LOL - BAB 1

2935 Words
“Selamat pagi sayang.” Sapa Arven pada sang kekasih Amanda. Seperti biasa saat Amanda berangkat ke kantor, sebisa mungkin Arven menjemput Amanda terlebih dahulu dan mengantar sang kekasih ke kantor. Amanda tidak menjawab sapaan Arven, ia diam dan masuk begitu saja ke mobil dengan wajah yang ditekuk membuat Arven bingung. Arven mengedikkan bahunya dan mengitari mobil guna masuk ke kursi kemudi, karena tadi ia membukakan pintu dulu untuk sang kekasih, Amanda Shaqufta. Arven langsung saja mengemudikan mobilnya dan sesekali ia melirik ke arah sang kekasih. Arven menghembuskan nafasnya kasar. “Kamu kenapa kali ini diemin aku? Masih marah karena kemarin aku nggak temeni kamu siapin pernikahan kita?” Tanya Arven dengan suara rendah. Amanda masih saja diam dan tak berniat menjawab Arven semakin membuat pria itu bingung dengan sikap Amanda. “Sayang, kamu kenapa? Jujur dong sama aku, kasih tahu kamu kenapa? Jangan diem kayak gini dong sayang. Aku nggak tahu kamu kenapa, aku nggak bisa tebak. Aku nggak peka, mending kamu kasih tahu aku salah aku kali ini apa?” Desak Arven lagi, karena ia tahu kalau Amanda sampai diam seperti ini pasti karena dirinya ada buat salah di mata Amanda. “Menurut kamu aja kenapa!” Kali ini Amanda menjawab dan sudah menghadap Arven. “Aku bingung sama kamu, aku nggak ngerti sama kamu! Menurut kamu pernikahan kit aini penting nggak sih? Kenapa Cuma aku aja kayaknya yang sibuk siapin sendiri, kamu seolah lepas tangan sama pernikahan kita.” Arven menghembuskan nafasnya kasar berusaha mengontrol emosinya agar tidak kepancing marah juga. “Aku minta maaf kalau emang kemarin nggak bisa nemenin kamu. Tapi beneren sayang aku emang sibuk banget, aku ada kerjaan yang nggak bisa di tinggal.” Amanda berdecak. “Pembohong! Kamu bilang sibuk? Kalau sibuk kamu nggak akan ke club, tapi nyatanya kamu ke club tadi malam! Gausah bohong deh sama aku!” Arven akhirnya tahu dimana letak kesalahannya. “Iya kamu bener aku emang ke Club itu malam sayang. Aku aja udah malam banget kesana, aku juga buru-buru selesaiin kerjaan. Dibantu sama Rayhan lagi buat selesaiin.” Jelas Arven. “Kamu nggak ada bilang sama aku kalau ma uke Club. Nah kesana kamu bisa usahain, tapi buat pernikahan kita kamu nggak mau usahain, emang dasar kamu aja yang nggak mau ikut ngurusin pernikahan kita. Menurut kamu mungkin pernikahan kita nggak penting.” “Bukan kayak gitu sayang, pernikahan kita penting. Udah jangan pikirin yang enggak-enggak lagi, aku minta maaf ya. Aku minta maaf juga nggak bilang sama kamu soal kepergian aku. Arven berusaha mengusap kepala Amanda namun sayang kekasihnya menolak dan malah menghindar. “Kenapa lagi sayang?” “Aku masih kesal sama kamu! Kamu sebenernya ngerhargain aku nggak sih? Kamu udah nggak bilang malah di gampangin, terus sibuk sama urusan kamu sendiri. Ke club lagi harusnya kamu datangin aku dong, kerjain aja kerjaan kamu biar kedepannya nggak diganggu lagi buat siapin pernikahan. Kamu tahukan kalau persiapan pernikahan kita banyak banget, kita juga nggak sepenuhnya bergantung sama WO nya harusnya kamu paham dong situasinya gimana. Kamu malah mudahin semuanya.” Kalau Amanda marah pasti ia akan mengungkit semuanya dari awal sampai akhirnya bahkan sampai yang tidak berkaitan. “Kamukan yang nggak mau sepenuhnya kasih ke WO kamu yang mau turun tangan langsung dengan alasan inilah itulah bisalah. Padahal aku udah bilang pake jasa WO aja biar nggak kecapekan karena kita sama-sama kerja tapi kamu yang nolak. Terus salah aku karena kamu yang nggak mau pake WO? Terus yang minta konsep pernikahnnya siapa? Kamukan yang emang mau nikahnya mewah, besar, pasti persiapannya juga lama dan besar. Aku ikutin semua kemauan kamu juga salah? Inikan keinginan kamu.” Kini Arven sudah tidak lagi bisa menahan dirinya dan ikut marah pada Amanda. “Kamu jadi nyalahin aku sekarang? Semuanya jadinya salah aku iya? Kamu sibuk dan ke club terus nggak kabarin aku juga itu salah aku iya?” Arven menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan gemas bahkan ia memukul setir. “Sebenernya kamu marah sama aku itu kenapa? Karena ngga ngurusin pernikahan? Karena aku ke club? Atau karena aku nggak kabarin kamu? Kenapa kayaknya semuanya dijadikan satu ya? Akar permasalahannya juga nggak duduk, kamu mau lampiasin amarah kamu sama aku? Apa gimana?” “Kamu itu nggak ada pengorbanan banget! Aku aja sampai cuti karena harus ngurusin pernikahan kita, tapi kamu malah enggak! Kamu nggak ada pengorbanannya sama sekali emang kayak nggak niat buat pernikahan kita.” “Aku ke club juga perlu refreshing sayang. Aku butuh hiburan, aku penat juga urusin kantor sama pernikahan kita.” “Terus gimana sama aku? Apa kamu pikir aku nggak butuh? Jadi kamu capek ngurusin pernikahan kita iya? Kamu penar? Bosan? Aku nggak nyangka ya kamu mikirnya gitu.” Arven menghembuskan nafasnya kasar. “Terserah kamulah mikirnya gimana. Asli kamu makin kesini ngeselin, buat jengkel dan buat aku marah aja! Aku bingung sebenernya sama kamu! Aku bingung maunya kamu gimana! Aku capek sama tingkah kamu yang suka marah-marah nggak jelas kayak gini. Marah-marah kamu nggak berdasar dan terlalu berlebihan, terserah kamu aja deh mau gimana sekarang aku bener-bener capek.” Arven melipat tangannya di depan d**a. “Yaudah kalau emang kamu capek gausah dipertahanin lagi aja sekalian. Batalin aja semuanya nggak usah jadi nikah, capekkan? Bosenkan? Batalin aja biar gausah jadi nikah sekalian!” Melihat respon Arven seperti itu Amanda jadi kesal sendiri dan langsung saja turun dari mobil Arven karena memang mereka sudah sampai di kantor Amanda. Setelah mengatakan perkataan pedas itu Amanda pergi ia sangat marah dan kesal. Bahkan Amanda membanting pintu mobil Arven hingga menimbulkan suara yang begitu keras membuat Arven jadi ikutan marah dan berteriak. Ia memukul setir dengan kasar melihat tingkah Amanda yang menurutnya seperti anak-anak itu. Ia benar-benar tak habis pikir dengan sifat Amanda yang seperti itu. Arven melajukan mobilnya, moodnya sangat berantakan. Masih juga pagi tapi udah di pancing buat marah sehingga membuat mmor Arven sangat berantakan. Seharusnya saat pagi hari di mulai dengan yang manis, tapi yang ia dapat malah sebaliknya. Makin kesini Amanda semakin berubha, banyak sifat-sifat Amanda yang tidak pernah terlihat sebelumnya saat di awal keduanya menjalin hubungan. Padahal hubungan keduanya sudah cukup lama, empat tahun mereka sudah saling mengenal dan menjalin hubungan hingga akhirnya mantap memutuskan untuk melanjutkan hubungan keduanya ke jenjang yang lebih serius. Keduanya sama-sama di mabuk asmara dan saling mencintai, tapi makin kesini di saat keduanya sibuk menyiapkan pernikahan perasaan cinta itu seolah hilang karena perbedaan pendapat dan amarah yang selalu diperlihatkan. Arven juga bingung dengan perubahan yang terjadi pada Amanda, padahal dulu sang kekasih tidak pernah seperti itu. Kini Amanda juga tidak bisa mengontrol emosinya dan mengatakan mau membatalkan semuanya setelah apa yang sudah dilakukannya sejauh ini? Sesudah persiapannya sejauh ini? Tidak akan mudah membatalkannya begitu saja, Arven melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mood Arven memburuk dan ia melampiaskannya dnegan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Belum lagi ia harus datang ke kantor dengan tepat waktu. Ia seperti sudah membuang-buang waktu bertemu dengan Amanda hanya untuk ribut pikirnya. Tadinya ketika ia bertemu dengan Amanda ia akan semakin semangat tetapi nyatanya ia jadi kesal sendiri. Sesampainya di kantor Arven langsung bertemu dengan Rayhan. “Kenapa lagi itu muka jelek banget perasaan baru ketemu sama pacar senang dong, kayak nggak dapat jatah deh lo.” Ejek Rayhan melihat raut wajah Arven yang sangat buruk. “Biasalah, tadinya gitu. Gue niatnya bisa dapat yang manis-maniskan, eh tahunya malah kena omelan buat mood gue buruk banget lagi. Heran deh gue sama Amanda makin kesini kok makin ngeselin banget ya.” Arven hendak mau merokok karena ia sudah mengambil sebungkus rokok dari laci mejanya namun langsung di tahan oleh Rayhan. “Elah berantem mulu deh, maklumlah namanya juga persiapan buat nikahkan. Katanya itu wajar sih, banyakin sabar aja. Ingat yang indah-indah aja.” Kata Rayhan sambil tertawa. “Oh iya lo tadi di panggil sama pihak HRD, ada anak magang di bawah naungan lo katanya. Disuruh ajarin, katanya ini anak magang spesial jadi harus di kasih tempat yang layak juga.” Kata Rayhan menjelaskan. “Harus gue banget nih? Nggak ada yang lain lagi? Mood gue lagi buruk banget nih.” Kata Arven dengan kesal sambil memasukkan kembali bungkusan rokoknya, sekarang dia paham kenapa Rayhan melarangnya merokok. “Nggak bisa ini permintaan dari boss langsung, makanya buruan sana ke HRD dia udah datang dari tadi.” Arven berdecak kesal dan langsung bangkit berdiri menuju ruangan HRD. Saat sudah di depan ruangan HRD Arven mengetuk pintunya lalu masuk menghadap kepala HRD nya langsung. “Selamat pagi Pak, katanya Bapak panggil saya ya?” Tanya Arven. “Iya bener Pak Arven, berhubung Bapak yang memimpin design grafis kita makanya anak magang kita Bapak yang pegang ya. Tolong di ajari ini titipan dari Boss, di ajarin sampai bisa ya Pak dan paham.” “Siap Pak,” “Silahkan ikuti Pak Arven.” Kata kepala HRD tersebut kepada wanita yang sedang duduk. Arven langsung berlalu berjalan dan perempuan tersebut mengikuti Arven dari belakang dan membawanya ke ruangan. “Ini meja kamu, nanti setelah rapat saya akan jelaskan sama kamu semua. Sekarang ikut saya rapat aja karena kita udah ditunggu.” Kata Arven dan langsung berbalik guna melihat perempuan yang ada di belakangnya itu dan ia terkejut. “Loh kamu?” Kata Arven melihat wanita cantik yang ada di depannya. “Loh Mas yang tadi malam itukan?” Tanya perempuan itu memastikan. “Iya bener, nggak nyangka ternyata kamu yang magang di sini.” Kata Arven dengan keterkejutannya.   FLASHBACK ON Arven dan Rayhan sudah sampai di club yang mereka tuju. Keduanya langsung memesan minuman dan mengambil tempat. Rayhan dan Arven juga sambil merokok dan mulai menikmati music. Namun pandangan Arven tertuju pada perempuan yang berada di pojok sedang duduk sendirian. Arven tak bisa pungkiri bahwa perempuan tersebut sangat cantik dan sexy, apa lagi dengan pakaian yang ketat digunakan oleh perempuan tersebut. Di saat ada yang menyapa perempuan tersebut tersenyum membuat Arven tertarik melihat wanita tersebut. Arven yang sudah mulai dikuasai alcohol mulai berpikir gila namun dia masih sadar dengan apa yang terjadi. Sampai akhirnya ada dua orang pria yang mengganggu wanita tersebut dan wanita itu menolak. Maka Arven yang tidak suka melihatnya langsung datang dan melindungi wanita tersebut sampai kedua pria yang mengganggu itu pergi. Akhirnya Arven menyuruh wanita tersebut pulang saja dan ia mengantarkan sampai mendapatkan taxi. Itu merupakan pertemuan pertama mereka, keduanya belum ada kenalan. Karena Arven memang berniat hanya membantu walaupun dia menyukai wanita tersebut secara fisik. Tetapi Arven ingat ia memiliki Amanda di dalam hidupnya. FLASHBACK OFF   “Iya Mas dunia ternyata sempit. Makasih banyak ya Mas buat tadi malam pertolongannya.” Arven tersenyum dan menganggukkan kepalanya, seketika mood Arven mulai membaik. “Iya gapapa kok, kamu udah bilang makasih tadi malam jangan bilang makasih lagi.” “Kalau nggak ada Masnya mungkin aku nggak ada di sini sekarang.” “Panggil saya Arven, nama kamu siapa?” Tanya Arven sambil mengulurkan tangan. “Jessica Mas, panggil Jessica aja.” Balas wanita yang bernama Jessica itu uluran tangan Arven. Pria itu langsung merasakan kelembutan tangan Jessica yang sedikit berbeda dengan Amanda karena sang kekasih suka memasak. “Yaudah nanti kita lanjut ngobrolnya, kita udah tunggu. Ayo ikuti.” Arven mengajak Jessica untuk mereka rapat terlebih dahulu. Sesudah rapat, akhirnya Arven mengenalkan Jeissca kepada timnya yang lain. Syukurnya Jessica orang yang gampang berbaur sehingga bisa langsung mendapatkan teman. Walaupun begitu karena Jessica masih baru tetap saja ada sungkannya. Arven juga menjelaskan bagaimana system kerja yang harus Jessica pahami. Arven juga langsung mengajarkan hal-hal yang baru kepada Jessica sampai benar-benar paham. Setelah itu Arven baru melepaskan Jessica untuk mencoba mengerjakan hal yang paling mudah. “Udah jamnya makan siang, kalian udah boleh makan siang ya.” Kata Arven pada timnya yang lain. Meja kerja Arven berada di tengah-tengah ruangan, sedangkan lima lainnya termasuk Jessica berada di ruangan yang sama tetapi dua di samping kanan Arven dan dua lagi berada di sebelah kiri. Sedangkan meja milik Jessica tepat lurus di meja kerja Arven. “Kita permisi duluan Mas.” Pamit tim Arven lainnya baik laki-laki dan perempuan. Hingga Arven menutup berkas terakhir dan mengangkat kepalanya namun melihat Jessica masih saja duduk di kursinya. Arven langsung saja mendekati Jessica guna bertanya kenapa nggak pergi makan siang. “Kamu nggak lapar? Nggak mau makan siang?” Tanya Arven ramah, Jessica mendongakkan kepalanya lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal jangan lupa dengan senyuman tak enak hati. “Mau sih Mas makan, tapi nggak ada temennya. Lagian aku juga masih nggak tahu daerah sini, kantinnya juga sebenernya nggak tahu di mana.” Arven menepuk jidatnya. “Maaf saya lupa ajak kamu keliling tadi. Yaudah kamu mau makan sama saya? Tapi saya jarang makan di kantin, biasanya makan di luar ya dekat sinilah. Setelah itu nanti saya ajak kamu keliling sekalian supaya tahu semua ruangannya.” Jessica tersenyum sumringah dan menganggukkan kepalanya setuju. “Mau banget Mas.” Jessica langsung bangkit berdiri dengan semangat namun sangkin semangatnya ia kelipat kakinya sendiri dan hendak jatuh namun langsung di tahan oleh Arven. Akhirnya Arven memeluk pinggang Jessica dari samping agar tidak jatuh. “Makasih banget ya Mas, lagi dan lagi aku di tolong.” Ucap Jessica dengan tulus. “Iya gapapa, lain kali hati-hati ya.” Pesan Arven kemudian melepaskan Jessica. Wanita itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum kesenangan. “Ayo kita pergi.” Ajak Arven dan Jessica langsung mengikuti Arven dari belakang dengan kegirangan.   ***** “Kamu tinggal di mana?” Tanya Arven guna menemani makan siang mereka Arven berniat untuk ngobrol, makanan yang keduanya pesan sudah tersaji di hadapan mereka. “Ada apartement dekat sini Mas, itu loh yang dekat lampu merah.” “Aaaaa itu.” Arven menganggukkan kepalanya paham. “Kamu tinggal sendiri?” Tanya Arven lagi. “Iya Mas tinggal sendiri.” “Orangtua kamu di mana?” Tanya Arven lagi sambil menyuapkan makanan kemulutnya. “Orangtua aku udah nggak ada lagi Mas. Dari kecil aku di urus sama keluarga dari Mama. Awalnya tinggal di rumah saudara, tapi karena magang tempatnya jauh di kasih tinggal di apartement punya saudara Mas.” “Maaf ya saya nggak ada maksud yang gimana-gimana.” Kata Arven tak enak hati. “Iya gapapa kok Mas.” “Wahh baik ya saudara kamu mau ngurusin kamu sampai kayak gitu. Jadi kamu kenapa sendirian tadi malam?” Tanya Arven mengalihkan pembicaraan agar tidak membahas soal keluarga lagi. Ia tidak mau menanyakan kenapa orangtuanya sudah tidak ada lagi, karena itu terlalu sensitive dan ia tidak mau wanita yang ada di depannya ini menangis. “Iya Mas mereka emang beneren baik. Dari kecil udah di urusin sampai besar kayak gini. Tadi malam itu aku sebenernya janjian sama temen Mas, tapi temennya malah nggak jadi datang.” Arven menganggukkan kepalanya paham. “Lain kali hati-hati kalau ketempat kayak gitu sendirian, nanti kamu bakalan sering di ganggu.” Jessica tersenyum. “Iya Mas, kalau aku kesana ditemenin sama Mas Arven boleh?” Tanya Jessica dengan semangat. “Eh?” Arven yang jadinya terkejut. “Ohh boleh kok, kabarin aja entar kalau mau kesana.” Arven jadi tak enak hati menolak saat ditanya seperti itu. “Mas Arven udah lama kerja disana ya?” Tanya Jessica mau tahu. “Yaaa gitu deh, begitu selesai langsung kerja disana. Awalnya magang kayak kamu, terus jadi karyawan biasa dan akhirnya bisa mimpin deh.” “Wahh Mas Arven orang yang hebat ya, keren banget. Udah pinter, baik, ganteng lagi.” Puji Jessica, Arven jadi salah tingkah sendiri karena di puji seperti itu. “Aaaaa makasih loh, padahal saya biasa aja. Kamu juga baik kok, ramah, cantik juga.” Balas Arven memuji. “Beneren Mas kalau aku cantik?” Tanya Jessica memastikan. Arven menganggukkan kepalanya membenarkan. “Iya bener kamu cantik banget mala.” Puji Arven membuat Jessica tersenyum malu-malu. “Makasih lo Mas udah puji aku cantik.” “Sama-sama. Oh iya umur kamu berapa?” “Dua puluh satu tahun Mas, kalau Mas Arven?” Arven seketika tertawa ketika ditanya balik soal umur. “Saya udah tua banget gausah ditanyain soal umur.” “Yaampun Mas Arven nggak tua kok, emang umur Mas Arven berapa?” “Saya udah dua puluh sembilan, tua bangetkan?” Tanya Arven sambil tertawa, Jessica menggelengkan kepalanya. “Enggak kok Mas Arven itu nggak kelihatan tua seriusan deh, nggak cocok sama umurnya yang segitu.” Arven jadi tertawa nggak enak dipuji seperti itu, menurutnya itu tidak benar. “Serius? Kamu jangan bohong karena mau ambil hati sayakan?” Jessica menggelengkan kepalanya. “Enggak kok Mas beneren deh aku jujur tahu waktu bilang Mas Arven emang masih kelihatan muda.” Tawa Arven pecah. “Bagus deh kalau emang kayak gitu.” Jessica suka lihat atwa Arven yang lepas. Arven semakin menunjukkan ketampanannya bagi Jessica dan wanita itu menyukai sosok Arven. Bahkan Arven juga orang yang terbuka dan bisa cerita apa aja. Sehingga Jessica tidak takut untuk jujur dan terbuka juga. Hubungan mereka terlihat seperti sudah kenal lama, padahal keduanya baru saja kenal beberapa jam yang lalu. “Kali ini saya yang bayar makan siangnya, anggap saja traktiran untuk penyambutan kamu ya.” Kata Arven saat mereka hendak pergi dari tempat itu dan Arven langsung mengeluarkan dompetnya. “Wahh makasih banyak Mas.” Keduanya kembali ke kantor dengan menggunakan mobil Arven. Setelah itu Arven mulai mengajak Jessica berkeliling kantor dan mengenalkannya ke beberapa orang yang mereka temui. Termasuk juga dengan Rayhan, jelas pria itu terkejut bahwa ternyata anak magangnya yang mereka temui di club. Sehingga Jessica juga bisa mudah akrab dengan Rayhan karena pria itu juga sama ramahnya dengan Arven. Banyak yang kagum dengan kecantikan dan keramahan Jessica. Terutama kaum pria yang mulai mencoba mendekati Jessica, apa lagi dengan status Jessica anak magang. Wanita itu menerima semua orang yang mau berteman dengannya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD