Rejected ❌

2263 Words
Dear Pembaca, aku cuma mau kasih tau kalau sosok Jae hoon kalian bisa lihat visualnya Ji Chang wook yah biar bisa bayangin Jae hoon itu seperti apa sih. Sedangkan untuk Seo woo kalian bisa lihat Jeon Somi yah, selamat berimajinasi Yeorobun and Happy Reading..... . . . Sepulang dari makan malam di restoran bintang 5, Jae hoon dan Seo woo mencoba untuk jalan-jalan sebentar sebelum akhirnya pulang ke rumah. Mobil Jae hoon di simpan di pinggir jalan kemudian mereka melanjutkannya dengan berjalan kaki di bawah rindangnya pohon sakura yang masih Setia bermekaran du musim semi ini, kelopak bunga-bunga sakura berterbangan di tiup angin dan saat itu Seo woo sibuk menangkap kelopaknya namun tak berhasil. " Apa yang kau lakukan.? " Tanya Jae hoon yang terheran melihat Seo woo begitu ambisius menangkap kelopaknya. " Di dalam drama yang ku nonton, kalau kita berhasil menangkap kelopak sakura yang jatuh lalu setelah itu kita memohon maka harapan kita pasti akan terkabulkan. " Jawab Seo woo masih sibuk menangkap kelopak yang berjatuhan. " Itu hanya ada di dalam drama. " " Apa salahnya mencoba. " Jae hoon mulai tertarik untuk menangkapnya juga, dan hanya sekali tangkap pria itu sudah mendapatkannya dan membuat Seo woo cemburu karena dia mendapatkannya dengan mudah. " Buatlah harapan, apapun itu dan yakin saja suatu saat akan di kabulkan. " Sahut Seo woo kemudian. Jae hoon kemudian menatap kelopak di tangannya sambil memikirkan harapan apa yang begitu di inginkan nya, sejurus kemudian Jae hoon menatap Seo woo dan membuat gadis itu salah tingkah. " Aku ingin kehidupan kita berdua menjadi lebih baik lagi ke depannya. " Ucap Jae hoon seketika itu juga membuat Seo woo tercekat kaget hingga membuat jantungnya berdebar kencang dan wajah yang mulai memerah. " Kenapa kau meminta untuk kita berdua.? " Tanya Seo woo kemudian. " Karena aku tidak begitu menginginkan sesuatu selain membuat mu jauh lebih bahagia. " Jawabnya lagi-lagi membuat Seo woo merasa aneh. " Ayo kita jalan lagi. " Ajak jae hoon sukses membuat Seo woo merasakan perasaan yang aneh. Jae hoon kemudian melangkah maju meninggalkan Seo woo yang masih menatap punggungnya dengan tatapan nanar, perasaan aneh ini selalu muncul di saat Jae hoon melontarkan kata-kata yang menyentuh. Sulit menafsirkannya, namun satu yang pasti ia merasa sangat nyaman dan senang di saat yang bersamaan. *** Sepulang dari jalan-jalan bersama, kini mereka tiba di rumah lebih lambat dari yang di harapkan. Hal itu terjadi karena di jalan pulang tadi mereka melihat kembang api yang di nyalakan dekat sungai han, sangat jarang melihat kembang api di musim semi sehingga mereka tak ingin sampai melewatkannya. Seo woo menjatuhkan tubuhnya di atas sofa karena merasa lelah, sementara itu Jae hoon berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Aneh rasanya setelah pulang jalan-jalan dan Seo woo kembali merasa lapar padahal ia sudah banyak makan saat di resto tadi, ia melirik Jae hoon dengan malu-malu dan mendapat pria itu yang ikut menatapnya. " Ada apa.? " Tanya Jae hoon lebih peka dari biasanya. " Aku lapar. " " Hmm.. Biar ku lihat ada apa di lemari es, " Jae hoon bahkan langsung bergerak untuk membuatkan Seo woo makanan. " Hanya ada bahan ramyeon, apa tidak masalah kalau kau makan itu saja.?" Tanya Jae hoon melirik Seo woo. " Tentu saja, aku sangat suka ramyeon. " Jawabnya cepat. " Kau tunggu sebentar selagi aku membuatkannya untuk mu. " Seo woo tersenyum senang dan kembali duduk dengan tenang, ketika ia sadar akan sikapnya barusan secepat mungkin ia menyadarkan diri dengan memukul-mukul wajahnya. Saat ini tubuhnya berekspresi di luar kendali, benar-benar aneh hingga membuatnya kebingungan sendiri. Malam itu keduanya menikmati semangkuk ramen berdua, mereka sangat menikmatinya sambil tertawa kecil membahas sesuatu yang lucu. Tanpa sadar Seo woo telah mengagumi sifat baik Jae hoon dan melihatnya seperti seorang pria, sementara Jae hoon melihat Seo woo sudah seperti adik kecil yang harus di rawat sebaik mungkin. *** Hari-hari penuh kebahagian di lalui Seo woo bersama Jae hoon ketika mereka berada di rumah, setelah pulang dari tempat les biasanya Seo woo tidak kemana-mana dan menghabiskan waktu bersama Jae hoon di rumah dengan bermain game sambil menikmati jajanan yang mereka pesan via online. Akhir-akhir ini Jae hoon memang tidak sibuk dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sehingga ia bisa menghabiskan waktunya bersama Seo woo dengan melalukan apa saja yang mereka suka. Hari ini Seo woo yang libur les, langsung pulang ke rumah dengan membawa makanan yaitu Teokkpokki dan sundae yang sangat cocok di nikmati di siang hari. Jae hoon mengeluarkan dua kaleng minuman dengan beda jenis, yang satu jus jeruk dan satunya lagi soda yang mengandung rendah alkohol. Mereka meletakkan makanan itu di atas meja kemudian menyetel televisi di mana saat ini Seo woo akan memperlihatkan drama favoritnya pada Jae hoon. " Lee Ruby akan menjadi pemeran utama di drama ini, kau akan lihat betapa hebatnya dia dalam berakting." Seru Seo woo begitu dramanya di mulai. Jae hoon mulai memfokuskan pandangannya ke arah televisi dengan serius, dan saat adegan pertama di mulai dengan di awali sang pemeran wanita yaitu Lee Ruby muncul sambil membawa pistol kemudian berjalan mendekati seorang pria yang duduk di kursi dengan tangan yang terikat. Seperti genre yang di sebutkan bahwa drama ini mengandung kekerasan dan lebih menjurus kepada action drama, hal itu membuat Jae hoon langsung tertarik melihatnya. " Matilah dengan damai. " Ucap Jae hoon mendahului apa yang akan di katakan oleh Lee Ruby di dalam dramanya. " Bagaimana kau tahu kalau dialognya akan seperti itu.? " Tanya Seo woo kebingungan. " Ah entahlah, tiba-tiba saja terpikir di kepalaku. Mungkin akting wanita itu sudah biasa dan mudah di tebak makanya aku bisa tahu. " Jawab Jae hoon ringan. Mereka kembali fokus menonton, tangan mereka pun sibuk menyuap makanan ke mulut mereka masing-masing. Dan setelah beberapa saat drama itu pun berakhir pada adegan ciuman yang cukup panas, entah mengapa suasana berubah menjadi canggung. Lalu dari adegan ciuman barusan berakhir pada adegan ranjang yang semakin memanas, Seo woo menelan ludah dengan susah payah ia bahkan bingung harus berbuat apa saat itu. " Aku mengantuk, mau tidur duluan. " Ucap Seo woo yang meletakkan remote tv dan bergegas meninggalkan Jae hoon. " Ya sudah aku akan mematikan TV nya. " Balas Jae hoon tak kalah canggung. Setibanya di kamar, Seo woo langsung menutup pintunya rapat-rapat sambil memasang wajah gugup. Ia menatap dirinya di cermin dan mendapati wajahnya memerah karena malu, ia tak menyangka akan se-canggung itu menyaksikan adegan panas bersama Jae hoon. " Kau harus menenangkan diri mu Seo woo, kenapa kau jadi ikut terbawa suasana sih. " Keluhnya sambil mondar mandir berusaha menyadarkan dirinya. Waktu itu saat Jae hoon sedang mabuk dan tidak sengaja menciumnya kembali terngiang, rasanya sangat mengganggu pikiran Seo woo meskipun hanya dia yang ingat kejadian waktu itu. *** Hari ini cuaca di luar terlihat cerah dan tidak panas sehingga membuat semua kurid kelas 1-1 tidak keberatan jika harus berolahraga di luar, saat ini mereka di perintah untuk melakukan pemanasan sebelum memulai olahraga lari estafet hari ini. Ada satu murid yang begitu antusias saat melakukan pemanasan, dia adalah Minju yang tetap semangat dengan tatapan lurus ke depan lebih tepatnya ke arah Pak Kim yang sedang memberikan arahan kepada semuanya. " Minju, kau masih menyukai guru olahraga kita.? " Tanya Byeolim diam-diam. " Tentu saja, aku tidak bisa melupakannya begitu saja. " Balasnya mantap. " Kalau begitu kenapa kau tidak berpura-pura sakit, siapa tahu dia akan membawa mu ke UKS. " Bisik Seo woo kemudian. Minju kemudian memikirkan cara bagaimana bisa mendekati Pak Kim lagi, sesuai arahan Seo woo barusan dengan berpura-pura sakit ia pun mulai menjalankan aktingnya. " Pak, Minju sakit. " Sahut Seo woo seketika mengundang perhatian semua murid begitu pun dengan Pak Kim. Pak Kim kemudian menghampiri Minju yang sedang berpura-pura sakit perut, lalu beliau mengajaknya ke ruang kesehatan dan rencana pun berjalan lancar. Seo woo dan Byeolim melakukan toss lega setelah apa yang mereka rencanakan berhasil, kegiatan olahraga pun kembali di lakukan setelah Pak Kim menyerahkan tugasnya kepada ketua kelas. Di ruang uks, Minju langsung di berbaring di tempat tidur sementara itu Pak kim sibuk mencari obat untuknya. Karena petugas kesehatan sedang tidak ada ia pun terpaksa harus mencarinya sendiri, sementara itu Minju yang masih mengeluh sakit diam-diam melirik Pak Kim dengan senyum yang merekah di bibirnya. " Ini obat pereda nyeri, ayo duduk dulu . " Ucap Pak Kim setelah menemukan obatnya dan memberikannya kepada Minju. Meskipun tidak sedang sakit betulan tapi Minju tetap meminum obat itu, padahal ia tahu bahwa dirinya tidak bisa sembarangan minum obat tapi untuk menjaga aktingnya berjalan dengan baik ia tetap melakukannya. " Sekarang istirahatlah dulu, aku akan memanggil teman mu untuk menjaga mu di sini. " " Bisakah kau saja yang di sini menjaga ku pak. " Sahut Minju yang menahan tangan Soo jin untuk tetap tinggal. " Aku tidak bisa melakukannya, aku ini seorang guru laki-laki dan tidak sebaiknya berduaan di tempat seperti ini dengan seorang murid. " Balasnya membuat Minju memelas. Minju terpaksa melepaskan genggamannya dan saat Soo jin hendak pergi, pernafasan Minju mulai tidak teratur dan itu adalah gejala yang selalu di alaminya jika meminum obat-obatan yang tidak seharusnya di minum. Melihat kondisi Minju yang seperti itu sontak Soo jin langsung menelpon rumah sakit, perlahan tapi pasti Minju pun mulai kehilangan kesadarannya. " Gawat, kenapa jadi seperti ini.? " Ucap Soo jin yang mulai khawatir. *** Perlahan tapi pasti gadis itu mulai membuka kedua matanya, ia melihat langit-langit ruangan yang dilihat asing namun aroma di sekitar terhirup familiar. Hingga akhirnya ia sadar bahwa dirinya sudah berada di rumah sakit, dan kejadian sebelumnya saat ia mengalami efek samping dari obat-obatan yang tidak seharusnya ia minum. " Bodohnya aku yang berharap pak kim ada di sini ketika aku bangun. " Benak Minju sedih. Pintu terkuak yang membuat Minju melirik ke arahnya dengan cepat, ia mengira itu adalah pak Kim ternyata Woo jin kakaknya yang baru saja datang setelah mendapat kabar bahwa adiknya masuk rumah sakit. " Dasar bodoh, kenapa kau bisa sampai masuk rumah sakit.? " Ucapnya dengan nada yang tegas. " Oppa, kenapa kau sangat jahat. Aku sedang sakit tapi kau malah memarahi ku." Keluh Minju menatapnya sebal. " Aku sangat khawatir tahu, setelah mendengar mu masuk rumah sakit ini aku langsung berlari kemari. " " kalau begitu maaf sudah membuat mu khawatir. " Lanjut Minju kemudian. " Apa yang sudah terjadi, kau sangat jarang masuk rumah sakit dan kenapa tiba-tiba masuk ke rumah sakit sih.?! " " Aku tidak sengaja meminum obat sakit perut dan saat itu aku tidak apa-apa, tapi karena suatu hal aku terpaksa melakukan nya. " " Kau ini benar-benar bodoh, kau sudah tahu kalau kau ini alergi obat tapi masih saja meminumnya, alasan apa yang membuat mu sampai bertingkah sebodoh itu. " Seseorang tiba-tiba masuk dan membuat percakapan mereka berhenti, dia adalah Soo jin yang baru kembali setelah mengantar Minju ke rumah sakit. " Perkenalkan saya Lee Dong wook guru olahraga Minju yang membawanya ke rumah sakit tadi. " Ucap Dong wook menyodorkan tangannya pada Woo jin. " Oh, perkenalkan saya Park Woo Jin kakak Minju sekaligus dokter di rumah sakit ini. " Balas Woo jin ramah. " Terima kasih karena sudah membawa Minju ke rumah sakit, dia memang adik yang bodoh dia sudah tahu tidak boleh sembarangan minum obat tapi dia tetap meminumnya, tolong maafkan kebodohannya. " Jelas Woo jin sambil membungkuk meminta maaf, sebaliknya Minju merasa malu setelah ketahuan di hadapan Dong wook. " Tidak apa-apa dok, lagi pula Minju adalah murid saya dan sudah seharusnya bertanggung jawab di jam mengajar saya. " " Jangan terlalu formal padaku, kita seumuran kan jadi santai saja." Pinta Woo jin. " Ah baiklah. " Balasnya sedikit canggung. " Aku masih harus memeriksa pasien ku, maaf jika aku tinggal. Minju kau harus meminta maaf pada guru mu dengan baik, oke. " Ujar Woo jin sebelum meninggalkan ruangan. Setelah Woo jin pergi dan hanya tersisa Soo jin dan Minju ruangan kembali sunyi dan perasaan aneh yang mulai di rasakan oleh Minju, setelah Dong wook menjatuhkan tubuhnya di kursi sebelah tempat tidur Seo woo. " Sekarang, apa kau akan menjelaskan atas kejadian ini.?" Tanya Dong wook bersikap lebih santai dari sebelumnya. " Maafkan aku pak, aku melakukan semua ini karena ingin mendapatkan perhatian darimu saja. " Balas Minju tak berani menatap Soo jin. " Kenapa.?" " Aku menyukai mu pak Lee, sudah lama dan sejak saat itu kamu adalah alasan kenapa aku semangat berangkat ke sekolah. " Jawab Minju kini berani mengakuinya secara langsung. " Jangan menyukai ku, kau harus melupakan soal perasaan mu itu." " Aku tidak mau, aku akan tetap menyukai mu sampai kapan pun itu." " Kita ini seorang guru dan murid, kau tidak boleh menghancurkan masa depan mu karena menyukai orang seperti ku. " " Kenapa tidak boleh, bukankah Cinta tidak memandang apapun, aku sudah memutuskan untuk menyukai mu dan tidak akan pernah berhenti menyukai mu. " " Tapi aku tidak akan pernah membalas perasaan mu itu. " Minju menatapnya sendu. " Tidak apa-apa, asalkan aku boleh tetap menyukaimu maka semua itu tidak akan menjadi masalah bagiku. " Jawabnya mantap.  Dong wook menatap Minju dengan teliti, ia bahkan tak menemukan satu keraguan pun di raut wajah Minju saat mengatakan semua itu. Tapi menurut Dong wook keputusannya adalah mutlak, ia tetap meminta Minju untuk berhenti menyukainya dengan mengatakan kepada Minju bahwa dirinya sudah memiliki kekasih. " Maafkan aku harus pergi, aku sudah menghubungi dua sahabat mu untuk kemari menggantikan ku, permisi. " Ucap Soo jin beranjak dari kursinya dan meninggalkan Minju yang terdiam tanpa kata. Air mata Minju mengalir ketika Soo-jin meninggalkan ruangan, ia pun langsung menangis tersedu-sedu mengetahui Soo jin sudah memiliki seorang kekasih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD