Sulit Di Tebak

1066 Words
Altran tidak menanggapi ucapan Lio, dia hanya berjalan dengan malas mengacuhkan Lio yang saat ini tengah tertawa. Dia berjalan menghampiri mobilnya dan sekilas melihat kearah Lio yang masih juga tertawa, dia menatap Lio dengan tatapan tajamnya. Membuat sahabatnya itu berhenti dalam tawanya, ia berjalan lebih dulu dari Altran dan kembali ke tempat duduknya dimana Lio kini duduk di balik kemudi. "Dia menyeramkan saat seperti itu," batin Lio, tersenyum dan memasangkan belt pengaman di tubuhnya. Altran yang masuki mobilnya, dia duduk seperti biasa di sampingnya ada Naura yang terduduk dengan kesal. Altran menyadari jika Naura begitu marah kepadanya namun dia mencoba untuk berbicara kepada Naura. "Memangnya kamu tidak mau berpamitan kepada Ayahmu?" tanya Altran, namun tidak ada jawaban dari Naura. Gadis itu malah menggeser duduknya berjaga jarak dengan Altran. Altran yang melihat Naura seperti itu, dia mengangkat alisnya dan tersenyum tipis. Baru kali ini ada seorang gadis yang enggan untuk berdekatan dengannya, setelah selama ini begitu banyak wanita yang berbondong - bondong ingin dekat dengannya. Namun lain dengan Naura, gadis itu sering kali marah - marah kepadanya bahkan tampak acuh. Gadis keras kepala dan manja di sampingnya itu kini adalah istri Altran meski hanya sebatas di atas kertas dan sebuah perjanjian dalam pernikahan, namun membuat Altran terdiam. Dia hanya tersenyum tipis ketika melihat Naura memajukan bibirnya tanpa menoleh sedikit pun kepadamya. "Huh ... Dasar gadis manja, sabar - sabar Al, ini pasti akan berlalu," gumam batin Altran. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan di antara mereka berdua, begitu pun dengan Lio yang fokus dengan kemudinya. Melihat kearah depan dimana jalanan cukup ramai membuatnya kesulitan untuk bergerak. Kecepatan sedang membuatnya merasa bosan, namun Lio melihat kearah spion depan. Dia melihat dua orang pasangan suami istri yang saling acuh tanpa ada perbincangan di antara mereka berdua. "Ada - ada aja mereka berdua ini, yang seharusnya bermesraan sebagai suami istri, apalagi pengantin baru. Eeh ... Malah saling cuek bebek. Al ... Al, mau sampai kapan kamu begini terus sobat. Hmm ... Hehe aku kerjain aja deh," gerutu batin Lio dengan matanya yang memandangi suasana dingin di antara mereka berdua. Altran yang melihat ponselnya, dia di sibukkan dengan berbagai file yang di kirimkan oleh perusahaan. Naura, dia memperhatikan jalanan begitu ramai tanpa berbicara kepada Altran ataupun mengawali perbincangan. Lio yang melihat hal seperti itu, dia tersenyum tipis namun berubah menjadi senyum licik di wajahnya. Tiba - tiba saat jalanan kosong, Lio menambah kecepatan setirnya hingga tiba - tiba dia menekan pedal rem hingga membuat mereka hampir tersungkur, namun Altran menarik Naura mencegah agar gadisnya itu tidak tersungkur kedepan. Kali ini Naura berada di pelukan suaminya dan mereka bersitatap satu sama lain. Naura yang mendongakan kepalanya melihat Altran yang juga menatapnya. Altran dengan wajah datarnya dan Naura membulatkan kedua matanya tidak mempercayai jika dirinya bisa melihat wajah Altran sangat dekat bahkan tanpa jarak. "Kenapa dia begitu tampan, tapi menyebalkan," batin Naura, masih enggan untuk mengalihkan pandangannya dari wajah Altran. "Ada apa dengan gadis ini, dia saking ketakutan kah?" tanya batin Altran. Lio yang berhasil membuat Naura dan Altran seperti itu, dia tersenyum puas dengan wajah yang ceria dan jari - jari telunjuknya berirama di kemudinya. "Hmm ... Hmm ... Hmm ... Sudah ku duga pasti berhasil, mereka berpelukan mesra," bersenandung dalam batin Lio yang melihat Altran dan Naura berpelukan. Cukup lama Altran dan Naura saling bertatapan mata. Tanpa sadar Altran melihat kearah bibir Naura yang terlihat begitu kenyal. Berdetak cepat jantung Altran saat pandangannya beralih kearah bibir Naura. Dan Altran tanpa kesadarannya sedikit memiringkan kepalanya perlahan mencoba lebih mendekati bibir yang makin terlihat manis itu. Lio melihat adegan yang seperti ingin mencium seorang putri. Dia berdehem, sampai membuat Altran dan Naura tersadarkan yang dimana bibir mereka hampir bersentuhan. Pelukan mereka pun terlepas karena Lio berdehem sedari tadi. Dan Altran langsung melihat kearah Lio yang tersenyum - senyum puas hingga terlihat deretan gigi putihnya. "Ooh rupanya kau pelakunya yaa!" gerutu kesal batin Altran. Naura yang memerah mukanya tersipu malu. Dengan detak jantungnya yang berdebar kencang. Dia bahkan enggan untuk melihat wajah Al lagi. Mereka kini kembali melajukan mobilnya agar segera sampai di kediamannya. Namun alasan Lio melajukan kendaraannya dengan cepat, dia mengalihkan perhatian altran yang menyadari jika dirinya lah yang menyebabkan dua-duanya sana seperti tadi. Lio hanya tersenyum tipis ketika mendapati sahabatnya itu, kini tersipu malu. Altran yang endapati dirinya yang digoda oleh sahabatnya itu, dia terdiam. Lagi-lagi sepanjang perjalanan mereka hanya berdiam diri, tanpa berbicara ataupun protes dari Naura yang seringkali Altran dengar. Keduanya kini sampai di dalam rumahnya dan tidak ada yang berbicara diantara mereka berdua. Kali ini Naura berjalan menaiki tangga memasuki kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, tanpa menghiraukan Altran yang melihatnya menaiki tangga terheran. "Bagaimana kau berhasil mencium bibirnya?" tanya Lio berdiri disamping Altran. "Selama aku pergi ke Indonesia! Sebaiknya kau pergi ke perusahaan di kota C untuk memeriksa pemanduan di perusahaan cabang!" tatap Altran dengan tajam. "Itu kan perusahaan yang yang tidak terjangkau oleh kita? Kenapa kamu malah mengirim ku kesana tidak ada wanita di sana!" protes Lio. "Kalau begitu, Kau jangan bekerja saja selamanya!" balas Altran datar dan berjalan meninggalkan. "Kau ini selalu saja diambil hati. Baiklah-baiklah aku akan pergi! Lalu apa yang akan kau lakukan nanti di Indonesia? Bukankah Kau belum tahu apa saja yang berhubungan dengan Rendi Anggara itu?" tanya Lio. "Aku juga belum tahu, tapi setidaknya aku ingin tahu siapa Rendi Anggara? Dan siapa kedua orang tua kandungku? Sampai-sampai tidak dapat aku jangkau keberadaannya?" balas Altran. "Ya, aku yakin. Kedua orang tuamu bukan orang sembarang!" angguk Lio. Altran terdiam, tidak ada lagi petunjuk untuknya selain keluarga Rendi Anggara yang keberadaannya yang memang sulit untuk di jangkau. Namun kali ini sudah mematangkan dirinya untuk pergi ke Indonesia tanpa ragu lagi dan sudah mematangkan hati dan dirinya untuk bertemu dengan Rendi Anggara yang terkenal dengan ke acuhannya dan dingin. "Kau mau beradu kedinginan Sob?" tanya Lio. "Hmmm, aku takutnya dia waspada saja," balas Altran. "Ya, aku juga berpikir begitu. Setelah banyak yang mereka alami. Aku tidak yakin jika mereka dengan mudah menerima kita," ucap Lio. "Tenang saja, aku tidak akan biarkan kau terluka," ucap Altran. "Kau bicara apa? Kita satu kesatuan Sob. Kau dan aku satu, tidak ada berbeda dalam prinsip, aku akan tetap di sampingmu. Jangankan hanya untuk mencari kedua orang tuamu. Bertaruh nyawapun aku tak takut!" tegas Lio. Altran tersenyum mendengar penuturan Lio yang memang mereka sahabat selamanya dan akan tetap bersama sampai kapanpun. "Besok gerak!" seru Altran, di balas anggukan Lio.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD