PROLOG

525 Words
“Pa, Ma, aku ingin menikah dengan Namira.” Ujar Khalif dengan wajah seriusnya. Kedua orangtuanya pun terkejut bukan main. Mereka saling tatap sejenak. “Namira? Perempuan yang sudah menjadi kekasihmu sejak SMA itu?” tanya bu Siwi kepada putranya. Khalif mengangguk antusias. Bu Siwi pun nampak berpikir lama. Dia tak menyetujui begitu saja. Dia kurang cocok dengan perempuan itu. Dia tahu perempuan itu tidak sederajat dengan keluarganya. Dia hanyalah gadis yang menerima beasiswa sehingga bisa bersekolah di SMA tempat Khalif belajar. Bapaknya sudah tiada dan kini dia hanya tinggal bersama ibunya saja. “Khalif, untuk apa buru-buru menikah. Lebih baik kamu fokus dulu dengan karirmu. Lagipula kamu juga baru masuk dunia kerja. Kamu juga masih bisa bertemu dengan perempuan lain yang lebih baik dari dia.” Ujar sang Mama sangat ketara bahwa dia tak suka dengan perempuan pilihan putranya. “Ma, aku sudah cocok dengannya. kami sudah lama dekat, untuk apalagi menunda-nunda.” Ujar lelaki itu bersikeras. Tapi sang Mama tetap tak mengizinkannya. “Sudahlah Ma, biarkan saja Khalif bersama pilihannya. Dia sudah dewasa, dia tahu mana yang terbaik untuknya.” Ujar sang Papa ikut membantu putranya. “Menikah tuh kalo bisa sekali seumur hidup Pa. Jadi jangan sampai salah pilih, kita harus lihat bibit-bebet dan bobotnya. Kita nih keluarga terpandang loh. Apa kata keluarga besar kita nanti kalo punya besan orang biasa bahkan tinggal di rumah kumuh seperti itu.” Ucapnya membuat kedua lelaki itu geleng-geleng kepala. “Ma, aku hanya ingin menikah dengannya. apapun keadannya, aku akan tetap menikah dengannya. She’s the one and only.” Ujar lelaki itu lagi final. Setelah mengatakan itu, Khalif merasakan dadanya begitu sesak. Dia memegangi dadanya sembari mengerang kesakitan. Kedua orangtuanya panik melihatnya dan langsung memanggil supir untuk membawa mereka ke rumahsakit. Penyakit Khalif kambuh lagi. Ya, dia mengidap penyakit jantung sejak kecil. Sudah beberapa kali dia menjalani pengobatan dan berangsur membaik. Mereka selalu kontrol ke luar negeri agar penyakitnya segera sembuh. Dan kini dia tiba-tiba kesakitan lagi. Rasa takut menyelimuti kedua orangtuanya. Mereka takut kehilangan putra mereka satu-satunya itu. “Bagaimana keadaannya dok?” tanya pak Himawan ketika dokter sudah keluar dari ruangannya. “Dia hanya mengalami shock. Keadaannya akan segera stabil.” Jelas dokter membuat mereka bisa bernapas lega sekarang. “Namun, jika ingin penyakitnya sembuh, dia harus menjalani operasi. Khalif masih memiliki banyak kemungkinan untuk sembuh dari penyakitnya.” Ujar sang dokter membuat kedua orangtuanya memiliki harapan besar terhadap hal itu. “Baik dok. Kami akan mengikuti saran dokter.” Ujar pak Himawan sembari tersenyum simpul pada dokter. Mereka masuk ke dalam untuk memeriksa keadaan putranya. Khalif perlahan sadar dan menatap kearah kedua orangtuanya. Satu hal yang dia sebut ketika membuka matanya, dia hanya menyebut nama Namira. “Nak, kami akan membawamu ke luar negeri untuk operasi. Kami pastikan kamu segera sembuh.” Ujar bu Siwi pada putranya. “Aku tidak akan operasi sebelum menikah dengan Namira.” Ujar lelaki itu masih bersikeras pada keinginannya. Bu Siwi menatap suaminya. Tentu saja dia bimbang. Namun, dia akan sangat menyesal jika tidak membawa putranya untuk operasi. Dia berpikir sejenak. “Baiklah. Kamu bisa menikah dengan Namira.” Ujar sang Mama membuat Khalif tersenyum bahagia. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD