35. Human World VII.

1106 Words
Saki bergumam panjang setelah mendengar cerita kakek. "Sungguh, waktu itu aku sangat terkejut. Mungkin jika aku memiliki penyakit jantung, aku akan mati saat itu juga. Maksudku, siapa yang tidak terkejut melihat seorang yang kita kira manusia membuka kulit mereka dengan begitu mudahnya, lalu menyambungkan alat pengisi daya yang seharusnya dia sambungkan ke handphonenya." Kakek dengan semangat mengucapkan hal tadi semua. "Yah, kau benar Kek. Aku juga akan terkejut jika jadi dirimu." Saki membenarkan ucapan kakek itu. "Omong-omong Nak, kapan kedua kawanmu sadar?" Kakek memberikan pertanyaan. "Sekitar beberapa jam lagi. Memang, biasanya kita para robot akan men-charger ketika jam tidur manusia. Manusia tidur ketika malam 'kan Kek? Nah, saat itu kita tidak tidur dan men-charger tubuh kita." Jawab Saki jelas. "Ooh, ya aku ingat. Bora juga akan mengisi dayanya ketika sudah malam." "Naah ..." Saki bergumam. "Sekarang, kita mau ke mana Kek?" Saki lanjut bertanya. "Kita akan ke kebun apel milikku. Ayo!" Kakek mengibaskan tangannya mengajak Saki untuk melanjutkan tour kecil mereka. Mereka berdua melangkah lebih dalam ke perkebunan milik kakek. Saki terperangah dengan mata yang berbinar lebar begitu melihat banyak sekali pohon dengan sesuatu yang menggantung berwarna merah dan hijau di rantingnya. "Itu yang namanya buah apel?" Saki bertanya dengan mata yang tidak bergulir sedikitpun dari pohon-pohon itu. "Yup. Dan kau tahu, apa yang menarik dari buah apel ini?" tanya kakek sambil tetap melangkahkan langkahnya ke salah satu pohon apel di sana. "Ada yang menarik tentang buah ini?! Apa itu Kek?" Saki balik bertanya dengan semangat. "Buah ini yang menyebabkan Isaac Newton mempelajari gravitasi bumi." Kakek menjawab dengan memetik salah satu apel merah. "Isaac Newton? Gravitasi bumi? Apa itu, dan kenapa hal itu harus dipelajari??" Saki bertanya dengan penuh rasa penasaran. "Isaac Newton itu adalah seorang Fisikawan. Dulu, ketika tahun seribuan, Isaac ini menemukan gravitasi bumi." Kakek mulai menjelaskan dengan panjang. "Bora sudah bercerita, katanya para robot tidak perlu mengenyam pendidikan 'kan? Kalian tinggal hanya meng-upgrade diri kalian masing-masing, lalu semuanya sudah otomatis terserap ke dalam ingatan kalian." ujar kakek. "Itu benar. Bahkan, kata-kata seperti pendidikan, belajar, guru, atau pun murid, kita semua––para robot –– hanya sesekali mendengar. Sebenarnya, itu semua tentang apa? Tebakanku, kata-kata tadi itu termasuk ke dalam 'mengenyam pendidikan' 'kan?" Saki berujar dengan panjang. "Betul itu. Kita bahas mengenai itu nanti, aku akan lanjutkan pembahasan mengenai gravitasi bumi terlebih dahulu." Kakek mengibaskan tangannya. Dia lalu melangkah ke samping pohon, di sana terdapat keranjang buah yang memang sengaja kakek simpan di tempat itu. "Isaac Newton itu bukan hanya seorang Fisikawan. Dia adalah Matematikawan, Ahli Astronomi, Filsuf Alam, Alkimiawan, dan Teolog yang berasal dari Inggris." Kakek mulai menjelaskan kembali. "Sesuai ucapanku tadi, Isaac inilah yang menemukan apa itu gravitasi bumi." Kakek memakan sebentar buah apelnya. "Apakah kau tahu apa itu gravitasi bumi?" Kakek memberikan pertanyaan kepada Saki. Saki menggeleng, memang di dunia mereka tidak dijelaskan mendalam mengenai bumi, planet yang mereka tempati. Bahkan, hanya sekedar mengetahui nama-nama tumbuhan, mereka juga tidak diberikan perintah untuk meng-upgrade ke dalam memorinya. Kakek mengusap dagunya halus, "Hmm, bisa dibilang gravitasi bumi itu merupakan salah satu ciri bumi, yaitu benda-benda ditarik ke arah pusat bumi." Kakek menghentikan sejenak penjelasannya. "Kau tahu apa yang akan terjadi jika bumi tidak punya gravitasi?" Kakek bertanya dengan melirik Saki, tangannya masih setia memetik buah-buah apel yang ada di sana. Kening Saki mengkerut, "Aku .... Kek, bisakah hanya menjelaskan tanpa memberikan aku pertanyaan? Aku tidak paham mengenai itu semua." Saki mengatakan hal tersebut dengan raut wajah kesal. "Hahaha, baik-baik, aku lanjutkan penjelasannya." Kakek menggigit sebanyak mungkin daging apel yang bisa diraup oleh mulutnya. "Jika planet ini tidak punya gravitasi, maka semua benda–bahkan kau sekalipun akan melayang-layang di udara. Bukan hanya kau Saki, tapi aku pun, benda-benda terberat juga, semuanya akan melayang jika tidak ada gravitasi. Oh, ya, percepatan gravitasi bumi itu 9,807 m/s². Tapi, digenapkan menjadi 10 m/s². Paham?" Kakek melirik Saki, M-Robot muda itu tengah menggosok keningnya dengan mata terpejam. "Aku mencoba untuk memahami. Lalu, apa itu planet?" Saki tidak sungkan memberikan kakek banyak pertanyaan. "Hmm, planet yaa ... Planet atau bisa juga bintang siarah diambil dari bahasa Yunani Kuno, yaitu αστήρ πλανήτης (astēr planētēs), yang berarti 'bintang pengelana' adalah benda astronomi yang mengorbit sebuah bintang atau sisa bintang yang cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri, tidak terlalu besar untuk menciptakan fusi termonuklir, dan telah 'membersihkan' daerah sekitar orbitnya yang dipenuhi planetesimal." Lagi-lagi kakek memakan buah apelnya sebentar. "Secara umum, planet terbagi menjadi dua jenis utama: raksasa gas besar berkepadatan rendah dan raksasa darat kecil berbatu. Sesuai definisi IAU, ada delapan planet di Tata Surya. Menurut jaraknya dari Matahari (dekat ke jauh), ada empat planet kebumian, Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars, kemudian empat raksasa gas, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Enam planet di antaranya dikelilingi oleh satu satelit alam atau lebih. Selain itu, IAU mengakui lima planet kerdil dan ratusan ribu benda kecil Tata Surya. Tapi, mereka juga masih mempertimbangkan benda-benda lain untuk digolongkan sebagai planet." Kakek memberikan penjelasan yang ia ketahui selama ini. "Sekali lagi Kek, aku berusaha memahami itu semua. Omong-omong, mereka yang Kakek sebutkan tadi, itu siapa?" Saki juga tidak bosan untuk terus bertanya. "Mereka, para peneliti alam semesta. Untuk pengetahuanmu Saki, alam ini luas sekali. Bukan hanya delapan planet tadi saja yang ada di alam semesta ini, tapi .... itu masih banya~k sekali." Lengannya ia rentangkan ketika mengucapakan kata 'banyak'. "Oh, really?! Seberapa luas itu?" Saki terperangah entah yang sudah ke berapa kali. "Itu, aku tidak tahu. Aku sedang tidak ada mood untuk mencari tahu kabar terbaru mengenai itu semua." Kakek tersenyum malu dengan tangan yang mengusap tengkuknya pelan. "Yaah ..." gumam Saki. "Haha, kau bisa mencari tahunya sendiri anak muda." "Jangan mencoba menghiburku Kek. Tidak akan mempan." Saki berujar malas. Kakek mengernyit geli, "Kau benar-benar bisa mencari tahu itu semua Saki." Detik itu juga, Saki menolehkan kepalanya dengan cepat. Matanya melebar, memandang kakek itu dengan berbinar. "Bagaimana caranya Kek?" Saki berseru memberikan pertanyaan. "Kau bisa menggunakan alat pencari tahu milikku nanti." jawab Kakek mengibaskan lengannya. Saki mengerjap, "Alat pencari tahu?" "Ya. Alat itu mirip dengan handphone, tapi alat itu tidak bisa dibawa keluar rumah. Dan penggunaannya hanya bisa 10 kali pakai dalam satu minggu." Sekarang kakek menyusuri pohon–– yang entah ke berapa–– sambil terus memakan apel dari setiap pohonnya. "Memangnya kenapa?" Saki tetap setia mengikuti langkah kakek yang lamban itu. "Karena, alat pencari tahu itu tidak akan menghasilkan jawaban atas permintaan kita dengan begitu saja. Apa pun yang kita pinta, entah itu bertanya, atau memesan, pasti alat pencari tahu akan membuat jawabannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang paham?" ucap kakek dengan nada santai dan sesekali melirik M-Robot muda yang terus membuntutinya itu. "Aah, ya, aku paham sekarang ..." Saki bergumam mengerti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD