1. Jatuh

1320 Words
Kania menggeram saat mendengar suara bocah-bocah yang ribut di hadapan rumahnya. Kamarnya berada di bagian depan, jadi saat ada keributan di depan rumah sederhananya, jelas langsung bisa dia dengar. Kepalanya saat ini sedang pusing karena meladeni calon pembeli yang menyebalkan, sudah di diskon malah minta diskon lagi. Kania ini lagi jualan, bukan mau santunan fakir miskin!. Nyebelin! belum lagi beberapa pembeli yang hit and run! (konfirmasi tapi tidak melakukan transfer lalu putus kontak) kampreeett! mentang-mentang toko dia online. Mana beberapa calon pembeli sudah dia tolak kemarin gara-gara tidak ada stok lagi. Kalau gak gableg (punya/mampu) duit. Jangan konfirmasi. Konfirmasi doang tapi kalau gak dibayar buat apa? Geuleuh! (benci/jiijik) "barudak (bocah-bocah) kampreeett!" Kania kesal, dia bangun dan segera keluar kamar. Dia harus segera mengusir pada pembuat keributan itu sebelum kepalanya meledak. "heh! ari maraneh meuni gandeng! (hei! kalian itu berisik banget!) " bentak Kania kesal setelah dia keluar rumah. Ada lima orang anak kecil, tiga orang memegang raket dan dua orang memegang pangajul atau galah, sebuah bambu cukup panjang. "teh! punten. Bantuan atuh! (teh, maaf, bantuin dong) " ucap salah satu anak kecil yang sama sekali tidak takut dengan Kania. "rek naon? raribut wae!(mau ngapain? bersikit terus!)" "makana bantu heula teh. Abeh te gandeng deui (makanya bantuin dulu teh. Biar gak berisik lagi)" sahut sang bocah itu lagi. Kania berdecak. Tapi tetap melangkah menedekat ke arah bocah-bocah kampung tersebut. "naon? (apa?)" "itu teh. Urang ker main bulu tangkis, kok na nyangsang. Pang candakeun atuh (itu teh. Kita lagi main bulu tangkis, kok nya nyangkut. Tolong ambilin dong)" Kania menghela napas, wajahnya lalu mendongak untuk melihat posisi kok yang tengah duduk cantik di atas pohon. "asal mun tos di cokot maraneh ulah ulin di dieu. Pindah ka tempat nu sepi (asal kalau udah di ambil kalian jangan main disini lagi. Pindah ke tempat yang sepi)" Kania memberi penawaran. "siap teh." Kania mulai merenggangkan tubuhnya. Menaiki pohon bukan hal sulit untuk dia yang seorang mantan bolang atau bocah petualang. Masa kecilnya bahagia, dia main segala permainan tradisional. Dia juga mandi di kali, menangkap ikan, benar-benar luar biasa. "engke mun teteh minta pangajul, sodorkeun nya (nanti kalau teteh minta galah. Sodorin ya)" suruh kania pada bocah-bocah tersebut. Mereka sontak mengangguk patuh. Kania mulai memanjat pohon, ada rasa bangga dalam dirinya karena kemampuan yang satu itu tidak hilang. Berpegang erat ke dahan lebih tinggi, kakinya dengan cepat bergerak menuju letak kok. Karena posisi kok yang ada di ujung dahan yang tidak bisa Kania raih. Dia langsung meminta bocah-bocah itu untuk menjulurkan bambu yang akan dia gunakan untuk mendorong kok tersebut agar jatoh. "lalaunan! hep! lepas! ( pelan-pelan! hep! lepas!) " perintah Kania setelah bambu sudah ada di tangannya. Dengan sebelah tangan memegang dahan guna menahan dirinya, sebelah tangan lagi dia gunakan untuk mendorong kok hingga akhirnya jatuh. "teh!!!!! tos ragag kok na! (teh!!!!! udah jatuh koknya!)" teriak bocah di bawah sana. "awas! teteh rek lempar pangajul (awas! teteh mau lempar galah!)" Bocah-bocah itu sontak menjauh dari pohon. Bisa benjol kepala mereka kalau bambu itu jatuh dan mencium kepala. Bambu sudah ada di tanah, kini saatnya Kania turun. Karena gerak tangan yang tidak hati-hati, Kania tidak sengaja memegang sarang semut. Sontak semut-semut besar itu langsung mengigit tangan Kania hinga Kania terkejut dan tanpa sadar melepas pegangannya di dahan hingga tubuhnya dengan cepat terjun membentur tanah. Tidak ada yang bisa Kania lakukan, tubuhnya seolah membeku, dia hanya mendengar teriakan bocah-bocah yang terkejut hingga akhirnya hanya kegelapan yang dia lihat. *** Kania membuka matanya, menatap sekeliling yang nampak begitu asing. Jika di sinetron, orang yang sudah kecelakaan akan terbangun di rumah sakit, berbeda dengan Kania. Dia tidak berada di rumah sakit. Dia berada di sebuah kamar mewah. "nyonya sudah bangun?" Kania langsung menatap orang yang ternyata ada di sampingnya. "kamu siapa?" Kania langsung bertanya. Sedikit terkejut juga saat mengetahui ada orang lain dikamar mewah itu. "nyonya" panggil perempuan itu lagi lalu lari keluar kamar. Kania hanya mengerutkan keningnya melihat aksi orang tersebut, aneh pikirnya. "jadi, gue ada dimana?" Tanya Kania sambil bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang. Diedarkannya lagi pandangan Kania. Hingga matanya berhasil menangkap foto sosok dua sejoli dalam balutan baju pernikahan. "jadi gue ada di rumah orang. Tapi rumah siapa? Gue kok gak kenal sama mereka" bingung Kania yang tidak bisa mengenali sepasang pengantin tersebut. Selama dia hidup, dia tidak pernah melihat dua orang tersebut. Apakah dua orang itu warga yang baru pindah ke kampung mereka? tapi Kania kok tidak pernah dengar berita itu? Pintu kamar terbuka dengan cukup keras, membuat Kania mengelus dadaa dan hampir mengumpat. "nyonya. Maafkan saya. Saya tidak sengaja. Saya benar-benar minta maaf" Kania hanya diam, menatap aneh sosok perempuan muda yang langsung menangis dan meminta maaf, di belakangnya, sosok yang sebelumnya keluar meninggalkan Kania di kamar tengah membuntuti. "kamu siapa?" pertanyaan yang sama Kania lontarkan. Kedua perempuan berbeda umur itu hanya diam, lebih tepatnya terkejut dengan pertanyaan Kania. Bukankah wajar jika Kania bertanya? Toh dia memang tidak mengenal orang-orang ini. "nyonya, saya Inah" "saya Sumi" Kania mengerutkan keningnya saat kedua orang tersebut mengenalkan diri mereka. Lagi, Kania tidak kenal. Dia hanya ingat di kampungnya memang ada yang bernama Sumi, tapi sudah meninggal saat Kania SMP dan bentukannya juga beda dengan Sumi yang sekarang di hadapannya. "terus kenapa saya disini?" Kedua orang tersebut langsung meneguk ludah mereka. "nyonya pingsan setelah jatuh" jawab orang yang tadi mengenalkan diri sebagai Sumi. Kania mengangguk, dia memang tadi jatuh. "iya, saya ingat kalau saya jatuh. Tapi kenapa saya ada disini? Di ruangan ini. Di kamar ini?" "karena ini kamar nyonya. Kami tidak mungkin membanya nyonya ke kamar lain" jawab orang bernama Sumi lagi. Kania menarik napas dalam lalu perlahan mengembuskannya. Orang-orang ini tidak ada yang menjawab pertanyaannya dengan benar. "jangan bercanda. Saya lagi bingung nih." "maaf nyonya, tapi kita tidak sedang bercanda. Mungkin nyonya yang sedang bercanda kepada kami" balas orang yang tadi bernama Inah. Kania tebak, umur Inah tidak berbeda jauh dengan dirinya. "ngapain saya bercanda. Saya kan cuma tanya, kenapa saya ada disini! wajar dong!" ketus Kania yang mulai kesal. "karena ini rumah nyonya" jawab Inah lagi. Kania berdecak, dua orang di hadapannya ini benar-benar sudah aneh, atau mata mereka tidak berfungsi? "ini berapa?" tanya Kania sambil mengacungkan tiga jarinya. "tiga" jawab keduanya dengan kompak. Kania mengangguk, mata mereka masih bisa melihat. Berarti otak mereka yang sakit. "kamar mandi dimana?" tanya Kania langsung. Bodo amat dia ada di rumah siapa, yang penting dia harus cuci muka dan keluar dari rumah ini sekarang. "nyonya tidak ingat?" tanya Sumi. Kania menghela napas "bisa gak kalau saya tanya langsung di jawab aja?. Jangan balik tanya!" kesalnya. "ma-maaf. Kamar mandi ada di balik pintu itu" tunjuk Sumi ke arah pintu dekat meja rias. Kania mengangguk, turun dari tempat tidur. Empuk ih kasurnya. Jadi pengen beli buat di kamar. Ucapnya dalam hati setelah tangannya mengusap kasur yang dia duduki. Kania melangkahkan kakinya, masuk kedalam kamar mandi. Matanya langsung membulat melihat betapa mewahnya kamar mandi yang dia masuki "gila, keren banget. Ini yang punya rumah keringetnya duit atau gimana. Kaya bener. Mang Asep juragan peyeum mah eleh lah! (Mang Asep juragan peyeum juga kalah) " kagum Kania. Masih sambil mengagumi interior kamar mandi, Kania melangkah menuju wastafel. Tangannya langsung membuka keran, sedikit membungkuk. Kania langsung membasahi wajahnya. "astaga! Saha maneh!" teriak Kania saat melihat sosok yang bukan dirinya di cermin. Kania langsung membalikkan tubuhnya, tidak ada siapapun disana. Hanya dirinya. Kania menunjuk cermin itu dan bayangan itu mengikuti. Jantung Kania sudah mau lompat sekarang. Bulu kuduknya juga sudah merinding disko. Di sentuhnya wajah, diraba semua bagian itu. Ada apa dengan wajahnya? Ini bukan wajahnya? Bukan tubuhnya! "TIDAAAAAAAAKKKKKKKKKKKK" Teriak Kania kencang. Membuat pintu kamar mandi langsung terbuka keras. Tubuh Kania merosot. Masih terkejut dengan apa yang dia lihat. Apakah matanya sakit? atau dia memang melihat hantu? "nyonya. Nyonya kenapa?" panik Sumi. Kania langsung menatap Sumi "saya siapa?" tanya Kania dengan lemas. "anda? Nyonya Kaylia Aureli Kusuma" Jawab Sumi membuat jantungnya benar-benar melompat. Membuat kesadarannya langsung hilang. Semoga dia bermimpi. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD