Cap. 1

1646 Words
. . "selamat datang nona??" sapa satpam penjaga rumah yang sudah membukakan pintu pagar. "terima kasih bapak ganteng." ucap Lola. Satpam tersebut hanya menggelengkan kepalanya. Itu sudah sering terjadi, meskipun pak satpam sudah mengatakan panggil nama saja, tapi tetap saja Lola memanggil dengan seenaknya. Dan itu terjadi tidak hanya pada satpamnya, tapi juga pembantu dirumah Lola. Lola memang dikenal ramah oleh pekerja pekerja dirumah tidak peduli satpam, sopir, tukang kebun ataupun tukang masak. Dan itu yang membuat mereka betah kerja dirumah Lola. Bahkan mereka menjadi saksi tumbuh kembang Lola dari dalam kandungan sampai sekarang. Dan mereka bersyukur dapat majikan seperti Lola. Lola memang sering sendirian dirumah karena orang tuanya sibuk mengembangkan bisnis diluar kota, maka dari itu nyonya besar Agrisa mewanti wanti agar menemani Lola. Lola Antari Agrisa, seorang mahasiswi diuniversitas Karya Merdeka dengan jurusan arsitek. Mata hazel yang diturunkan dari keluarga ayahnya, bibir penuh yang terlihat sexy diwajahnya dengan hidung mancung ditambah rambut bergelombang sepinggang semakin membuatnya terlihat cantik. Tinggi 173cm dengan tubuh yang mulai terbentuk semakin menambah pesona dari seorang Lola. Dia memang mengambil jurusan arsitek tapi dibalik itu dia memiliki hoby balapan. Dia sudah menggeluti dunia balap sejak duduk dibangku putih abu abu, tapi karena kecelakaan yang pernah terjadi dan membuat dia koma 2 bulan memaksa Lola untuk mencari hoby lain. Dia memang masih menggunakan motornya kemana mana tapi Lola tidak pernah ikut balapan lagi. Dan itu syarat dari tuan besar Agrisa bila Lola masih ingin melihat dan menggunakan pacar besinya. Itu lebih baik buat Lola dari pada harus kemana mana menggunakan sopir. . . . Lola turun dari motornya memarkirkan disamping mobil berwarna hitam. Dia mengecek hp nya. "mobil papa??!!! gak ada chat ataupun telpon, tumben pulang tanpa ngabarin dulu." ucap Lola pada dirinya sendiri dengan mengecek hp nya. "daddyyyyyy... mommyyyyy....where are youuuuuuuu????" teriak Lola yang baru memasuki rumah. "berhenti teriak teriak Lola, suaramu biasa membangunkan tokek tidur." jawab ibunya Lola dari dapur. "eh... iya kah??? dirumah kita ada tokek to bi??? kok Lola baru tahu." tanya Lola pada pembantunya. "ya ampun anak ini, itu perumpamaan Lola. Lama tidak bertemu kenapa sekarang malah menjadi jadi anak ini." gerutu ibunya Lola dihadapan Lola. Pembantu nya hanya tertawa cekikikan disamping nyonya besar Agrisa. "lah mommy... sadar kalo lama, tapi gak pulang pulang. Apa sekarang mommy dan daddy sudah jadi bang Toyib???" tanya Lola dengan menahan senyum. "anak ini...??!!!" ucap ibu nya Lola dengan menyonyor kepalanya Lola dengan pelan. "o... ya, tumben mommy dan daddy pulang gak ngabarin Lola." tanya Lola. "daddy dan mommy mau ngasih kejuatan sama kamu, jadi kami pulang secara mendadak. Sekarang kamu istirahat dulu. Nanti malam kita makan bersama dengan daddy juga." perintah ibunya Lola sambil berjalan meninggalkan Lola. "perintah diterima nyonya Agrisa. Tuan Agrisa dimana mom???" tanya Lola dengan teriak karena ibunya Lola mulai menjauh. "lagi dikamar nunggu Nyonya Agrisa." jawab ibunya Lola juga dengan teriak. "kapan adiknya Lola jadi mom???" tanya Lola dengan cikikikan. "istirahat Lola." jawab ibunya Lola yang mulai memasuki kamar. Bibi pembantu hanya geleng geleng kepala melihat interaksi ibu dan anak yang merupakan majikannya. . . . "non... ditunggu nyonya dan tuan dimeja makan." panggil bibi dengan mengetuk pintu kamar Lola. "ok bibi cantik. Lola otw." jawab Lola dari dalam kamar. Lola bangun dari tempat tidurnya, merapikan sebentar penampilannya dicermin lalu keluar kamar untuk makan malam bersama mama dan papanya. "selamat malam tuan dan nyonya Agrisa" ucap Lola sembari duduk disebelah kiri ayahnya. "selamat malam juga nona muda agrisa." jawab ayah Lola "xixixixixiixixixixiiii..." Lola seketika cekikikan mendengar jawaban dari sang ayah. "berhenti menggoda Lola, sekarang makan setelah itu kami ingin membicaran sesuatu denganmu." perintah dari ibunya Lola. "tentang apa mom???" tanya Lola. "makan dulu Lola." jawab sang ibu. "kenapa aku merasa kepulangan kalian kali ini membuatku merasa akan ada sesuatu yang terjadi." gerutu Lola dengan menatap ayah dan ibunya curiga, yang ditatap hanya diam menikmati makan malam yang sudah disediakan. Mereka makan malam dengan tenang, hingga suara ayah Lola menginterupsi, menandakan makan malam mereka sudah selesai. "masih ingat dengan rencana perjodohan yang pernah kami bicarakan Lola??" tanya ayah Lola Lola hanya menganggukkan kepalanya pelan. Lola sudah merasa penasaran karena ayah dan ibunya pulang tanpa memberi kabar, apa karena ingin membicaran ini??? perjodohan??? meskipun Lola sudah tahu sejak lama, tapi saat diberitahu seperti tetap saja membuat Lola berdebar dan tegang. Apa sudah saatnya mereka bertemu??. "besok lusa kita akan mengundang makan malam dari pihak pria." ucap ibunya Lola dengan semangat. "akhirnya setelah sekian tahun waktunya tiba juga, mommy sangat menunggu hari itu sayang." lanjut ibunya Lola. "mom, dad, Lola masih kuliah bahkan masih semester awal. Apa ini tidak lerlalu cepat???" tanya Lola dengan tatapan memohon. Berharap kedua orang tuanya berubah fikiran. Tidak mengapa untuk sementara waktunya yang diundur. Paling tidak sampai Lola siap dan usianya sudah matang. "ini hanya pertemuan untuk berkenalan Lola, bukan untuk pertunangan atau langsung menikah, jadi kamu tidak usah khawatir, kuliah kamu tetap aman." jawab ibunya Lola. "yang dikatakan mommy mu benar Lola. Lagipula kalian juga perlu waktu untuk berkenalan, jadi semakin cepat kenal semakin baik." jelas ayahnya Lola. Lola hanya bisa diam dan menerima. Lola tidak punya alasan untuk menunda pertemuan ini. Perlukah Lola berdoa agar si laki-laki juga menolak perjodohan ini??. Lola kembali kedalam kamarnya. Dia butuh waktu untuk berfikir paling tidak untuk mempersiapkan diri dengan hal-hal yang mungkin bisa membuat Lola kaget. . . . . Di salah satu mansion dikota metropolitan seorang wanita bersama suami dan kedua anaknya sedang makan malam bersama. "besok lusa kita akan makan malam kepihak perempuan sayang, jadi tolong jangan keluyuran." perintah sang Nyonya besar. "kenapa bukan kakak saja sih mom??? dia kan lebih tua, jomblo akut juga." tawar anak kedua. "adik lakn*t lo, kakak sendiri dikatain jomblo akut." jawab sang kakak dengan memukul kepala adiknya dengan sendok. "lah emang iya. kan udah jomblo dari lahir kan??" tanya sang adik kepada kakaknya. Dengan menampilkan senyum mengejek. "sudah... sudah... lagi makan saja kalian masih adu mulut." sela sang ayah. "selsaikan dulu makannya setelah ini kita bicara." perintah sang ayah tegas. . . . Diruang keluarga sepasang suami istri dan kedua anaknya sedang berkumpul setelah selesai makan malam. "kamu jelas tahu kan alasan kenapa yang dijodohkan kakek itu kamu??" tanya sang ibu kepada anak keduanya. Anak kedua hanya bisa mengangguk pasrah. Tanpa ada penyelaan yang keluar dari mulutnya. Dia sudah diberitahu bahkan saat dia masih mengenakan seragam putih abu abu, wasiat dari sang kakek untuk cucu pertamanya. Di kemudian hari nanti kakek ingin menjodohkan cucu laki laki pertama dari keluarga Wicaksana dengan keluarga Agrisa. Bukan tanpa alasan kakek Wicaksana melakukan perjanjian perjodohan ini, karena kakek seperti hutang nyawa pada Tuan muda dari keluarga Agrisa, yang saat itu ayahnya Lola sebelum menikah. Satu ginjal dari anak keluarga Agrisa ada yang bersemanyam ditubuh anak perempuan dari wicaksana, yang saat ini ibu dari Dewa. Dulu kakek tidak bisa menikahkannya karena anak perempuannya sudah menikah. Jadi bila berkenan kakek ingin menjodohkan cucunya. Seolah dunia ikut merestui anak dari tuan muda keluarga Agrisa perempuan dan cucu pertama wicaksana seorang laki laki. Maka perjodohanpun bisa dilanjutkan dan sudah disetujui kedua keluarga. Meskipun kakek wicaksana sudah meninggal, perjanjian itu seolah menjadi wasiat yang harus tetap dilaksanakan. . . Dewa kembali kamar setelah perbincangan dengan keluarganya soal perjodohannya. Fikirannya terbang kemana-mana. Dewa belum bisa memantapkan hatinya tentang perjodohan ini. Dewa tentu sudah berfikir untuk menolaknya, tapi bagaimana dengan kedua orang tuanya?? Dewa tidak bisa melihat kekecewaan dimata mereka, terutama ibunya. "Apa yang lo fikirkan brother??" tanya Daren yang datang kekamar adik tirinya, Dewa. "Minum dulu biar bisa mikir." lanjut Daren dengan menyodorkan minuman kaleng. "Hah..." Dewa menghembuskan nafasnya kasar. Daren masih setia diam disamping Dewa, tidak banyak bicara atau basa-basi untuk menghiburnya, karena Daren tahu kalau yang dibutuhkan oleh Dewa saat ini hanya waktu. "Gue bingung. Gue seperti berada dipersimpangan. Gue pengen ngelanjutin perjodohan ini, tapi gue juga belum siap berkomitmen. Gue pengen nolak, tapi gue gak mau buat ibu gue kecewa." jelas Dewa. "Lo sudah tahu dia kan??" tanya Daren. Dewa mengangguk. "Menurut lo gimana?" Dewa berfikir sejenak. Mencari kata untuk mendeskripsikan Lola. "Cantik, fisik sempurna, penampilan juga oke, baik juga. Selama gue kenal dia, dia pribadi yang cukup tenang tidak selalu mengeluarkan emosinya." "Dia tidak pernah terlihat dengan laki-laki setahu gue. Paling cuma teman sekelasnya buat ngerjain tugas. Dia menarik tapi, tidak semua laki-laki Lola biarkan mendekat. Dia seperti membangun tembok." jelas Dewa. Daren menganggukkan kepalanya mengerti. Dari gambaran Dewa yang hanya menyebutkan nilai plusnya, bisa Daren simpulkan kalau Dewa tidak hanya bimbang karena takut ibunya kecewa, tapi juga kalau Dewa menolak, Dewa harus merelakan sesorang yang kemungkinan Dewa tidak akan bisa temukan lagi. "Kalau yang lo tahu Lola oke, kenapa gak lo coba perjodohan ini?? berhentilah berfikir keras. Besok hanya pertemuan pengenalan. Masih tahap awal." saran Daren. "Lo masih punya beribu waktu buat berfikir." "Jangan terburu-buru menolak." "Fikirkan juga pendapat dari Lola." "Jangan sampa lo nyesel cuma gara-gara lo kurang sabar." Daren diam, mencoba mengerti maksud dari saran kakaknya. "Lo udah punya cewek?" tanya Dewa pada Daren. "Belum, tapi gue punya kandidat buat jadi pasangan gue." jawab Daren. "Lo tahu kak, menurut gue lo pribadi yang sulit ditebak." Daren tersenyum miring. Daren tahu cepat atau lambat Dewa pasti menyadari dan merasakannya. Dan mungkin malam ini batas penasaran Dewa tidak bisa ditahan. "Lo terlihat biasa tapi, misterius. Apa gue salah sama penglihatan gue? terkadang lo terlihat seperti dua orang yang berbeda." cecar Dewa. "Didunia bisnis itu hal yang wajar. Jangan selalu berfikir jalanan semua bersih, karena saat lo berfikir seperti itu seseorang bisa saja memanfaatkan lo. Kuta harus memiliki cara untuk bertahan dan mempertahankan." jelas Daren. Dewa menautkan alisnya belum mengerti. "Lo akan paham kalau sudah terjun didunia bisnis. Sampai saat itu tiba, gue bakal ngasih tahu lo hal yang membuat lo penasaran." "Untuk saat ini, sebatas ini dulu, gue mau tidur. Lebih baik lo juga istirahat." pamit Daren lalu keluar dari kamar Dewa. Meninggalkan Dewa dengan segala pertanyaan yang masih belum terjawab dan membuat Dewa semakin penasaran. . . . . TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD