Hadiah Dari Idola. ?

2208 Words
Seo woo yang baru saja selesai mandi dan berganti baju segera menemui Jae hoon yanga di lantai bawah, gadis itu duduk di atas sofa sambil memeluk kedua lututnya agar ia merasa lebih hangat. Jae hoon kemudian datang dengan membawa selimut dan membungkus tubuh Seo woo dan setelah itu memberikan segelas teh hangat untuk Seo woo minum. " Apa yang terjadi, kenapa kau menangis di tengah hujan tadi.? " Tanya Jae hoon ikut menjatuhkan tubuhnya di sebelah Seo woo. " Aku tidak mungkin memberitahu Ahjussi kalau agensi sudah tidak mau melatihku lagi. " Benak Seo woo menunduk sendu. " Aku dan pacarku sudah putus. " Ucapannya seketika membuat Jae hoon terkejut. " Kenapa, apa dia tahu soal hubungan kita.? " Tanya Jae hoon santai. Seo woo melirik Jae hoon dengan tatapan bingung, bagaimana mungkin sikap Jae hoon terlihat biasa saja saat ia membahas soal pria lain. Seo woo mengira respon Jae hoon akan lebih dari ini, tetapi saat ini sikapnya tak lebih dari seorang kakak yang sedang di ajaknya bicara. " Sepertinya hanya Cinta sepihak, dia masih mencintai mantannya dan kembali lagi setelah mereka memperbaiki hubungan mereka. " " Kalau begitu kamu beruntung. " " Beruntung maksudnya.? " Tanya Seo woo bingung. " Karena kamu telah terhindar dari pria yang tidak jujur, kamu pantas mendapatkan yang lebih dari dia. " Jawab Jae hoon mantap. Seo woo pun langsung tersenyum senang di buatnya, ia tak menyangka ucapan Jae hoon dapat membuat pikirannya sampai terbuka seperti itu. Betapa polosnya Seo woo yang dapat menerima dan mengerti semua nasehat Jae hoon, tanpa mereka sadari keduanya mengobrol hingga membuat Seo woo ketiduran dan Jae hoon yang menyadarinya segera menggendong Seo woo menuju kamarnya. " Maaf kali ini aku melanggar peraturan mu." Ucap Jae hoon pelan. *** Sinar Mentari menyapa Seo woo yang masih terlelap, sebelum akhirnya mulai menggeliat dan perlahan membuka mata. Hal pertama yang ada di pikirannya adalah ketika semalam dia dan Jae hoon banyak mengobrol dan di rasa sangat menyenangkan, ia tersenyum lebar sebelum akhirnya sadar atas apa yang di lakukan nya. " Kenapa aku tersenyum, tidak boleh… Tidak boleh…, " Ucap Seo woo memukul wajahnya pelan. Seo woo mengerjapkan mata beberapa saat sebelum benar-benar sadar bahwa saat ini ia sudah berada di kamar yang itu artinya Jae hoon telah menggendongnya sampai ke tempat tidur, spontan wajah Seo woo memerah dan menyadari bahwa Jae hoon telah melanggar aturan yang ia buat. " Ahjusssiiiiiiiii….!!!! " teriak Seo woo bergegas turun dari tempat tidur menuju keluar kamar. Dari lantai dua ia dapat melihat Jae hoon yang sibuk membersihkan rumah dan saat ini menatapnya dengan tatapan polos. " Kau sudah melanggar peraturan dengan menggendongku, aku tidak mau tahu kau harus membayar denda mu. " Sahut Seo woo melengking. " Baik.. Baik.., apa dendanya.? " Tanya Jae hoon masih dapat bersikap santai. " Dendanya, apa ya? Aku bahkan tidak membuat list denda dari peraturan yang ku buat." benaknya mulai kebingungan. " Antar aku ke sekolah setelah itu jemput aku dar sekolah ke tempat les dan pulang ke rumah, oh dan satu lagi traktir aku makanan lezat di restoran Bintang 5." Ucap Seo woo kemudian. " Baiklah, aku akan melakukan semuanya." Seo woo membeku di tempat saat Jae hoon membalasnya dengan senyuman manis, dengan semudah itu Jae hoon menerima permintaannya tanpa berpikir dua kali padahal ia sudah meminta sesuatu yang banyak padanya. " Ah lagi-lagi aku merasa ada hal yang aneh pada diriku. " Keluh Seo woo kembali memasuki kamarnya. *** Minju dan Byeolim baru saja menghentikan langkah mereka setelah melihat Seo woo yang baru saja turun dari sebuah mobil mewah di ujung jalan, keduanya menatap Seo woo yang terlihat was-was berjalan meninggalkan mobil tersebut namun dengan senyuman yang mencurigakan di mata mereka. " Selamat pagi sahabat-sahabatku yang cantik. " Seru Seo woo begitu tiba di hadapan mereka. " Apa yang membuatmu sampai kegirangan seperti itu.? " Tanya Minju penasaran. " Siapa yang baru saja mengantarmu, jangan-jangan dia…? " Seo woo langsung memberikan kode agar Byeolim mengecilkan suaranya, ia tak mau sampai murid lain tahu soal Jae hoon. " Hari ini ahjussi mengantarku ke sekolah, ku pikir tidak ada salahnya hanya mengantar sampai diujung jalan. " Balas Seo woo kemudian. " Apa kau sudah menyukainya, sejak keluar dari mobil kami perhatikan kau terlihat sangat was-was dan juga bahagia di saat yang bersamaan. " " Tentu saja tidak, aku tidak akan pernah berakhir menyukai pria tua seperti dia, lagi pula aku dan ahjussi sudah berjanji satu hal semalam. " " Janji apa.? " ( Malam di saat mereka membuat janji baru.) " Seo woo, soal perceraian yang kau inginkan apa kau masih menginginkannya. " Ucap Jae hoon membuat Seo woo menoleh heran. " Tentu saja, tapi bagaimana caranya agar kita bisa bercerai.? " Tanya Seo woo heran. " Mudah saja, setelah kau tamat SMA kau berpura-pura tidak bisa hamil saja dengan begitu kita bisa bercerai. " " A-apa, tunggu dulu aku tidak paham maksud mu apa.? " " Sebenarnya salah satu alasan orang tuaku menikahkan kita adalah karena seorang cucu, orang tuaku sejak dulu sudah menginginkan cucu, tapi waktu itu istriku tidak tidak sempat di beri keturunan setelah akhirnya dia tewas akibat kecelakaan. Dan setelah menikah denganmu, mereka juga berharap penuh agar mendapat cucu dari mu, tapi karena usiamu yang masih muda mereka memberi waktu sampai kau tamat SMA, tapi kau tenang saja hal itu tidak akan pernah terjadi. Kita bisa berpura-pura kau tidak bisa hamil dan saat itu juga aku akan menceraikan mu, jadi selama itu kuharap kau bisa bertahan sampai hari itu tiba. " ( Kembali ke masa sekarang.) " Wah, sungguh gila pernikahan kalian. " komentar Byeolim setelah mendengarnya. " Tapi apa kau yakin selama itu tidak akan berakhir menyukainya, kalian hidup bersama dan sering bertemu setiap hari tidak menutup kemungkinan kalian akan saling mencintai kan. " Tambah Minju dan di benarkan oleh Byeolim. " Sudahlah, kalian tidak perlu berpikir terlalu jauh seperti itu. Aku bisa menahan diri dari itu semua, setidaknya aku punya kesempatan untuk berpisah dengan ahjussi itu. " Ucap Seo woo lega. " Terserah kau saja, lalu bagaimana hubungan mu dan Tae kyung sunbae.?" Tanya Byeolim tiba-tiba membuat langkah Seo woo berhenti sejenak. Sejenak Seo woo hampir lupa soal Tae kyung setelah Jae hoon menghiburnya semalam, dan kali ini ia kembali teringat akan pria itu dari sahabatnya. " Aku sudah putus, maaf karena tidak mendengarkan omongan kalian. " " Syukurlah kalau begitu. " " Kenapa kalian tidak memarahiku.? " Tanya Seo woo bingung. " Mana mungkin kita memarahi mu, justru kita bersyukur kau telah terlepas dari toxic yang bernama Tae kyung itu. " Ucapan yang mengandung dukungan itu persis terdengar seperti ucapan Jae hoon semalam, lagi dan lagi hal itu membuat Seo woo tersenyum senang di buatnya. *** Jam sekolah telah usai dan tiba saatnya untuk pulang, tapi tidak dengan Seo woo yang harus pergi ke tempat lesnya. Saat itu ia terlihat begitu bersemangat mengemas barang-barangnya hingga akhirnya pamit undur diri pada dua sahabatnya. Setibanya di tempat biasa ia mencari mobil Jae hoon di antara banyaknya mobil yang datang menjemput murid lain. " Dia tidak mungkin tidak datang kan. " Ucap Seo woo terlihat gusar. Seo woo tetap menunggu dan mencari mobil Jae hoon barangkali menunggu di tempat lain, namun sudah semua tempat di lihatnya dan tak ada Jae hoon di sana. Ia mendengus sebal hingga akhirnya mencoba untuk menelpon pria itu, setelah di coba nampaknya nomor Jae hoon sedang tidak aktif. " Apa yang dia lakukan, membuatku kesal saja. " Peep.. Peep… Seo woo menoleh dengan senyum merekah ketika suara klakson baru saja berbunyi di sebelahnya, namun wajah senang itu seketika berubah ketika yang di lihatnya adalah Minho. " Seo woo-ya, lama tidak berjumpa. " Seru pria itu sambil keluar dari mobilnya. Melihat Minho yang sudah dua minggu tidak di lihat membuat Seo woo sedikit lupa dengan pria itu, dulu hampir setiap hari dia datang dan mengganggu hari-harinya dan sekarang pria itu kembali di hadapannya dengan ekspresi wajah yang selalu di tampilkan di hadapannya. " Kau mau ke tempat les kan? Ayo kita pergi bersama. " Ajak Minho antusias. " Tidak, aku sedang menunggu seseorang. " Jawabnya cepat. " Siapa? " " Bukan urusan mu. " " Apa kau sangat membenci ku sampai tidak mau melihatku seperti itu.? " Tanya Minho terdengar menyedihkan. " Aku tidak membenci mu, aku hanya tidak suka kau bersikap berlebihan kepadaku. " " Beri aku kesempatan, aku sangat ingin berteman denganmu. Meskipun kau tidak membalas perasaanku, setidaknya kita bisa tetap berteman kan. " Seo woo sangat kesal dengan Minho, ia kembali mengabaikan pria itu dengan memberhentikan taksi dan meninggalkannya begitu saja. Sementara itu Minho yang hanya dapat termenung melihat kepergian Seo woo tak bisa berbuat apapun selain berdiam diri. " Tuan muda, kita harus segera berangkat. " Sahut supir Minho dari dalam mobil. " Aku mau pulang, antar aku ke rumah. " Balas Minho terlihat murung dan segera masuk ke dalam mobilnya lagi. *** Pintu ruang operasi baru saja terbuka dan memunculkan seorang pria yang sedang melepas atribut medisnya, ia melirik arloji di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 5:00 sore. Sudah sangat telat untuk mengabari Seo woo jika dirinya sibuk karena operasi dadakan, dan saat ini sudah waktunya bagi Seo woo pulang dari tempat les. Jae hoon masih harus menepati janjinya dengan mengajak Seo woo makan di resto Bintang 5, maka dari itu ia bergegas mengganti pakaiannya serta mengambil barang-barangnya di ruang kerja. Para perawat membungkuk hormat ketika Jae hoon melintasi nurse stationary, dan secepat kilat menuju lift sebelum akhirnya pintu lift tertutup. Di dalam lift, ada seorang wanita mengenakan masker putih dan kaca mata hitam yang membuat Jae hoon sempat meliriknya dengan penasaran, sebab sebelumnya wanita itu terlihat terkejut saat Jae hoon masuk ke dalam. Terlebih lagi ketika wanita itu berusaha menjaga jarak seakan takut berada dekat-dekat dengannya, Jae hoon menghirup aroma tubuhnya mengira wanita itu menghindar di karenakan aroma tubuhnya. " Aku masih harum, kenapa dia berusaha menghindari ku. " Benak Jae hoon bingung. Pintu lift baru saja terbuka tepat di lantai dua, dan seseorang baru saja masuk dan meminta maaf pada wanita di sebelah Jae hoon. Ketika pria itu menyebut nama Lee Ruby, spontan Jae hoon langsung menoleh dengan memastikan apakah Lee Ruby yang ada di sebelahnya adalah idola Seo woo apa bukan. " Maaf, aku seorang dokter di rumah sakit ini. Apa benar, anda adalah Lee Ruby artis terkenal itu.? " Tanya Jae hoon mengundang perhatian pria yang tak lain adalah manajer Ruby. " Benar sekali, dia adalah Lee Ruby. " Jawab manajernya. " Boleh aku minta tanda tangan.?" Jae hoon mengeluarkan sebuah mug yang sebelumnya ingin di berikan pada Seo woo, mungkin dengan adanya tanda tangan idola Seo woo di sana dapat membuatnya sangat senang. " Ini, tolong tanda tangan di mug ini dengan nama Cho Seo Woo. " Ucap Jae hoon sembari memberikan mug tersebut kepada Lee Ruby. Lee Ruby menerima mug beserta spidol yang di berikan oleh Jae hoon, ia tak banyak bicara saat itu dan memberikan tanda tangannya dengan cepat. " Siapa Cho Seo woo, anakmu.? " Tanya Manajer Ruby. " Istriku. " Jawab Jae hoon santai. " Kau sudah menikah lagi.?" Tanya Ruby membuat suasana berubah. " Maaf, bagaimana kau tahu soal itu.? " Tanya Jae hoon kebingungan. Saat itu pintu lift sudah terbuka, Ruby memutuskan untuk pergi tanpa menjawab pertanyaan Jae hoon barusan. Bagi Jae hoon tak masalah yang terpenting ia sudah mendapatkan tanda tangan dari idola kesukaan Seo woo. *** Kelas berakhir cukup telat hari ini, setelah guru les menutup kelasnya beberapa siswa pun keluar meninggalkan kelas begitu pun dengan Seo woo, ia melirik ponselnya yang berisi pesan yang di tujukan untuk Jae hoon. sejak tadi belum di baca sehingga membuat perasaannya dongkol, kedua mata Seo woo menangkap sosok yang di tunggunya sejak tadi siang kini sudah berdiri di sebelah mobil miliknya menatap ke arah Seo woo sambil melambaikan tangan. " Kenapa kau baru datang sekarang, bahkan tidak membalas pesan ku sama sekali, menyebalkan. " Protesnya setelah berdiri di hadapan Jae hoon. " Aku minta maaf soal itu, tadi siang tiba-tiba saja ada jadwal operasi dadakan jadi aku harus menanganinya selama empat jam, jadi aku minta maaf karena tidak sempat mengabari mu soal itu. " Jawab Jae hoon merasa sangat bersalah. " Ayo naik, kita pergi menepati janji yang belum di lakukan. " Ajak Jae hoon membuka pintu mobil untuk Seo woo. Begitu mereka masuk ke dalam mobil, wajah Seo woo yang masih kesal membuat Jae hoon tertawa kecil melihatnya. Melihat Seo woo yang seperti itu sangat menggemaskan terutama ketika bibirnya berkerucut layaknya anak kecil. " Sebagai permintaan maaf karena tidak memberitahu mu. " Jae hoon menyerahkan mug bertanda tangan Ruby kepada Seo woo yang membuat kedua matanya langsung berbinar. " Aku bertemu dengan idolamu di rumah sakit, aku tidak begitu mengenalinya jika bukan manajernya menyebut namanya di lift. " Lanjut Jae hoon setelah memberikan mug tersebut. " Huaaaa ahjussi ini adalah permintaan maaf terbaik yang pernah ada, aku sudah memaafkan mu. Terima kasih banyak, aku sangat senang bisa mendapatkan tanda tangannya di mug dengan nama ku pula, aku sangat senang. " Decak Seo woo bahagia. " Syukurlah, kalau begitu pakai sabuk pengaman mu kita akan menuju resto Bintang 5 sesuai permintaan mu. " Seru Jae hoon di balas anggukan mantap oleh gadis itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD