Di balik Dinginnya

2573 Words
Meski tidak percaya apa yang di dengarnya, Lio sangat bangga pada sahabatnya ituyang sudah berkmbang pesat dalam menangani hal seprti ini, dia kini berpamitan terlebih dahulu dan akan menjemput Altran jika dia memerlukannya dan pergi ke tempat bekerja. Juan yang masih tidak percaya akan kebenaran pemuda di hadapannya itu, dia sering kali memperhatikan pemuda itu tanpa berkedip mata. Namun Altran jauh lebih kuat dalam hal itu, dia sudah terbiasa berhadapan pria dingin seperti Juan di luaran sana bahkan teman berbisnisnya banyak yang jauh lebih acuh darinya maka dari itu, Juan hanyalah hal yang hanya perlu mndapatkan kpercayaannya saja. ''Kalian kekamarlah! Ini sudah malam dan kalian perlu beristirahat,'' ucap Maria. Naura dan Altran mengangguk, mereka melihat Maria berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalakan ruang tamu, di ikuti oleh Juan dari belakangnya. Maria berhenti sejenak dan berbalik melihat Juan yang berdiri di belakangnya. "Apa yang kamu lakukan?" tatap Maria. "Aku juga perlu itirahat Sayang," balas Juan. "Pergi ke kamarmu!" tegas Maria. "Tapi aku mau disini!" seru Juan. "Tidak ada!" tegas Maria. "Yah, Sayang," bujuk Juan. Maria menatap Juan dengan tajam ketika melihat Juan yang bertingkah seperti itu di hadapannya. Juan tersenyum melihat wajah kesal Maria di hadapannya dan membuatnya tersenyum bahagia mendapati Maria masih seperti itu. Melihat kedua orang tuanya sudah pergi ke kamar mereka, Naura dan altran kini bersitatap dalam diam. Naura yang masih tidak mempercayai jika pria yang ada di hadapannya itu adalah Altran yang terkenal dengan kejujurannya, dan datarnya dia bahkan mengacuhkan Naura saat itu. Membuat Naura enggan untuk bertemu dengan pria itu lagi tanpa berbicara lagi Naura berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan Altran. Namun saat Naura menaiki tangga dia berhenti dan melihat Altran yang juga ikut berhenti berjalan di belakangnya. "Mau kemana kamu?" tanya Naura. "Mau ke kamar istriku," Altran tersenyum membalas pertanyaan istrinya. "Apa yang kamu bicarakan kamu pulang! Naura menatap tajam kearah Altran. Nanti yang ada ayah dan mama kamu akan curiga tentang kita!" bisik Altra. Naura tertegun, ia mengedarkan pandangannya berharap kedua orang tuanya tidak memperhatikannya. Dia memajukan bibirnya dan menatap tajam kepada pria yang ada di hadapannya. Naura mendengus kesal dan berjalan terlebih dahulu dari operan memasuki kamarnya. Altran yang juga ikut masuk ke kamar Naura, dia memperhatikan kamar Naura yang bernuansa serba pink membuatnya terheran dengan warna kesukaan gadis yang saat ini tengah berstatus sebagai istrinya. "Ini kamar seorang wanita?" tanya Altran. Dia berjalan menelusuri kamar Naura yang kini tengah pergi ke ruang ganti sembari mendengus tatapan tidak suka kepada Altran. Yang saat ini tengah duduk di tepi ranjangnya Naura keluar dari ruang ganti mengerutkan dahinya, melihat Altran yang kini merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Naura. "Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Naura menghampiri Altran. "Kau tidak lihat aku sedang apa?" balas Al. "Tapi bukan di sini tempat kamu tidur!" seru Naura. "Lalu dimana?" tanya Al. "Hmmm," Naura berpikir sejenak."Kamu tidur di bawah!" seru Naura. Altran tersenyum tipis mendengar ucapan Naura yang mengatakan jika dia harus tidur di lantai. Setelah selama ini tidak ada yang pernah berani meenyuruhnya, apalagi meminta dia untuk tidur di lantai seperti apa yang di katakan Naura. ''Sayang, kamu tidak takut kedua orang tuamu mengetahui kalau kamu denganku bermasalah? Hingga mereka tahu kalau kita tidur berpisah seperti ini?'' tanya Altran yang tersenyum tipis melihat Naura yang terdiam. Naura terdiam, dia membenarkan apa yang di katakan oleh Altran yang mengatakan jika kedua orang tuanya, tentunya akan semakin curiga akan kebenaran pernikahan mereka, jika mereka bahkan tidur terpisah seperti halnya saat di rumah Altran. ''Hmmm, ya sudah, tapi kamu jaga jarak dan jangan macam-macam!'' tegas Naura. Altran mengangguk, dia tersenyum tipis mendengar penuturan Naura yang mengatakan dengan wajah menggemaskannya. ''Oh, iya, ada apa denganmu, kenapa kamu kesini dan menggagalkan perjodohanku?'' tanya Naura. ''Memanggnya kamu mau ya menikah dengan dia?'' tanya Altran. ''Kenapa kamu malah bebalik bertanya? Aku kan sedang bertanya padamu?'' balas Naura. ''Aku hanya mau meminta maaf padamu dan tahunya kamu malah sudah tidak sabar ingin menikah lagi,'' jawab Altran. ''Apanya yang menikah lagi Al?" tanya Naura. ''Katanya kamu mau menikah dan kamu kecewa? Aku menggagalkan pernikahanmu?" balas Altran. ''Mana ada seperti itu? Aku hanya heran saja, kenapa kamu kesini dan menggagalkannya? Bukankah kamu itu sangat dingin dan menyebalkan ya?'' tatap Naura. Altran tersenyum tipis mendengar ucapan Naura tentang dirinya yang memang sangat acuh dan tidak pernah menghiraukan siapapun. Namun benar apa yang di katakan oleh Lio yang mengatakan jika Naura adalah gadis yang unik, bahkan dia tidak terlihat bahagia bisa menikah dengannya. Lain dengan kebanyakan wanita yang antri dan berharap di nikahi olenya, namun Naura malah terheran akan apa yang di lakukannya dan meminta penjelasannya dengan baik. ''Apa kamu melupakan sesuatu?" tanya Altran. ''Sesuatu apa?'' bals Naura, menoleh ke arah Al. ''Aku ingat ada seseorang yang menjanjikan kompensasi padaku?'' ucap Altran. Naura mengangkat sebelah alisnya menatap Altran yang masih dengan senyum mengrikannya pada Naura dan membuat gadis itu hanya diam memikirkan apa yang di katkan oleh Altran yang mengatakan tentang kompensasi "Bukankah, aku tetap istri kamu? Kompensasi apanya?" protes Naura. "Tapi kamu berniat meninggalkan aku dan bahkan mau menikah lagi!" tegas Al. "Kamu kan menggagalkannya," ucap Naura. "Jika aku tidak gagalkan?" tanya Altran menatap Naura. Naura tertegun, mereka bersitatap satu sama lain dengan jarak sangat dekat. Membuat jantung mereka berdebar sangat kencang. Perasaan asing membuat keduanya heran. Tapi enggan berhenti menatap satu sama lain. Ada daya tarik tersendiri bagi mereka saling menatap. ''Kamu mau bayarn untuk ganti rugi?" tanya Naura dengan perasaan canggungnya. ''hmmm,'' balas Altran. ''Berapa jumlahnya? Biar nanti ayahku yang akan membayarnya, dia pasti akan memberikannya,'' balas Naura sesekali melirik Al. ''Memangnya terlihat ya, aku kekurangan uang di matamu?'' tanya Altran. ''Hah? Hmmm, lalu mau kamu apa Al?" tanya Naura. ''Selesaikan kontrakmu dan bebas bersama-sama!'' jelas Altran. Naura tertegun mendengar ucapan Altran yang di luar dugaannya, dia tidak menyangka jika pria ini masih saja perhitungan setelah dia mennggagalkan pertunangannya dan mengatakan jika dia istrinya. ''Maksud kamu? Aku tetap tinggal di rumahmu dan melakukan tugas istri?'' tanya Naura. ''Hmmm,'' angguk Altran. Naura terdiam, dia tidak mengira hal ini bisa terjadi, selain dia dapat uang dan kebebasannya. Dia juga sudah bisa meyakinkan keluarganya trntang merka yang sudah menikah. ''Hmmm ya sudah, tapi bayar di muka!'' balas Naura. ''Apanya yang di muka? Bukankah yang saat ini yang aku tolong itu kamu, ya kamu yang harus bayar!'' tegas Altran. ''Hah, kok aku?" tanya Naura terkejut mendengarnya. Altran mengangguk dan tersnyum melihat Naura yang terdiam tidak mengerti akan ucapannya. Dia merebahkan tubuhnya dan menutup kedua matanya tanpa menunggu Naura protes padanya. ''Hei, tunggu dulu, kamu tidak boleh tidur seprti itu!" triak Naura. Namun Altran tidak menghiraukan Naura sama sekali meski dia berulang kali mengguncang tubuhnya yang tengah tidur, hingga Naura terdiam dan kini membaringkan tubuhnya di samping Altran yang menutup kedua matanya dengan senyum di wajahnya. ''Maaf untuk kemarin,'' ucap Altran. Naura terkejut mendengar ucapan Altran dan menoleh melihat Altran yang masih dengan mata tertutup dan tersenyum dalam tidurnya. '''Apa dia tertidur atau brmimpi?'' ucap Naura terhran akn ucapan Altran. ''Lain kali jika kamu mau minta tolong padaku, jangan saat aku tengah banyak pikiran dan dalam keadaan tak sadar,'' ucap Altran lagi. ''Hah, memangnya kamu sedang tak sadarkan diri kemarin? Bukankah kamu baik-baik saja? Apanya yang tidak sadar!" gerutu Naura. ''Memang sedang tidak dalam keadaan baik waktu itu,'' balas Altran. ''kamu sedang dalam masalah yah dengan ayahmu? Seingatku ... kamu seperti itu saat kamu keluar dari ruangan ayahku, apa itu benar?'' tanya Naura. ''Bisa di bilang begitu, tapi bukan karena ayahku tapi karena kenyataan,'' ucap Altran. ''Kenyataaan? Kenyataan apa?'' tanya Naura tertegun dan melihat Altran yang sudah tertidur tanpa berbicara lagi. "Hah, dia tidur begitu saja bahkan tidak mengucapkan selamat malam padaku?'' gerutu Naura. Naura terdiam sembari melihat langit kamarnya yang sering dia lakukan setiap kali dalam lelahnya. Dia bahkan sangat bersyukur saat Altran datang di waktu yang tepat untuk menghentikan pertunangannya. Pasalnya Naura tahu, jika itu adalah hal yang tidak mungkin baginya yang harus menikah lebih muda seperti saat ini. Namun dia juga tidak menghindari kenyatan jika dia kini sudah menikah dengan pria aneh di sampingnya. Jika bukan karena Altran mungkin Naura saat ini, sudah tidak bisa lagi mendapatkan kesempatan untuk terbebas dari sebuah ikatan percintaan, membuat Naura akan sangat sedih ketika dia harus menghabiskan waktunya yang untuk hidup bersama dengan seorang pria yang sama sekali tidak dikenali. Meski dengan Altran pun berakhir dengan sebuah pernikahan, namun ada harapan yang sangat besar di saat kontrak itu sudah berakhir, Naura akan hidup bebas dan bekerja dengan sesuka hati, tanpa harus mengecewakan kedua orang tuanya dan belajar mandiri seperti apa yang dia harapkan. "Sebenarnya aku yang berterima kasih padamu, berkat kamu aku sudah bisa mempunyai harapan lagi. Harapan untuk menggapai mimpiku dan harapan akan kebebasanku, juga meyakinkan kedua orang tuaku dan sudah membuat mereka bahagia dan tenang," ucap Naura. "Aku juga tidak ingin membuat mereka khawatir kepadaku, hanya karena aku tidak menikah-menikah, padahal di usiaku yang masih muda ini seharusnya aku itu bergelut di dalam pekerjaan, tanpa harus mengandalkan orang tua apalagi seorang suami. Tapi karena kamu aku akhirnya merasa tenang, meski aku harus jadi asisten kamu sih," tambah Naura. Dia tersenyum tipis ketika mengingat saat Altran datang di tengah-tengah pesta, terasa seperti seorang pangeran yang menolong kekasihnya. Tidak ada pembatas di antara Altran dan Naura tertidur. Mereka melupakan suatu hal kepada diri mereka sendiri. Naura yang juga kelelahan begitupun dengan Altran yang sudah melakukan perjalanan begitu panjang dan dia tidak tidur kemarin membuatnya kelelahan dan tertidur bersama dengan Naura. Sangat pagi sekali, Maria sudah menyiapkan sarapan pagi. Namun dia tidak mendapati putrinya terbangun seperti biasanya, membuat dia mendengus kesal dan berjalan menaiki tangga. "Kamu mau kemana Sayang?" tanya Juan. "Mau membangunkan Naura, dia sudah siang begini belum bangun juga," jawab Maria. "Sebaiknya jangan kamu bangunkan, mereka itu pengantin baru. Memangnya apa yang mau kamu lakukan pada mereka?" balas Juan. Maria tertegun dia melupakan suatu hal, bahwa mulai hari ini Naura sudah bukan lagi seorang gadis kecil, yang harus dibangunkan oleh nyatu chip dia terdiam dan menahan tetesan air mata yang hendak keluar di plipis matanya. "Kenapa kamu malah menangis sayang? Ikhlaskan putri kita menikah, dia sudah menemukan bahagianya," ucap Juan. "Aku tidak menyangka saja, ternyata putriku sekarang sudah besar dan memiliki seorang suami, huaa," tangis Maria, sembari memajukan bibirnya. Juan tertawa ketika melihat Maria dengan tingkahnya yang seperti biasa, sudah lama sekali Juan tidak melihat Maria yang seperti ini, dia tertawa dan membuat Maria tampakkesal memukul bahu Juan. Dengan wajah kesal Maria berjalan meninggalkan Juan, menuruni tangga dia mengurungkan niatnya untuk membangunkan Naura dan suaminya. "Sebaiknya kita ikut berbulan madu saja, Sayang!" seru Juan. "Itu mau kamu! Apa sih, sana cari wanita lain!" cetus Maria. "Jangan pernah meminta aku untuk berpaling darimu Sayang! Aku tidak akan pernah berpaling darimu, aku akan tetap mencintaimu, karena kamu masih tetap istriku!" seru Juan, berjalan meninggalkan Maria. "Kamu mau kemana?" Tanya Maria. "Aku hanya mau jalan-jalan di halaman," jawab Juan. "Sarapan aja dulu! Nanti baru ke halaman!" ajak Maria sembari menundukkan kepalanya. Juan yang melihat Maria seperti itu dia tersenyum tipis dan berjalan menghampirinya. "Ayo, kita sarapan!" ajak Juan dengan bersemangat. Naura mengerjapkan kedua matanya ketika ia merasakan sorot matahari yang memasuki celah jendela tepat di wajahnya, dia membuka perlahan kedua matanya dan melihat apa yang seharusnya tidak dilihat. Naura terkejut saat dirinya malah memeluk tubuh Altran hingga membuatnya terkejut dan bergegas bangun. "Apa yang aku lakukan kenapa aku malah memeluk dia," gerutu batin Naura. "Aku harus segera keluar, jika tidak akan sangat bahaya sekali jiks aku terus bersamaan dengan pria ini," tambah gerutu Naura. Gadis itu berjalan memasuki kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, dia sengaja lebih dulu mandi dan bersiap agar dia tidak bertemu dengan Altran yang terbangun. Selesai dia membersihkan tubuhnya, Naura berjalan keluar dari kamar mandi, namun dia sangat terkejut ketika melihat aturan yang sudah terduduk di atas tempat tidur menatap Naura. "Kamu mengejutkanku saja!" seru Naura. "Kenapa? Kamu kecewa aku terbangun? Masih mau memelukku?" balas Altran. "Huh, mana ada," cetus naura. "Seingatku ... Seorang gadis begitu nyaman memelukku semalam," ucap Altran. "Itu kecelakaan," balas Naura. "Dapat kompensasi donk aku, jika itu kecelakaan?" Altran tersenyum. Naura membulatkan kedua matanya, mendengar ucapan Altran yang tidak masuk akal. Dia menatap tajam Altran yang tersenyum melihatnya. "Kau benar-benar perhitungan. CEO darimananya, miskin gitu minta bayaran terus," gerutu Naura. "Kau meragukan keuanganku?" tanya Altran. "Hmmm," balas Naura. "Hmmm, ini ambil," Altran memberikan dompetnya kepada Naura. "Kamu bisa gunakan kartu manapun sepuasmu!" tegas Altran. "Sombongnya tuan muda ini!" seru Naura. Saat Altran hendak berbicara menanggapi Naura, tiba-tiba sebuah ketukan di balik pintu membuyarkan keduanya melihat kearah apran mengambil dompet di tangan suaminya. "Kamu mandi dulu sana! Kita sarapan bersama, mama tidak suka kalau harus menunggu jika hanya untuk sarapan saja," ucap Naura, dia berjalan terlebih dahulu meninggalkan Altran yang mengangguk dan pergi ke kamar mandi. Naura berjalan dengan senyum di wajahnya sembari membuka isi dompet yang begitu tebal terdapat satu kartu berwarna hitam jam-jam dan dua warna kuning chordtela disana. Ada beberapa lembar uang di sana dan juga sebuah foto yang membuat Naura mengerutkan dahinya. Foto seorang gadis yang sangat cantik terselip di di bagian dompet yang paling dalam. Naura mengangkat sebelah alisnya dan menyimpan kembali foto itu, dia berbalik kembali memasuki kamarnya dan menyimpan dompet milik Altran setelah itu, dia melihat ke arah pintu kamar mandi yang sudah terdengar pria itu tengah mandi. Naura kini keluar dari kamarnya dan berjalan kembali menuruni tangga dan melihat kearah ruang tamu di mana ayahnya berada. "Selamat pagi Ayah!" Sapaan Naura duduk di samping ayahnya. "Selamat pagi Sayang," balas Juan menyambut pelukan anaknya. "Sebaiknya, kamu sarapan dulu sana! Ajak suamimu juga dia ke mana?" Maria sembari ia memakan buah-buahan di hadapannya. "Dia masih mandi di didalam kamar mandi, Mungkin sebentar lagi juga dia akan keluar memangnya ayah dan Mama sudah makan?" balas Naura. "Sudah! Akan mati kelaparan, jika harus menunggu kalian terbangun dahulu!" seru Maria. Naura hanya tersenyum menanggapi ibunya dari balas oleh ayahnya yang juga tersenyum gemas kepada Maria. Naura berjalan menghampiri ibunya memeluknya dan ikut memakan buah-buahan yang sering ibunya lakukan memakan irisan apel di pagi hari. "Seperti nya mama sangat menyukai makanan ini ya? Ya sekarang giliran Naura yang memakannya!" seru Naura. "Hmmm," balas Maria menyodorkan buahnya. Di tengah-tengah Naura dan kedua orang tuanya berbincang, Altran keluar dari kamarnya dan menuruni tangga. Dia melihat kebersamaan Naura dengan kedua orangtuanya terlihat sangat hangat dan tentram. Saat dia melihat mereka Altran tersenyum tipis, ketika mereka begitu saling melengkapi satu sama lain. Hal yang sangat diharapkan oleh Altran. Selama ini, nqamun tidak pernah ia dapatkan ataupun dia rasakan saat bersama dengan keluarga Anggara. "Kamu sudah siap, ayo makan! Kata Mama kita harus sarapan dan nanti pergi keluar bersama," ajak Naura. Naura melihat Altran yang tersenyum mengangguk menanggapinya. Mereka kini berjalan kearah dapur dan duduk di meja makan menyelesaikan sarapan mereka pasti "Al, aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?" tanya Naura, dia sedikit memperhatikan kedua orang tuanya yang masih berada di ruang tamu. "Apa yang mau kamu tanyakan kepadaku?" balas Altran. "Apa benar kamu bukan anak kandung tuan Anggara?" tanya Naura ragu-ragu. Altran terdiam mendengar pertanyaan Naura dia berhenti memasukkan makanan ke dalam mulutnya dan mencoba untuk mencerna apa yang akan dia jawab kepada Naura. "Maaf aku bukannya mau menyinggung kamu! Tapi saat itu Paman kamu berbicara seperti itu, dia mengatakan kalau kamu bukan putra kandung kakaknya, apa itu benar?" jelas Naura, sedikit ragu-ragu ketika melihat Altran yang terdiam mendengar pertanyaan darinya. Altran terdiam berhenti memakan sarapannya, begitupun Naura yang terdiam. Dia merasa bersalah bertanya kepadanya, apalagi melihat Altran yang terdiam begitu saja. Naura merasa canggung ketika pertanyaannya kini tidak di jawab oleh Altran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD