3

1683 Words
Saat ini Rora, Galaksi, dan Rasi sedang makan bersama sambil tertawa karena lelucon dari Rasi. Matahari telah sampai di kantin. Melihat Lola tertawa dengan dua cowok membuat emosi Matahari naik, Matahari marah dan langsung menggebrak meja mereka. "Anjing ya lo" teriak Matahari sembari menunjuk Galaksi dan Rasi. Saat ini meja mereka sudah menjadi perhatian di kantin. "Matahari, kamu kenapa sih" ujar Rora marah. "Kamu yang kenapa sayang kamu ngapain di sini bareng 2 cowok ini. Kalo kamu mau ke kantin kan kamu bisa ajak aku" ujar Matahari. "Matahari, please deh kita udah selesai. Kita udah putus. Kita udah ga ada hubungan apa-apa lagi. Jadi terserah aku mau ngapa-ngapain. Ini hidup aku. Toh kamu bukan siapa-siapa aku lagi" ujar Rora. "RORA. AKU GA SUKA YA KAMU BILANG GITU. POKOKNYA KITA MASIH PACARAN. KITA BELUM PUTUS. AYO KAMU IKUT AKU. MAKAN SAMA AKU" teriak Matahari sembari mencoba untuk menarik Rora dan membawa pergi Rora dari kantin. "Apaan sih Matahari. Aku ga mau. Aku lagi makan. Kamu tuh apa-apaan sih" jawab Rora yang masih ditarik. Kemudian, tangan Rora yang satunya di tarik oleh Galaksi. Ya, saat ini dikantin sedang terjadi adegan tarik menarik antara Galaksi dan Matahari. Dan yang ditarik adalah Rora. "Jangan kasar lah sama cewek bro" ujar Galaksi masih sembari memegang tangan Rora. "Siapa lo. Jangan ikut campur urusan gua sama Aurora. Lepasin tangan lo dari tangan Rora" ujar Matahari. "Lo ga perlu tau siapa gua. Kalo dia ga mau yaudah jangan di paksa. Lagian dia juga bukan siapa-siapa lo lagi" ujar Galaksi. "Lo... " ujar Matahari sembari ingin memukul Galaksi, namun Bayu memberitahu jika ada salah satu guru yang sedang menuju ke kantin. "Awas ya lo urusan kita belum selesai. Rora jangan harap kamu bisa lepas dari aku dan jangan harap kita bisa putus" ujar Matahari yang langsung meninggalkan kantin. "Kamu ga papa kan Ra?" tanya Galaksi yang langsung memberikan minum ke Rora setelah kepergian Matahari. "Ga papa. Udah biasa Matahari kayak gitu. Matahari emang over protective banget" ujar Rora yang langsung meminumnya. "Itu siapa sih Ra?" tanya Rasi. "Mantan pacar Rora heheheh" jawab Rora. "Mantan pacar kamu tapi dia belum ikhlas kamu putusin?" tanya Galaksi. "Ya bisa dibilang gitu lah. Susah buat jauh dari Matahari berusaha menjauh pun juga percuma, Matahari selalu punya cara buat tetep deket sama Rora" ujar Rora. “Besok kalo kamu punya penggantinya Matahari, dia juga bakalan pergi dan ngga nguski hidup kamu lagi Ra” ujar Galaksi yang selalu Aurora semogakan dan aminkan. Mereka pun melanjutkan makannya, karena memang tadi mereka baru saja memulai makan tapi sudah diganggu oleh Matahari. Namun tak beberapa lama ada beberapa cowok yang mendekati meja Rora. "Rora" panggil cowok-cowok itu. "Iya kenapa?" tanya Rora. "Kok hari ini ga bikin roti sih Ra" tanya Angga yang juga merupakan mantan dari Rora. "Hehehhe tadi pagi Rora ga sempat, jadi ga bikin deh" ujar Rora. "Yahhh padahal kan aku kangen sama kue bikinan Rora" ujar Angga. “Kangen roti nya atau kangen orangnya lo” ujar Neo. "Halah lo mah sehari-hari juga makanannya roti Rora. Nih Ra masih ngarepin pengen balikan sama lo" ujar Ega. “Halah kalian semua berisik yaa syuttt” jawab Angga. "Hahahahhaa bisa aja kalian. Besok ya Rora bikin. Buat Angga Rora bikin yang spesial deh tapi ga pakek baper yaa" ujar Rora yang membuat mereka semua tertawa. “Yahh, gimana ga baper kalo liat Rora senyum aja jantung Angga berasa mau copot nih” ujar Angga. “Anjirr tolong dong ini orang bikin ngakak” ujar Ega. “Ega, tolong dong kayaknya ini Angga butuh dicariin cewek deh” ujar Rora yang mengakibatkan tawa menghambur. "Yaudah ya Ra kita ke kelas dulu. Makan yang banyak yaa princess Rora" ujar Angga sembari mengelus lembut kepala Rora. "Siapp pak bos Angga laksanakan" jawab Rora. Memang hanya Angga, mantan Rora yang tidak pernah membenci Rora. Bahkan saat ini Angga sudah seperti kakak bagi Rora. "Itu mantan lagi Ra?" tanya Rasi. "Iya heheheh" jawab Rora. "Banyak juga ya mantannya" ujar Galaksi. "Ya begitu lah" jawab Rora. Mereka pun selesai makan dan akan kembali ke kelas, namun sesampainya di koridor dekat lapangan outdoor mereka bertemu dengan Mentari, Ayu, dan Nina. "Hai Galaksi, Hai Rasi" panggil Mentari tanpa melihat ke arah Rora membuat Rora jengah. "Hai juga" jawab Galaksi dan Rasi. "Galaksi, Rasi, kalian kok mau mau aja sih temenan sama dia. Dia kan ga punya temen. Dia playgirl tau. Awas ya nanti kalian di jadiin mangsa baru terus nanti kalian ditinggalin kayak Matahari dan cowok-cowok sebelumnya" ujar Ayu. "Heh diem kamu" ujar Rora. "Yaampun guys ada suara tapi ga keliatan orangnya" ujar Nina. "Heh kalian jangan kayak gitu. Maafin Ayu sama Nina ya Ra" ujar Mentari. "Ga usah sok sokan baik didepan aku. Ga mempan" ujar Aurora yang langsung mendorong Mentari. "Lo kok dorong Mentari sih. Wah lo tuh emang yaaa" ujar Ayu. "Kenapa ga suka? Laporin aja ke guru BK" ujar Rora. "Ra, ternyata kamu kayak gini?" tanya Galaksi. "Kenapa gua salah? Iya emang gua selalu salah kok tenang aja gua udah biasa di salahin" ujar Rora yang langsung pergi meninggalkan tempat itu. Aurora kembali ke kelas. Tenang Ra, jangan nangis, gaboleh nangis, harus kuat. Batin Rora. Saat bel masuk Rasi dan Galaksi pun juga masuk. Rora sudah melupakan pembicaraan tadi dengan Galaksi dan menyapa kembali Galaksi. "Hai Galaksi" ujar Rora. "Iya" jawab Galaksi. Apa dia udah lupa tadi gua udah nyakitin hatinya dia karena kata-kata gua. Batin Galaksi. Bel pulang berbunyi, Aurora masih berada di kelas karena dia masih menulis catatan yaang ada di papan tulis. Sampai terdengar suara teriakan seperti orang tawuran. Rora masih diam saja karena biasanya mereka hanya tawuran di depan saja tidak sampai masuk ke area sekolah. Namun kali ini beda. Suara itu semakin kerasa. Rora yang emosi pun langsung membawa sapu dan mendekati area tawuran. Rora tak pernah takut jika pada akhirnya Rora menjadi target salah sasaran sebuah batu atau celurit. Yang Rora takutkan hanyalah kehilangan orang yang Rora sayang. Dan itu sudah terjadi dengan Rora kehilangan mamanya. "BERISIIIIIIKKK" teriak Rora yang mampu membuat mereka semua berhenti untuk saling pukul dan melempar batu. "RORA? NGAPAIN DISINI. SANA PULANG." ujar Bayu yang takut jika Rora kenapa-napa karena nanti Matahari pasti akan marah besar. "Kalian sana yang pulang. Atau kalo masih mau lanjut jangan didalem sekolahan. b**o. RORA ITU LAGI NYATET DAN GABISA KONSENTRASI GARA-GARA SUARA KALIAN. DAH SANA KELUAR" teriak Rora yang membuat mereka semua diam tak berkutik. "Rora bilang keluarrrrr. Ga mau keluar Rora pukul nih satu-satu pakek sapu. Ihhhhhh" ujar Rora yang sudah memukul cowok-cowok itu dengan sapu tanpa melihat siapa saja yang Rora pukul. Tak ayal hal itu membuat mereka keluar dari SMA PERTIWI. "Hih siapa sih itu cantik-cantik nyeremin galak" tanya anak SMA BUDI yang saat ini tawuran bersama SMA PERTIWI. "Itu Rora emang cantik dan emang kayak gitu orangnya" jawab anak SMA PERTIWI. Mereka pun akhirnya membicarakan Rora. "Lah kita kan mau tawuran kenapa jadi bicarain Rora" ujar salah satu anak SMA PERTIWI. "Udah ah bubar aja capek gua" jawab anak SMA BUDI. Pada akhirnya tawuran itupun gagal dilakukan setelah mereka bertemu dengan Rora dan malah membicarakan Rora. Rora masih mencatat sampai tak terasa sudah pukul 5 sore. Rora pun pulang dengan mobilnya. Sesampainya di rumah, keadaan seperti biasanya. Sunyi dan sepi. Rora memang hanya tinggal bersama pembantu, sopir, dan tukang kebunnya. Sedangkan papanya memilih tinggal dengan istri barunya. "Mau makan apa non? Biar bibi buatkan" ujar Bi Sri. "Ngga usah bi. Rora mau makan diluar aja. Bibi buat makanan untuk yang lainnya aja" ujar Rora. "Baik non" jawab Bi Sri. Rora pun masuk ke kamarnya dan mandi. Setelah mandi, Rora bersiap-siap untuk pergi keluar mencari makan. Hampir setiap hari Rora memang begini. Selalu keluar rumah untuk mencari makan. Aurora mengendarai mobil sampai ke sebuah kafe yang berada di Jalan Malioboro. Aurora datang sendiri dan duduk sendiri, banyak cowok yang sudah melihat Rora karena mereka tertarik kepada Aurora. Namun saat mereka akan mendekati Aurora, ada cowok yang tiba-tiba datang membuat mereka semua kecewa. "Yah udah ada cowok" kata mereka. "Angga" ujar Aurora senang karena bertemu dengan Angga di Cafe Kenangan. "Hallo Aurora cantik. Butuh temen buat makan?" tanya Angga. "Ahahahhaha sebenarnya Rora sendiri ga papa sih. Tapi kalo Angga ganteng mau nemenin hayuk Rora Terima. Monggo duduk" ujar Aurora. "Kamu udah pesen?" tanya Angga. "Udah dong. Kamu pesen gih" jawab Rora. "Iya aku pesen" ujar Angga. Angga pun memesan makannya. Makanan mereka pun akhirnya datang. Setelah mereka memakan makanannya. Aurora dan Angga meninggalkan Cafe Kenangan dan berjalan di jalanan Malioboro. "Ra, kapanpun kamu butuh. Kamu bisa panggil aku. Kamu tau kan kamu itu udah kayak adik aku sendiri" ujar Angga saat mereka duduk di jalanan Malioboro. "Iya abangkuuu. Sayang deh sama abang" ujar Rora. "Udah yuk pulang. Kamu bawa mobil atau ga?" tanya Angga. "Bawa dongg" ujar Rora. "Yaudah yuk pulang. Aku anterin ke parkiran" ujar Angga. "Bentar Rora mau foto dulu. Ayo selfie" ujar Rora mengajak Angga. Rora dan Angga pun mengabadikan momen mereka di jalanan Malioboro. Setelahnya Rora pulang setelah sebelumnya Angga mengantarkan ke parkiran. Di rumah Aurora mengupload fotonya bersama Angga di **. Instagram   Foto   Aurorabell Terimakasih telah sedia selalu menemani, abang tersayang @Anggaraz   Banyak sekali yang menyukai dan mengomentari foto di ** Aurora itu. Ada juga yang mengomentari jika Aurora dan Angga balikan kembali. Rora pun hanya mendiamkan komentar-komentar tersebut. Namun Rora malah langsung mendapatkan telefon dari Matahari. "Hallo" "Aurora maksudnya apa kamu upload foto di ** itu?!" "Apasih Matahari. Aku tegasin sekali lagi ya. Kita itu udah gaada apa-apa lagi" "Ga. Kita tuh masih pacaran" "Matahari sadar. Kita itu gabisa pacaran. Aku juga udah ga sayang sama kamu" "Masa bodo. Kamu mutusin aku tanpa sebab" "Tanpa sebab gimana maksud kamu? Papa aku nikah sama Mama kamu" "Tapi kita masih bisa pacaran Ra" "Ga. Kalo kamu ganggu aku terus. Aku pastiin Mentari adik kesayangan kamu itu bakalan tau kalo mamanya itu perebut suami orang" "Ra... Aurora" Aurora pun sudah mematikan panggilan tersebut. Mah, Aurora kangen Mama. Boleh ga Mah kalo Aurora balasin dendam Aurora ke Pelakor itu lewat Mentari? Boleh ya Ma. Batin Aurora. Ya, tanpa Mentari tahu, papanya yang sekarang adalah papa dari Aurora Isabella. Perempuan yang selalu membencinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD