3. PERUSAHAAN SENI

1463 Words
Saat di pasar, Romy menyempatkan waktu untuk memotret sesuatu yang tampak menarik baginya. Hari itu juga, seorang putri konglomerat bernama Julia juga sedang jalan-jalan di pasar, mereka sempat berpapasan namun sama-sama tidak memperhatikan, apalagi kenal. *** Terlihat Romy sudah sampai di tempat parkir, dia lebih dulu sampai agar neneknya tidak menunggu Romy. Begitu baik hati dan perhatian sifat Romy pada neneknya, apalagi saat ini memang hanya neneknya yang menemaninya setiap hari di rumah. Romy menunggu neneknya sambil mengecek foto-foto hasil tangkapan di sekitar pasar ini. "Nice, semua terlihat sangat bagus," ucap Romy sambil tersenyum. Dia terus melihat-lihat beberapa hasil foto hari ini. "Loh, ini ... siapa gadis yang memakai gaun warna jingga itu?" ucap Romy penasaran, ternyata tidak sengaja dia memotret Julia, akan tetapi jaraknya cukup jauh, saat itu Julia sedang di taman, sementara Romy ingin memotret suasana jalan di dekat pasar itu. Kebetulan taman itu ada di seberang jalan agak jauh dari posisi Romy. Namun sayang sekali, wajah gadis bergaun jingga yang sebenarnya adalah Julia itu tidak terlihat, karena posisinya memang jauh, ditambah sedang melihat bunga di taman. Melihat foto gadis bergaun jingga itu memang menarik perhatian Romy, karena gaun itu terlihat sangat mewah dan mencolok, apalagi sedang memakai topi warna jingga juga. "Tunggu, tapi ini ... ada 2 orang berpakaian hitam yang sama-sama di taman, mungkinkah bodyguard gadis itu? Jika benar, berarti dia bukan gadis biasa," ucap Romy juga memperhatikan 2 penjaga Julia, meski berjarak dengan posisi Julia. Romy mencoba memikirkan itu, kenapa selama ini belum pernah melihat gadis seperti itu di sekitar pasar ini, mungkin karena Romy terlalu fokus dengan kameranya atau memang baru pertama kali Julia mengunjungi pasar ini. Namun saat di tempat lain, Romy juga belum melihatnya, sungguh aneh menurut Romy. Sebenarnya karena Julia jarang keluar rumah dan hanya sebentar saat bisa keluar rumah, itu semua karena peraturan keluarga besar Bahtian, selain itu Romy selalu sibuk dengan kamera miliknya. "Romy, ayo kita pulang!" ucap neneknya sambil menepuk pundak Romy, hal itu membuat Romy kaget karena sedang memikirkan gadis di foto itu. "Nenek? Oke siap!" jawab Romy, kemudian segera menghidupkan motor untuk pulang ke rumah. Saat di perjalanan, dia sedikit memikirkan foto gadis itu, akan tetapi tidak begitu penting menurutnya. "Ah, entahlah siapa dia, mungkin hanya orang jauh dan sekedar mampir ke pasar itu," batin Romy sambil mengendarai motor bersama neneknya. Sekian detik di perjalanan, ada sebuah mobil mewah warna silver melewati motor Romy dan neneknya dari belakang, akan tetapi Romy tidak begitu memperhatikan siapa pengendara mobil tersebut, dia hanya fokus mengendarai motor miliknya. "Indah dan damai suasana di sini, kapan-kapan aku ingin ke sini lagi," ucap gadis di dalam jok mobil tengah, ternyata dia adalah Julia, namun sedang memperhatikan suasana perjalanan di sebelah kanan jalan, sementara Romy dan neneknya di sebelah kiri jalan, itu berarti Julia tidak melihat motor yang dikendarai Romy, seandainya melihat pun tidak akan kenal. Ya, mobil mewah itu adalah mobil yang dikendarai Julia bersama 2 penjaganya yang selalu setia menemani Julia. Romy memperhatikan mobil itu melaju cukup cepat di depannya, apalagi jalanan tidak ramai, sementara motor Romy terlihat santai. Romy memang selalu santai saat mengendarai motor, terutama saat bersama neneknya, namun lebih cepat sedikit ketika sedang mengendarai motor sendirian. "Kenapa mobil itu buru-buru? Entahlah, mungkin sopirnya gak sabaran," gumam Romy menduga. Sebenarnya sopir mobil melaju cepat karena waktunya sempit, sebab harus sampai rumah dalam waktu yang ditentukan, kalau sampai terlambat bisa dihukum semua, terutama saat terlambat banyak, jika sedikit masih bisa dimaafkan. Akhirnya setelah perjalanan santai, Romy dan neneknya sampai juga di rumah. "Makasih ya Romy, kamu selalu membuat Nenek tersenyum," ucap neneknya sambil mengusap lembut kepala belakang Romy. "Tenang saja Nek, Romy akan selalu membantu Nenek sebisa mungkin," balas Romy juga tersenyum. Neneknya segera masuk ke rumah menuju dapur, Romy sempat ingin membawakan barang belanjaan, tapi kata neneknya tidak perlu karena ringan dan tidak banyak. Setelah itu, Romy menuju kamar tidurnya, dia duduk di meja lamanya kemudian melihat buku kecilnya masih di atas meja, dia lupa tidak menyimpannya di laci rapat-rapat, meski mungkin tidak masalah berada di atas meja, apalagi hampir tidak akan ada orang lain yang masuk ke kamarnya. Akan tetapi lebih baik disimpan di laci, karena Romy tidak ingin ada orang lain yang membaca buku hariannya tersebut. "Hari ini ada sesuatu yang membuatku berpikir, entah kenapa bisa begitu, mungkin hanya perasaanku saja. Aku akan mengabadikan situasi ini," gumam Romy, kemudian menulis sesuatu di buku kecilnya itu. "Sekarang pukul 11 siang, sebaiknya aku istirahat sebentar, karena nanti sore aku harus pergi ke Perfect Gallery untuk mengirim hasil kamera milikku," ucapnya kemudian merebahkan badannya di kasur setelah menyimpan buku kecilnya di laci, dia merasa lelah setelah berkeliling pasar, ditambah perjalanan dengan cuaca cerah sehingga sinar matahari terasa terik. Romy memejamkan mata dan terlihat rileks, tidak lupa mencopot kacamata, topi, dan meletakkan kamera di meja. Tentu saja tadi pagi sudah mandi sebelum berangkat ke pasar, jadi sekarang bisa istirahat dengan nyaman. Ternyata Romy adalah pemuda yang manis dan tampan, terbukti saat tidur pun wajahnya masih terlihat tampan, dia tidur sebentar tanpa selimut, karena ini siang hari. Siang hari berselimut hanya membuat badan gerah, panas, dan tidak nyaman, terutama di daerah iklim tropis, kecuali untuk orang sakit. Romy hanya ingin tidur sebentar, mungkin sekitar 1 setengah jam. Sebelum tidur, dia sudah memasang jam alarm agar tidak tidur terlalu lama. Sehabis bangun nanti, dia akan makan siang dan bersiap menuju tempat penghasil uang keseharian Romy, yaitu perusahaan seni bernama Perfect Gallery. *** Sore hari tiba, jam menunjukkan pukul 2 sore, Romy sudah siap untuk berangkat ke perusahaan Perfect Gallery. Tidak lupa berpamitan dengan neneknya, dan tentu saja neneknya mendo'akan yang terbaik untuk Romy, neneknya juga berpesan untuk hati-hati. Perjalanan butuh waktu lumayan, yaitu sekitar 45 menit menggunakan motor. Dengan waktu perjalanan itu, kini Romy sampai di tempat tujuan, dia segera memarkirkan motornya. "Oke, semoga semua sempurna seperti apa yang aku nilai," batin Romy penuh keyakinan. Romy memasuki perusahaan besar itu, menelusuri lorong demi lorong hingga akhirnya sampai di ruangan tujuan. Terdengar suara Romy mengetuk pintu ruangan khusus. "Silakan Masuk!" ucap seorang pria paruh baya. Mendengar itu, Romy masuk dengan tersenyum. "Oh, ternyata kamu, Romy. Saya sangat menanti dirimu," ucap pria paruh baya itu. "Terima kasih Pak Satria. Saya sudah membawakan hasil pemotretan selama 1 minggu ini, semoga sesuai dengan harapan Pak Satria," balas Romy. Ternyata pria paruh baya itu bernama Pak Satria, dia adalah seorang manager di perusahaan seni ini, banyak kreatifitas lain yang bisa diterima di perusahaan ini untuk mendapatkan imbalan, Romy sendiri memilih dalam bidang fotografi, dia bisa mendapatkan hasil foto yang menarik dan dikagumi oleh manager tersebut. "Baiklah, langsung kita lihat saja!" Romy segera menunjukkan semua hasil kamera miliknya, setiap seminggu sekali atau dua kali, Romy harus menyetor hasil pemotretan yang luar biasa. Selain itu, terkadang Romy mendapat job pemotretan di berbagai moment, seperti acara pernikahan, wisuda, kunjungan wisata, atau lain sebagainya karena permintaan seseorang, namun sangat jarang, karena menurut Romy, job itu membuat dirinya bisa terkenal sehingga dia kurang suka. "Kamu memang fotografer yang sangat handal, Romy. Saya suka dengan semua hasil fotomu, ini sempurna," ucap Pak Satria merasa kagum, Romy tersenyum mendengar itu. "Oke, saya terima semua ini. Good Job!" lanjut Pak Satria. Setelah itu, hasil foto kamera Romy di transfer ke komputer. Selanjutnya, setelah semua foto berhasil diserahkan, Romy mendapat imbalan berupa uang cash, Romy selalu meminta uang cash agar lebih mudah dalam mengelola keuangan, dia ingin menyimpan uang itu ke bank sendiri jika perlu. "Terima kasih banyak Pak, saya sangat senang!" ucap Romy dengan tersenyum. "Oke, sama-sama. Saya menanti hasil foto berikutnya," balas Pak Satria. "Siap Pak Satria!" Romy berpamitan pulang karena tujuan hari ini sudah selesai, dia sempat diajak makan bersama, namun Romy menolak karena sebelum ke sini tadi sudah makan, Pak Satria tidak memaksanya. Romy memasukkan uang hasil pemotretan itu ke dalam tas ransel, kemudian dengan tersenyum, dia bergegas pulang. Itulah satu-satunya pendapatan keuangan yang bisa Romy dapatkan, hasilnya cukup lumayan dan cukup untuk biaya hidup sekitar 1 minggu, tapi karena Romy dan neneknya menanam berbagai sayuran, jadi biaya hidup lebih ringan, sehingga Romy bisa menyimpan sebagian uangnya tersebut untuk ditabung. Namun sebelum pulang, Romy membeli oleh-oleh untuk neneknya, tentu saja sekalian untuk dirinya. Dia membeli martabak manis dan bakpia kacang hijau, makanan berisi kacang hijau itu adalah kesukaan neneknya. Pasti neneknya sangat senang dan bangga pada Romy, karena dia sangat perhatian pada neneknya. Dalam perjalanan pulang, Romy teringat dengan gadis misterius yang pernah berpapasan dengannya. "Gadis itu sungguh membuatku penasaran. Andai saja aku melihat wajahnya, akan aku ingat terus wajahnya," batin Romy. "Aku harus mencarinya, semoga dia sering ke pasar itu." Romy memiliki tekad kuat untuk mencari tahu gadis tersebut, dia punya cara untuk mencarinya, karena gadis yang sebenarnya Julia itu memiliki aura yang sangat berbeda dari gadis lain, terlebih sangat jarang ada gadis lain memakai gaun. Mampukah Romy menemukan gadis itu? Tentunya tidak akan mudah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD