Aku Bukan Kakak Lelakimu!

1036 Words
Jay berdiri di bawah pohon Akasia yang berada di dekat gerbang sekolah Jocelyn, ia tersenyum manis sembari melambaikan tangan saat melihat gadis itu berjalan ke arahnya. “Itu pacar lo, Jo?” gadis itu menatap kagum lelaki yang berdiri tidak jauh dari mereka, “Ganteng banget ya. Matanya biru, alisnya tebal, tubuhnya kekar, kulitnya putih, dan rambutnya coklat, bule ya, Jo?” Seorang gadis yang berada di dalam kelas yang sama dengan Jocelyn berkata setengah berbisik tanpa memalingkan sedikitpun pandangannya dari Jay. Jocelyn terkekeh pelan. “Bukan pacar, kok. Namanya Kak Jay. Setahu gue dia masih single, Elle. “ “Kenalin dong gue sama dia.” Elle mengguncangkan lengan Jocelyn dan memandang Jocelyn dengan tatapan penuh harap. Jocelyn tersenyum tipis, ada rasa tidak suka yang mendadak menyerang hatinya saat mendengarkan permintaan Elle, sahabatnya. “Ok.” Jawab Jocelyn lemah. Ia tidak tahu rasa apa yang mengganggunya, tetapi ia tidak ingin ada gadis lain yang dekat dengan lelaki yang disayanginya. Ia tidak ingin memperkenalkan sahabatnya dengan lelaki itu, tetapi ia tidak bisa menolak. Mereka melebarkan langkah dan berjalan dengan cepat ke arah Jay.”Udah lama ya, Kak?” tanya Jocelyn saat sudah berdiri di hadapan Jay. “Belum, kok. Kakak baru sampai.” “Oh ya, Kak. Ini temanku, dia mau kenalan sama Kakak.” Jocelyn menarik Elle untuk berdiri di hadapan Jay. Jay tersenyum miris, lalu mendengkus kesal. “Kak kenalin … ini Elle, sahabatku dari SD dan Elle, kenalin ini Kak Jay, orang yang sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri.” Jocelyn saling mengenalkan kedua orang di hadapannya. Elle tersenyum centil dan mengulurkan tangannya. Jay mengeraskan rahang dan dengan terpaksa menerima uluran tangan Elle. Dengan datar ia mengucapkan namanya pada gadis bernama Elle itu dan gadis itu melakukan hal yang sama. Jay menatap Jocelyn penuh amarah, tanpa melihat Elle yang mencoba mencari perhatiannya. “Kak Jay udah punya pacar belum?” Elle mengedipkan sebelah matanya. Jay menoleh ke arah Elle saat tak menemukan perasaan sedih di wajah Jocelyn, yang artinya memang gadis itu tak masalah dengan siapapun yang ingin mendekatinya. “Belum, kebetulan lagi nyari pacar, Elle mau jadi pacar Kakak?” Jay tersenyum manis. Jocelyn membuka kedua matanya dengan lebar saat mendengarkan perkataan yang keluar dari mulut Jay, sedangkan Elle rasanya ingin pingsan saat itu juga, jantungnya seakan ingin lepas dari tempatnya. “Kak Jay ngomong apaan sih, kalian ‘kan baru kenal.” Jocelyn berkata ketus dan menarik-narik baju Jay. “Ihh Jo ... lo kok gitu sama gue, lo nggak mau gue jadi kakak ipar lo?” Elle mengerucutkan bibirnya. “Lo kecentilan banget sih Elle. ‘kan kalian baru kenal!” Jay tersenyum tipis, ia sungguh tidak mengerti dengan gadisnya. Jelas-jelas gadis itu selalu menolak dan menyakitinya dengan kata-kata yang setajam pisau, tetapi gadisnya itu tidak ingin melihatnya bersama dengan gadis manapun selain dirinya. Gadisnya itu adalah gadis paling egois yang pernah dikenalnya dan entah mengapa hingga saat ini ia tidak dapat menghapus cinta yang ia miliki untuk gadisnya. “Kita bisa saling mengenal dulu, Elle.” Jay memotong perdebatan antara dua orang sahabat itu. Ia ingin Jocelyn sadar, jika hanya dirinyalah yang gadis itu inginkan. Ia ingin gadisnya itu mengakui bahwa gadis itu mencintainya sebagaimana ia mencintai gadis itu. “Sorry, Elle. Gue pulang dulu ya.” Jocelyn menarik lengan Jay dan melambaikan tangannya ke arah Elle. “Kak Jay, aku mau banget jadi pacar kakak,” teriak Elle sembari melambaikan tangan. *** Jay mengendarai mobil dengan kecepatan maksimal. Ia benci akan dirinya sendiri yang tidak dapat membuat gadisnya jatuh cinta, tidak suka saat mendengar gadisnya itu hanya menganggapnya sebagai kakak. Ia kesal saat gadis itu mengenalkannya pada sahabat yang jelas-jelas menaruh minat padanya. Apa gadisnya itu tidak tahu bagaimana perasaannya? Apa gadisnya itu sungguh tidak tahu bahwa hanya gadisnya itulah yang ia inginkan? “Kak Jay ngomong apaan sih sama Elle!” Jocelyn berkata ketus. Jay tersenyum sinis, ia menggenggam kemudi mobilnya dengan kuat dan menghentikan mobilnya secara mendadak. Jantung Jocelyn hampir saja copot karena rem mendadak yang lelaki itu lakukan. Untung saja ia mengenakan sabuk pengaman, jika tidak mungkin saja keningnya akan terluka saat ini.  “Kenapa rem mendadak sih Kak?” tanya Jocelyn kesal. Jay mengerutkan keningnya dan menatap Jocelyn penuh tanya. “Loh! Bukannya kamu yang kenalin teman kamu itu sama Kakak? Bukannya kamu mau Kakak jadian sama teman kamu itu?” Jay bertanya sarkastik. Jocelyn mengerucutkan bibir. “Bukan itu maksud aku, Kak.” Jay menatap Jocelyn tajam. “Mau kamu apa sih Jo? Kamu mau Kakak menganggapmu seperti adik, bukan? Kamu nggak mau jadi pengantin Kakak, ‘kan? Kalau Kakak pacaran sama sahabat kamu itu nggak masalah dong.” Jay berkata lembut, tapi terkesan tegas. Memang Jay tidak membentak ataupun mengeraskan suara, tetapi bagi Jocelyn pertanyaan lelaki itu bagaik sebilah pisau yang menusuk tepat ke jantungnya. “Kakak itu aku anggap sebagai kakak aku. Sudah tentu aku nggak masalah kalau Kakak punya pacar,tapi nggak harus Elle, Kak.” Jocelyn menatap Jay tajam, sedangkan Jay mengacak rambutnya dengan frustrasi. “Kakak, kakak, aku bukan kakak kamu Jo!” ujarnya setengah berteriak, “Aku dan kamu nggak ada hubungan darah. Selamanya aku nggak mau dan nggak suka untuk jadi kakak kamu. Aku mencintaimu Jo. Mencintaimu layaknya seorang lelaki mencintai seorang wanita, bukan cinta seorang kakak kepada adiknya!” Jay berkata sarkastis, gadisnya itu selalu membuatnya menggila. Air mata mulai keluar dan membasahi pipi Jocelyn.”Kakak jahat! Kenapa Kakak nggak mau jadi kakak aku? Bukannya itu sama aja? Apa bedanya cinta seorang lelaki kepada seorang wanita dengan cinta seorang kakak kepada adiknya!!” Jay mengeraskan rahang dan mendekatkan wajahnya ke arah wajah Jocelyn. “Kamu mau tahu apa bedanya?” ia menatap ke dalam manik mata gadisnya, Jocelyn menjauhkan wajahnya dari wajah Jay dan tampak ketakutan. Jay semakin mempertipis jarak di antara wajah mereka. “Karena kalau jadi kakak kamu, aku nggak bisa begini.” Jay mengecup bibir Jocelyn, Jocelyn membuka kedua matanya dengan lebar dan menatap Jay nanar. Jay menjauhkan bibirnya dari bibir Jocelyn dan menatap ke dalam manik mata gadisnya, sedangkan Jocelyn hanya bisa mematung dan menatap nanar lelaki di hadapannya. “Karena kalau jadi kakak kamu, aku juga nggak bisa begini.” Jay kembali mendekatkan wajahnya dengan wajah Jocelyn, ia menempatkan tangannya pada bagian belakang kepala gadis itu. Ia melumat bibir Jocelyn dengan rakus dan mulai memainkan lidahnya pada mulut gadisnya, membuat gadis itu meronta di tengah ciuman mereka. Ia melepaskan ciumannya saat merasa gadisnya itu susah bernafas karena ciuman mereka. Air mata mengalir melalui kedua mata Jocelyn. Ia menangis dengan tersedu-sedu. “Aku benci kak Jay!” gadis itu membuka pintu di sampingnya dan segera berlari meninggalkan Jay. Jay tidak sanggup lagi untuk menahan perasaannya, ia tidak mau lagi mendengarkan perkataan gadisnya yang setajam pisau. “s**t!!” Jay memukul kemudi mobilnya dan menenggelamkan wajahnya pada kemudi di hadapannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD