Gisel mengangkat telfonnya yang sedari tadi berbunyi. Ia mengutuk siapapun yang membangunkannya jam 6 pagi di hari minggu.
“Apa ?” teriak Gisel.
“Kebo!! Bangun gue udah di bawah kossan lu!!” kata orang di seberang sana.
Gisel langsung terbangun kaget. Itu suara Sean. Dia memastikannya lagi dengan melihat siapa yang yang menelfonnya. Bangke... Benar itu Sean.
“Sean.” panggil Gisel memastikan. Sean tidak pernah bangun sepagi ini di hari minggu.
“Cepetan!! 5 menit sudah harus di depan. Gue mau ngajakin lu olahraga.” setelah itu Sean mematikan telfonnya.
Gisel langsung lari menuju kamar mandi dia mandi bebek. Selesai mandi ia langsung ganti baju, memakai lipbalm dan langsung turun ke bawah menemui Sean.
“Aku bilang 5 menit Gisela Luna bukan 10 menit.”
“Cerewet!! Masih untung aku mau turun!!”
Sean membukakan mobilnya. Dan menuju ke sport center.
“lo mau ngajakin gue ngegym ?” tanya Gisel.
“Nggak kok!! Mita pacar gue itu sering main volly disini. Sekalian lu mau gue kenalin ke doi.”
Gisel tersenyum kecut. Dia fikir Sean memang ingin mengajaknya jogging di CFD tadi.
Gisel mengikuti langkah Sean. Dia melihat Sean berlari memeluk seorang perempuan. Gisel minder melihat gadis seksi itu. Badannya terbentuk sempurna. Gisel tau inilah yang namanya body goals itu. Gisel mengerti sekarang kenapa Sean pacaran dengan gadis itu di banding dirinya yang badan mirip triplek.
“Kenalin hon, Dia Gisel sahabat aku sejak kecil.”
Perempuan itu tersenyum. Gisel merasa tidak adil sekarang. Dia bahkan mempunya lesung di pipi kirinya. Gisel menjabat tangan perempuan itu. Haluss. Gisel tak percaya gadis di depannya ini begitu sempurna.
“Mita.”
“Gisel.”
“Gisel mau main Volly nggak?”
“Eh nggak, aku nggak bisa main Volly.”
“Uhmm..” mita sudah memasang muka cemberut.
“Jangan kek gini. Kamu kan jadi Imut.” kata Sean yang sudah mencubit pipi Mita. Gisel jijik melihatnya.
“Gue mau main tenns lapangan aja.” setelah mengatakan itu Gisel langsung lari menghindari mereka berdua.
Brak...
Gisel terjatuh.
“Eh kamu gapapa?” tanya seorang laki laki. Kini dia membantu Gisel berdiri.
“Gapapa gapapa. Sorry ya “
Gisel menatap laki-laki di depannya. Astagfirullah ganteng banget batin Gisel. Tapi dia merasa tidak asing dengan wajah laki-laki itu. Sepertinya dia pernah melihatnya. Tapi dia lupa pernah melihat laki-laki itu dimana.
“Gisel bukan?” tanya laki-laki itu.
“Kok tau namaku?” tanya Gisel kaget.
“Pacarnya Sean kan?”
Gisel berharap itu benar. Tapi itu tidak kenyataannya.
“Bukan!! Gue sahabatnya aja dari kecil.”
“Oh.. Syukur deh.”
“Hah apa??” tanya Gisel. Sepertinya dia salah dengar ucapan laki-laki di depannya.
“Gapapa. Ini aku Xavier yang waktu itu kamu pinjemi uang buat bayar print-print.an” kata Xavier.
Oh ya Gisel ingat. Dia Xavier kakak tingkatnya jurusan Teknik Industri yang menang Basket juara 1 tingkat Provinsi itu.
“Oh ya Kak Xavier. Sorry ya kak sempet nggak ingat sama kakak.”
“Gapapa santai aja. Kamu ngapain disini?”
“Eh tadi di ajakin Sean sih kesini.”
“Terus dia dimana?”
“Sama pacarnya main Volly.” jawab Gisel tetap tenang.
Jika dia tau akan di ajak kesini untuk ketemu pacar seksinya itu Gisel akan menolak mentah mentah.
“Kakak sendiri ngapain disini?” tanya Gisel sok manis.
“Latihan buat lomba tingkat Nasional besok. “
“Hah besok?”
“Nggak besok banget sih, masih 3 bulan lagi.” jawabnya dengan tersenyum. Gisel ikut tersenyum. Senyum katingnya ini memang luar biasa.
“Mau nemenin aku main Basket nggak daripada sendirian.”
“Oh boleh kak. Aku lumayan bisa loh. Dulu pernah di ajarin Sean.”
“ Kok dia nggak ikut ukm Basket kalau bisa?” tanya Xavier.
“Dia sih lebih suka main sama pacarnya terus clubing kalau nggak gitu dia balapan. Padahal sayang loh, dia jago banget main Basket.” terang Gisel.
Xavier memperhatikan gadis di depannya itu. Dia tertarik dengan Gisel sejak insiden Gisel meminjamkan uang untuk bayar print-print.an klise memang. Tapi sejak saat itu Xavier sering memperhatikan gadis di sampingnya itu. Lambat laun Xavier sadar dia menyukai gadis itu.
Xavier tersenyum melihat Gisel yang gagal melempar bola masuk ke dalam ring. Ia berjalan mendekati Gisel.
“Kamu terlalu kuat ngelemparnya.”
“Gitu ya?? Terus gimana kalau pingin masuk? “
Xavier mulai mengajari Gisel melempar bola agar masuk ke dalam ring.
Satu jam telah berlalu. Gisel hanya bisa memasukan 5 bola masuk ke dalam ring. Ia lelah dia benci olahraga. Meskipun tadi cukup seru. Dia mengajak Xavier untuk istirahat.
“Gisel.”
“Ya kak?”
“Hm.. Boleh minta WA kamu nggak?”
“Oh boleh kak.” jawab Gisel tetap anggun dan sok manis. Kan jodoh nggak ada yang tau. Siapa tau dia jodoh dengan Xavier. Daripada berharap dengan Sean yang tidak akan pernah dapat kepastian.
Gisel memberikan nomornya ke kakak tingkatnya itu.
Sean bermain Volly dengan Mita pacar barunya itu. Selesai bermain Sean mengajaknya untuk mencari sarapan. Mita menganguk mengiyakan. Sean baru sadar jika Gisel tidak ada.
“Aku cari Gisel dulu ya.” pamit Sean.
Sean menelfon Gisel berkali-kali tapi Gisel tidak mengangkatnya. Apa Gisel marah padanya lalu meninggalkannya. Sean tetap mencari keberadaan gadis itu dengan panik. Ia bernafas lega melihat Gisel sedang duduk di pinggir lapangan. Gadis itu tidak sendirian dia sedang tertawa. Sean menghampirinya.
“Ish.. Lucunya.” kata Gisel di selingi tawa.
“Gisel.” panggil Sean. Gisel menatap Sean.
“Balik yuk, kita cari makan dulu.”
“Pacar lu mana?” tanya Gisel melihat Sean sendirian tanpa di temani perempuan seksi itu.
“Nunggu di mobil. Ayok.”
“Tunggu, kenalin ini kak Xavier, kak Xavier ini Sean.”
Xavier menatap Sean tersenyum dia mengulurkan tangannya.
“Sean.”
Setelah mengatakan itu Sean menarik Gisel pergi. Gisel melambaikan tangannya kepada Xavier. Xavier membalas melambaikan tangannya.
*****
Selesai makan Sean mengantarkan Gisel pulang terlebih dahulu. Dia meminta berhenti di stand eskrim. Gisel ingin makan eskrim daripada jadi obat nyamuk. Gisel menyesal tau gini harusnya dia mengajak Xavier juga. Daripada melihat Mita yang merangkul lengan Sean.
Sean menurutinya.
“Makan di mobil aja ya?”
“Nggak!! mau makan disini. Kalo lo buru-buru yaudah balik aja duluan.” saut Gisel judes.
“Serius?”
“Iya.”
“Beneran?”
“Iya Sean. Sono pergi.”
“Gapapa?” tanya Sean tak yakin.
“Nggak jadi, lu tungguin gue.”
“Eh nggak gue sibuk. Bye!!”
Setelah mengatakan itu Sean melajukan mobilnya. Gisel menghentakan kakinya kesal. Lihat kan Sean selalu seperti itu. Dia selalu lebih memilih pacar-pacar sementaranya daripada dirinya. Harusnya Sean itu peka. Jika Gisel mencintainya.
Gisel menuju ke stand eskrim itu dengan raut wajah yang sangat kesal.
“Es krim coklat satu.” kata mereka serempak.
Gisel menatap laki-laki di sampingnya kesal.
“Gue duluan ya yang pesen.” kata Gisel bete.
“Enak aja. Gue duluan yang ngomong.” kata laki-laki itu.
“Pak saya duluan ya yang pesen.”
“Nggak pak saya duluan.”
Gisel menatap laki-laki di sampingnya ganas. Dia masih kesal perihal Sean pliss lah jangan di tambah-tambahin dengan laki-laki nggak jelas di sampingnya ini.
“Lo nggak bisa ngalah ya sama perempuan??”
“Nggak!!” katanya.
“ish....” Gisel menjambak rambut laki-laki itu melampiaskan kekesalannya. “Dasar b******k, laki-laki j*****m, pengecut “ makinya .
“b**o!! Sakit tau!!” laki-laki itu mencoba melepaskan tangan Gisel yang menjambak rambutnya dan sesekali memukulnya.
“Barbar!!” katanya lagi.
Semua orang sudah nemperhatikan mereka berdua. Bahkan ada yang sudah merekamnya. Gisel melepaskan jambakannya saat tangan laki-laki itu di pinggannya.
“Brengsek.” maki Gisel.
Gisel sadar dia sudah jadi tontonan. Dia melihat laki-laki di depannya berantakan bahkan ada beberapa rambut yang menempel di tangannya. Gisel berlari secepat mungkin meninggalkan tempat itu. Semua itu salah Sean.
*******
Reza segara membayar es krim itu dan pergi meninggalkan stand. Dia malu karena bisa bisanya dia bertengkar dan dijambak oleh seorang perempuan.
“Nih!!” Ucap Reza dengan memberikan eskrim coklat itu kepada adiknya Vanya.
Vanya menatap kembarannya syokk. Rambut rapinya itu sudah acak-acakan. Wajah Reza sendiri tak kalah jauh.
“Lu kenapa?” tanya Vanya penasaran.
“Tau tuh.. Ada cewek gila barbar lagi. Masa gara-gara eskrim gue di jambak.” Kata Reza sebal. “Yuk balik.” Ajak Reza.
Vanya menganguk. Dia merangkul lengan kembarannya dengan semangat.
Reza masih kesal dengan perempuan itu, tapi disisi lain dia juga sedikit penasaran. Baru pertama kali ini ada perempuan yang tidak terpesona dengan wajah gantengnya. Percayalah Reza ini termasuk mostwanted di sekolahnya. Banyak perempuan yang menyukainya apalagi memujanya. Reza tinggal memilih ingin dengan perempuan yang mana. Tapi sayang Reza sama sekali tidak minat dengan perempuan di sekolahnya. Reza sendiri heran kenapa seperti bisa itu.