Chapter 4

750 Words
Joana yang membacanya begitu bingung, dirinya melihat Jonathan masih sibuk berkutat didapur. Joana menutup buku. Dirinya mencoba untuk mengajak Jonathan berbincang, “Jon.” Jonathan yang sedang memotong sayuran dengan cepat memasukkannya kedalam panci, “Tumben kau keluar, padahal makanan belum selesai.” Joana yang merasa gelisah ketika membaca nama di catatan buku yang ia temukan langsung menanyakannya kepada Jonathan, “Siapa Caroline?” tanyanya dengan rasa penasaran. Joana menatap lekat kekasihnya. Jonathan masih terdiam dengan sesekali dirinya menyeka keringat dengan pundaknya, “Darimana kau mengetahui namanya?” Tanya Jonathan semakin membuat rasa penasaran Joana Gled semakin memuncak. Joana melihat-lihat dinding ruang keluarga, ruangan dapur milik Jonathan terbuka dengan ruangan keluarga sehingga Joana bisa bersantai dan duduk-duduk menunggu Jonathan. Joana mengambil Tomat untuk ia potong, “Memangnya siapa dia?” Tanya Joana kembali sembaring memotong tomat beberapa bagian untuk ia masukkan kedalam panci sayuran yang sedang Jonathan masak. “Sudahlah jangan kau tanyakan tentang Caroline. Dia hanya wanita yang menyukaiku,” ucap Jonathan mengambil tomat dari tangan Joana. Menyuruh Joana untuk tidak membantunya memasak. Jonathan berkelit ketika Joana menanyakan tentang Caroline. Beberapa dinding Joana temukan ada foto-foto semasa kecil Jonathan yang bermain bersama anak wanita disampingnya. “Jon,” Tanya Joana kembali. “Hmm,” sahut Jonathan dengan mulut yang berdehem. “Siapa wanita ini yang disampingmu?” Tanya Joana kembali dengan rasa penasaran, Jonathan tidak menyahut. Ia tetap fokus menyiapkan masakannya untuk Joana. “Kemarilah, cicipi masakanku.” Joana yang mendengar Jonathan langsung menghampiri. Joana mencicipi kuah sup yang Jonathan buat. Sup seafood yang Joana cicipi, “Ini enak.” Selama 30 menit Joana menyiapkan piring dan beberapa mangkuk untuk ditaruh di atas meja makan. Joana ingin sekali memakan makanan yang dibuat Jonathan dengan lahap. Perutnya sudah keroncongan kelaparan. “Apa kau benar-benar sangat lapar? Jika iya makanlah yang banyak. Kalau perlu habiskan saja makanannya,” Jonathan tersenyum sembaring membawa panci kecil berisikan sup masakan miliknya. “Uhhhhh,” gerutu Joana dengan bibir yang memonyong seraya rasa laparnya akan hilang. Jonathan menyiapkan nasi dan sup untuk Joana. Sudah tiga puluh menit mereka habiskan bersama di ruang makan. Joana kekenyangan dengan duduk yang membusung, meregangkan otot-otot dari rasa pegal. "Aku mencintaimu.” Jonathan tertawa dengan membereskan semua piring-piring kotor yang sudah dirapikan. Mencucinya di westafel dan membereskan dapur hingga bersih. Jonathan tidak ingin ibunya mengomel. Lagipula, selama ini tidak pernah ada yang memakan masakan Jonathan kecuali Joana. Joana masih duduk memalas di kursi ruang makan, Jonathan mengajaknya ke kamar. “Hey, ayo kita bermain game. Sudah lama kita tidak bemain game.” Joana beranjak dari kursi ruang makan. Merapikan kursi sedia kala dan naik ke lantai dua, lantai dua adalah kamar Jonathan. Hanya khusus ruangan untuk Jonathan. Jonathan putra sulung. Tidak memiliki adik dan juga kakak. Justru, Joana selama ini sudah seperti adik bagi Jonathan. Jonathan menarik tubuh Joana ke ranjang miliknya. Sesekali melakukan candaan ketika bersama Joana, mengelitik tubuh Joana hingga tertawa terpingkal-pingkal ataupun bercanda. Joana tertawa dengan baju yang sudah acak-acakan. Di kelitiki Jonathan yang usil dan jahil. “Caroline itu siapa deh?” Tanya Joana. Jonathan yang mendengarnya begitu risih ketika Joana menanyakannya berkali-kali. “Kau ini selalu saja membuatku kesal.” “Siapa Caroline? Tanggalnya sudah lama dan kenapa ia berbicara bahwa ia adalah cintamu Jon?” lagi-lagi Joana menanyakan Caroline. Baru saja Jonathan memberhentikan aktifitas intimnya, Joana sudah menanyakan Caroline. Joana semakin kesal ketika Jonathan selalu mengalihkan pembicaraan. “Jon! Lepaskan tubuhku. Aku ingin mandi, kau selalu memelukku. Aku kesal padamu!” Joana semakin kesal ketika ia menanyakan tentang wanita lain tetapi Jonathan tidak membalas jawaban kepadanya. “Kau selalu berbohong Jon!” teriak Joana dari dalam kamar mandi. Suaranya terdengar jelas menggema. Jonathan yang berada di balkon rumahnya melihat pemandangan. “Kau menanyakan tentang Caroline?” tanyanya dengan bersender di trails balkon. Joana menatap Jonathan yang terdiam sesaat lalu menatap kekasihnya kembali, “Siapa dia Jon?” Tanyanya semakin penasaran. “Dia istriku, aku berbohong kepadamu perihal tunangan. Dan aku mengatakan ini kepadamu bahwa dia adalah istriku. Dia bekerja di salah satu Rumah Sakit di kota ini. Dia jarang pulang dan aku merasa kesepian. Joana aku mencintaimu, kau yang akan menjadi simpananku. Itupun jika kau mau. Aku bisa membiayaimu Joana.” Tanpa Jonathan menjelaskan hingga selesai, Joana langsung berlari mengambil tas miliknya dan juga ponsel. Joana pun langsung keluar dari rumah Jonathan. “Kau mempermainkanku Jon! Aku membencimu. Kita berpisah sampai di sini,” Joana keluar dengan mengeluarkan jari tangannya yang menggaris di lehernya. Jonathan mengejar Joana. Sayangnya Joana sudah memasuki taksi untuk pergi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD