Bab 3 Pindahan

1088 Words
"Nggak La, rumah aku apartemen, dan udah jadi hak milik kok, jadi nggak usah khawatir ya kalau masalah itu." Ucap Samudra yang mampu membuat Ila tersenyum senang dengan kedua mata berbinar menatap lelaki di depannya. "Syukurlah... kalau begitu..." ucap Ila dengan senangnya. Samudra pun ikut tersenyum saat melihat wanita itu menyunggingkan senyumannya. "Kalau untuk biaya hidup..." ucap Samudra yang tertahan karena Ila sudah menyahutnya. "Kalau untuk biaya hidup jangan khawatir kak! masak iya sih aku sudah numpang tidur, eh... masih mau numpang makan juga! tenang kak! kita bagi dua aja kalau begitu untuk biaya hidupnya!" ucap Ila disana yang makin membuat Samudra terkikik geli karenanya. "Astaga! akh... masih ada ya gadis seperti ini di zaman sekarang? apa kata mama aku kalau sampai dia tahu anaknya biaya hidup aja ditanggung bersama sama mantunya?!" ucap dalam hati Samudra disana. "Jangan khawatir untuk biaya hidup. Akh sudah lah... seperti apa yang kamu ingin saja." Ucap Samudra saat itu yang akhirnya menyerah. "Yaudah, tunggu ya! aku ambil barang-barang aku dulu di dalam." Ucap Ila pada lelaki itu. Yang hanya dibalas dengan anggukan satu kali oleh lelaki itu. Hingga beberapa saat nampak gadis itu keluar dari dalam ruang kamarnya dengan membawa dua koper besar di kedua tangannya dan satu tas ransel besar mengalung di punggungnya. "Kak! bantuin dong!" ucap Ila yang lalu membuat lelaki itu segera datang untuk membantunya membawakan koper yang Ila bawa. "Makasih ya kak!" ucap Ila disana yang lalu di angguki oleh lelaki itu. Hingga beberapa saat setelah tas itu masuk kedalam bagasi mobil. Terlihat Samudra melajukan mobilnya dan membawa Ila pergi dari sana. "Kita langsung pulang ke rumah saja ya La? soalnya mama aku datang kemarin bawain aku lauk banyak banget. Jadi... makan siang di rumah aja nggak apa kan?" ucap Samudra lagi disana. Dan Ila hanya mengangguk sebagai jawabannya. "Oke, baiklah... aku nurut aja seperti apa yang kakak mau deh." Ucap pasrah Ila saat itu. Hingga beberapa saat akhirnya mobil yang di kendarai keduanya sampai di parkiran salah satu apartemen elite tengah Kota. "Kak!" ucap Ila saat lelaki itu sudah mematikan mesin mobilnya. Samudra lalu menoleh menatap kearah gadis yang tengah memanggilnya. "Ada apa sih La?" tanya lelaki itu kemudian. "Kak! ini kita beneran berhenti disini? yakin nih kak?" tanya Ila pada lelaki itu disana. Ila terkejut denganmkawasan apartmen lelaki itu. Bahkan untuk membayangkan tinggal disana saja Ila belum pernah. "Iya La... la memangnya kamu mau mampir kemana lagi sih?" tanya Samudra pada Ila. "Nggak kak! yaudah... ayo! aku beneran sudah lapar." Ucap Ila lagi yang hanya bisa patuh pada lelaki itu. Keduanya pun masuk kedalam lift yang akan membawanya menuju ke lantai dimana apartemen Samudra berada. "Ting!" terbukalah pintu lift apartemen tersebut. Samudra keluar terlebih dahulu dan hanya tiga langkah saja ia sudah sampai di depan pintu apartemen miliknya. Dengan cepat lelaki itu menekan tombol-tombol yang ada di pintunya. Lalu pintu itu terbuka. Samudra lalu menatap kearah Ila dengan sedikit memicingkan matanya dan memiringkan wajahnya. "La... apa kamu bisa mengingat tombol-tombol ini?" tanya Samudra pada gadis itu. Samudra hanya tidak ingin jika ia di ganggu saat ia sedang kerja hanya karena hal sepele saja. Yaitu lupa dengan kunci tombol pintu. "Emb... boleh coba ulangi lagi kak? aku tadi tidak melihatnya." Ucap Ila pada lelaki itu. Dan Samudra beberapa kali mengulanginya. Akhirnya Ila pun mampu menghafalnya. Enam digit nomor yang sepertinya penting untuk samudra. Keduanya lalu masuk kedalam. Dan saat itu Ila membelalakan kedua matanya sembari sedikit melongo melihat rumah bersih dan rapi yang calon suaminya tinggali. Rumah dengan dua kamar tidur disana, di salah satu kamar dengan kamar mandi dalam, sedangkan satunya lagi kamar mandinya ada diluar. Diantara sekat kamar tidur. Dilengkapi dengan ruang tamu, dapur, ruang makan dan balkon full kaca untuk tempat menjemur pakaian. Satu tempat tinggal yang begitu lengkap disana dan nyaman tentunya. "Kak Mudra! ini beneran rumah kakak?" tanya Ila saat itu ketika Samudra mendekat kearahnya sembari memberikan minuman dingin padanya. "Iya Ila... rumah siapa lagi?" tanya Samudra balik. "Kakak sebenarnya tukang ojek online mobil beneran? apa pemiliknya sih?" tanya Ila asal-asalan disana. "Kenapa? kamu nggak mau nikah sama aku kalau aku bukan bekerja di kedua profesi itu yang kamu sebutkan?" tanya Samudra balik pada gadis itu. "Nggak gitu kak! ya mau lah, kan kakak tampan!" ucap Ila yang keceplosan disana. Dan saat itu Samudra hanya meliriknya sekilas. Wajah Ila yang sedikit merona yang hadis itu sembunyikan. "Ila bodoh!" dengus gadis itu dalam hatinya. "Yaudah, dimana kamar tidur aku kak?" tanya Ila pada lelaki itu. "Tuh disana, kamu masukin deh semua barang-barang kamu. Aku mau nyiapin makan siang dulu." Ucap lelaki itu sembari menunjuk kearah kamar yang akan Ila tempati. Ila pun segera menuju kamarnya. Ia tersentak saat melihat kamar tersebut serba peach. Dan itu adalah warna kesukaannya. Segera saja gadis itu melompat keatas pembaringan empuknya. Tengkurap disana dengan kedua tangan yang terbentang di kedua sisi. "Akh... ini sangat nyaman... aku bisa-bisa nggak bisa bangun tiap pagi untuk siap-suap kerja!" ucap Ila saat itu. Dan tanpa Ila sadari. Dari tadi Samudra ternyata tengah berdiri diambang pintu dengan pundak yang menyender tepian pintu. Dengan kedua tangan yang sengaja dimasukan kedalam saku samping kanan-kirinya. "Ehemz!" dehem lelaki itu yang menyadarkan Ila disana. "Akh... kak Mudra! ada apa kak? maaf ya aku terlalu senang." Ucap jujur Ila disana dengan wajah bersemu memerah. Karena Ila tahu jika lelaki yang ia panggil kak Mudra itu tahu warna kesukaannya dari situs perjodohan yang keduanya ikuti. "Nggak apa La. Oh ya, mau tanya... emb! kamu sudah beresin kan masalah kontrakan di tempat lama kamu?" tanya Mudra pada gadis itu. "Iya kak, udah! kenapa ya? masih dua bulan lagi sih harusnya masa kontrakan aku habis. Tapi nggak masalah kok." Ucap Ila yang menerangkan. "Yaudah, kalau sudah beres-beresnya, ayo keluar makan! aku udah angetin sayur dan lauknya!" ucap lelaki itu pada Ila. "Oke kak! bentar ya!" ucap Ila yang lalu segera bergegas membongkar koper miliknya disana. Hingga beberapa saat. Akhirnya Ila pun usai dengan sibuknya. Rasa lelah gadis itu yang bercampur lapar membuatnya segera menuju ke meja makan. Dimana peluhnya masih terlihat jelas membasahi bajunya disana. "Kamu habis darimana La? masak iya masukin baju sampai berpeluh begitu banyak?" tanya Samudra yang merasa keheranan. "Panas kak, gerah! akh... dua koper sama satu tas besar kak! bayangin aja! capek pula! plus lapar!" rengek Ila pada Samudra. "Memangnya kamu nggak nyalain AC nya La?" tanya Samudra tiba-tiba. Dan barulah Ila mengetuk kepalanya sendiri seketika saat itu karena memang ia lupa. "Aduh... kok aku bisa lupa ya? pantesan hawanya panas tadi!" ucap gadis itu yang membuat Samudra tersenyum. Lelaki itu pikir gadis itu sedikit lucu tingkahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD