RAYUAN TERSELUBUNG RYAN

1147 Words
Karin menelan ludahnya dengan sukar, ia merasa tidak nyaman dengan kedekatan Ryan pada dirinya. Ia pun mencoba untuk memberanikan dirinya menatap Ryan. “Apa maksud bapak berkata seperti itu? Saya benar-benar hanya menginginkan pekerjaan menjadi sekretaris bapak dan bukannya yang lain. Saya tidak akan merendahkan diri saya, hanya agar diterima bekerja di perusahaan Bapak.” Ryan menyunggingkan senyum sinis ke arah Karin. “Mengapa saya tidak percaya dengan apa yang kamu katakan! Saya merasa ada yang kamu sembunyikan dari saya.” Ia lalu merendahkan badan nya, hingga wajahnya sejajar dengan wajah Karin. Bahkan, hembusan napas Ryan dapat dirasakan Karin menerpa wajahnya. Karin menjadi semakin gugup, ditambah tatapan mata Ryan yang begitu tajam dan membius dirinya. Tatapan mata, yang seakan ingin mengajaknya pergi ke tempat tidur. “Bapak mungkin tidak percaya dengan apa yang saya katakan, karena pengalaman bapak sebelumnya. Namun, saya tidak berbohong dengan apa yang saya katakan tadi.” Karin mencoba untuk mendorong Ryan menjauh, meskipun kesannya tidak sopan, kepada pria yang akan menjadi atasannnya, seandainya ia diterima bekerja. Ryan bukannya bergerak menjauh, karena dorongan Karin. Namun, ia terlalu kokoh di tempatnya berdiri, sehingga Karin tidak dapat menggeser tubuhnya seinchi pun Ditangkapnya tangan Karin, yang menempel di dadanya. Karin menyentak dengan kasar, tangan Ryan yang menggenggam tangannya, ia merasa bagaikan ada sengatan listrik yang mengalir di antara mereka berdua dan hal itu membuat sesuatu berdesir di dalam d**a Karin. Ryan menegakkan badannya, sebenarnya ia juga merasa terganggu dengan kedekatannya dengan Karin tadi. “Sialan! Apa yang sebenarnya membuat wanita ini terasa berbeda, dibandingkan wanita yang pernah menjadi teman kencanku. Apakah karena pembawaannya yang terlihat tenang? Sialan memang wanita ini!” umpat Ryan dalam hatinya. Ryan berjalan kembali ke balik meja kerjanya. Ia, lalu duduk di sana, tetapi tatapan matanya tidak lepas dari wajah Karin. Karin merasa lega, melihat Ryan kembali duduk di tempatnya semula. Pria itu kembali memasang wajah dinginnya, jauh di dalam hatinya, Karin lebih menyukai kalau calon bos nya ini menatapnya dingin. Dibandingkan dengan tatapannya yang tadi begitu dalam dan membujuk. ‘Mengapa hanya dengan tatapan darinya saja sudah membuatku hampir tergoda?’ batin Karin. Digigitnya kembali bibirnya, untuk mengusir rasa gugup. Lidahnya yang berwarna merah, menyembul ke luar untuk menjilat bibir nya yang terasa kering. Dan, sialnya semua itu tidak luput dari pengamatan Ryan. “Kamu benar-benar mau menggoda saya untuk mencium bibir kamu, apa?” Ryan menatap bibir Karin dengan tajam. Sontak saja Karin menjadi terkejut mendengar pertanyaan dari Ryan. Ia sama sekali, tidak menduganya. Sebenarnya Karin merasa haus, hanya saja ia tidak berani untuk mengambil air mineral yang ada di atas meja yang ada di depannya, sebelum diperbolehkan oleh Ryan. Hanya mata nya saja yang melihat ke arah gelas itu dengan penuh harap. Ryan mengikuti arah tatapan mata Karin. “Silahkan diminum airnya!” Karin pun merasa lega mendengarnya. Langsung saja diambilnya gelas plastik air mineral dan diminumnya air tersebut, sampai tandas isinya. Namun, karena gugup terus ditatap tajam oleh Ryan. Membuat Karin tersedak air yang diminumnya. Ryan dengan cepat berdiri dari duduknya, ia lalu menepuk punggung Karin dengan keras, hingga mata Karin ber-air. Namun, Ryan tidak peduli. Karin menjauhkan badannya dari Ryan, ia merasa sedikit kesal, karena pria itu memukul punggungnya dengan keras. “Terima kasih, bapak sudah menolongnya saya,” ucap Karin, meski dengan hati yang mendongkol. Ryan pun kembali duduk di kursinya. “Apakah kamu yakin, dengan posisi lamaran yang kamu inginkan?” tanya Ryan, sambil membaca CV yang ada di tangannya. Ia, kemudian mengangkat kepala dari berkas yang ada di tangannya. Diamtinya dengan lekat Karin dari atas ke bawah. Karin menegakkan duduknya. “Saya yakin pak, dengan posisi yang saya inginkan. Saya juga sudah mempelajari apa saja yang harus dikerjakan seorang sekretaris. Dan itu semua sesuai dengan Pendidikan yang saya tempuh.” Ryan mengernyitkan kening, dengan sorot matanya menyelidik. “Dan apakah kamu bermaksud untuk menggunakan daya tarik tubuhmu yang seksi itu, merupakan salah satu bagian dari rencanamu untuk mendapatkan posisi sebagai sekretaris saya?” Karin berhitung sampai sepuluh dalam hatinya, untuk menahan kemarahannya yang hendak meledak. “Seandainya saja, aku tidak memerlukan pekerjaan ini untuk biaya hidupku, sudah pasti aku akan ke luar dari tempat ini, sekarang juga,” gumam Karin dalam hatinya. “Maafkan saya, kalau bapak merasa terganggu dengan tubuh saya. Apakah bapak lebih suka kalau saya mengenakan pakaian yang lebih tertutup? Saya tidak mencari masalah dengan mencoba untuk merayu bapak. Saya hanya ingin mendapatkan pekerjaan ini,” ucap Karin. Senyum miring tersungging di bibir Ryan. “Seberapa inginnya kamu dengan pekerjaan ini? Apakah kamu bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan pekerjaan ini?” Karin merasa kalau Ryan sedang mengujinya, melalui pertanyaan yang ia berikan. Dan ia harus memberikan jawaban yang cerdas. “Saya memang akan memberikan apa yang terbaik sesuai dengan kemampuan saya, agar supaya diterima bekerja di sini. Namun, bukan berarti saya akan menggunakan tubuh saya untuk mendapatkan posisi itu, pak.” “Hmm, baiklah! Saya membaca dari CV kamu, kalau kamu ini lulusan terbaik di kampusmu. Menurut kamu, apakah saya harus menerima lamaranmu?” tanya Ryan. “Saya percaya, kalau bapak harus menerima saya, karena saya akan membuktikan bahwa apa yang ada di CV saya, memang benar-benar nyata,” sahut Karin dengan penuh percaya diri. Ryan lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. “Baiklah, kamu saya terima menjadi sekretaris saya. Dan. asalkan kamu tahu, bekerja bersama itu, artinya kamu harus siap untuk bekerja keras dan juga dengan jam lembur.” Dengan cepat Karin menganggukkan kepalanya. Rona bahagia terpancar di mata dan wajah nya. “Siap, pak! Saya akan buktikan, kalau saya memang pantas menjadi sekretaris bapak.” Tatapan mata Ryan mengikuti gerakan Karin yang berdiri dari duduknya dan matanya berlama-lama memandang bagain d**a Karin, yang dua buah kancing teratas sudah dilepasnya. Jakun Ryan naik turun, dalam hatinya ia mengumpati Karin yang membuat ia ingin membawa wanita itu ke tempat tidur yang terdekat. Karin mengulurkan tangan kanan nya untuk menjabat tangan Ryan. Dan, sepertinyahal itu merupakan kesalahan. Begitu jemarinya berada dalam genggaman Ryan, pria itu menyentnak tangannya. Hingga ia jatuh ke d**a pria itu. “Kenapa kamu begitu lemah? Hanya dalam satu kali tarikan saja kamu sudah jatuh ke dalam pelukan saya. Saya tidak menginginkan seorang sekretaris yang lemah, apalagi dikarenakan alasan ia belum sarapan,” bisik Ryan di telinga Karin. Karin menepis kasar tangan Ryan yang merayap ke bagian kemejanya yang terbuka. “Saya minta kepada bapak, untuk tidak melakukan tindakan seperti ini, saya tidak menyukainya sama sekali!” Ryan memindahkan tangannya ke bibir Karin. “Betapa pintarnya bibir ini berkelit, apakah kau tidak mendengar jantungmu yang berdebar begitu kencang? Kau tidak usah berbohong, karena banyak wanita yang menginginkan saya untuk menyentuh mereka dan mengajak mereka ke tempat tidur.” Karin merasa geram mendengar ucapan Ryan, ia tidak akan membiarkan apa yang selama ini merupakan rahasia kelam dalam hidup ibunya, akan mennimpa dirinya juga. “Saya tidak menginginkan sentuhan Bapak! Dan saya juga tidak ingin tidur dengan Bapak, ataupun pria lainnya!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD