinya dan lidahnya menjilat- jilat batang itu dengan penuh harap.
Dirasakannya urat-urat p***s Devan mulai mengeras. Dengan penuh semangat dikulumnya p***s Devan. Kepala Ayu naik turun diatas pangkal paha Devan.
" Ukhhh.." lenguh Devan. Batangnya bereaksi di dalam rongga mulut Ayu. Terasa mulai lebih menegang.
Dengan semangat Ayu memaju mundurkan kepalanya semakin cepat
Tapi hal itu tak bertahan lama. Baru juga sebentar Devan langsung mengerang dan batangnya kembali terkulai lemah di dalam mulut Ayu.
Ayu tetap tak menyerah kepalanya tetap naik turun mengulum batang itu dengan harapan benda itu akan menegang kembali.
Tapi hingga rahangnya pegal dan lelah. Benda itu tak kunjung menegang.
Ayu menatap benda itu dengan perasaan kecewa. Padahal bagian bawah tubuhnya masih berdenyut- denyut menanti penuh harap.
Ya.... Inilah kenyataan yang terjadi sekarang. Devan mengalami disfungsi ereksi.
Jika dilihat sekilas tidak ada yang berubah dari Devan.
Devan masih setampan biasanya, sikapnya masih sehangat dulu.
Tapi untuk urusan ranjang Devan sudah tidak bisa melakukannya lagi. Tidak bisa lagi memberikan nafkah batin pada Ayu. Dan itu adalah hal yang sungguh sangat mengerikan dalam hidup berumah tangga.
Bagaimana rasanya hidup jika tak bisa mereguk indahnya surga dunia.
Hal ini terjadi sejak dua tahun yang lalu.
Dua tahun yang lalu.
Saat Devan dalam perjalanan bisnisnya di luar kota
Mobil yang dikendarai oleh supir perusahaan yang hendak mengantarnya ke bandara dihantam oleh sebuah tronton yang remnya blong.
Kecelakaan tidak dapat dihindarkan saat itu.
Mobilnya hancur, supirnya meninggal ditempat karena tergencet bangkai mobil.
Sedang Devan, keadaannya kritis saat itu dan sempat mengalami koma beberapa hari.
Suatu keajaiban dirinya bisa selamat. Dan tidak mengalami kelumpuhan mengingat tubuh bagian bawahnya yang mengalami luka paling parah karena bagian bawahya itu terjepit bangku.
Dan Suatu keajaiban pula, secara perlahan kondisinya bisa pulih total setelah beberapa bulan menjalani perawatan....
Tentu saja Ayu sangat gembira akan kecepatan Devan memulihkan diri.
Hanya saja saat pertama kali mereka hendak memadu kasih setelah sekian lama mereka berpuasa karena masa pemulihan Devan.
Pusaka devan tidak kunjung tegak walau telah dirangsang Ayu berkali-kali.
Mereka pun menemui dokter dan melakukan serangkaian pemeriksaan hingga dokter menarik kesimpulan bahwa kecelakaan yang dialami Devan mengenai tulang belakangnya mengalami kerusakan saraf yang kemungkinan itulah yang menyebabkan Devan menjadi disfungsi ereksi.
Devan merasa hancur saat itu. Dirinya menjadi mudah marah dan emosian. Harga dirinya hancur karena kini dia menjadi pria yang tak sempurna.
Ayu dengan sabar mendampinginya dan membesarkan hati Devan. Karena bagaimanapun keadaan Devan. Dirinya akan selalu menemani suami tercintanya.
Ayu tak membutuhkan hal lain. Yang terpenting adalah Devan tetap ada menemaninya, menghabiskan hari bersama hingga maut memisahkan seperti janji setia mereka.
Hingga disinilah mereka berdua. Melewati hari dengan terus berusaha.
Ayu menatap mata Devan yang mmemancarkan wajah menyesal karena telah mengecewakan Ayu.
Sambil memberi senyum menenangkan Ayu berucap "Tidak apa-apa mas, kita bisa mencoba di lain hari” hibur Ayu
" Ayo, kita makan. AKu penasaran apa yang dimasak bik mumun untuk makan malam kita " Ajak Ayu mengalihkan pembicaraan.
Ditariknya Devan menuju ke ruang makan.
Mereka mempunyai pembantu dan sopir yang kebetulan sepasang suami istri yang menginap. Hanya saja mereka diberi tempat tinggal di pavilium yang dibangun agak jauh dari rumah utama.
Bik mumun hanya datang ke rumah utama sedari subuh untuk membersihkan rumah, mencuci dan memasak untuk majikannya. Kemudian kembali ke pavilium kembali begitu menjelelang pagi.
Sore hari dia akan kembali datang untuk melakukan beberapa tugas rumah lainnya. Dan kembali ke pavilium begitu tugasnya selesai.
Ayu dan Devan hanya ingin berduaan di rumah kala itu. Tak ingin ada yang mengusik kebersamaan mereka.
Dengan begitu mereka bisa bebas bercinta dimanapun dan kapanpun tanpa malu.
Tapi itu dulu. Kini semua hal itu hanya masa lalu.....