Part 1

1024 Words
Hembusan angin disore hari menemani kita dalam perjalanan, Oh tidak, maksudku aku yang dalam perjalanan pulang, bukan Kak Dhika. Sesampainya di depan gerbang rumahku…. “Makasih kak udah nganterin aku sampai rumah.” Ucapku sambil berbalik hadap, karna dia lebih tua dariku jadi aku berterima kasih sambil menyalimi tangannya, tapi saat hendak menyalimi tangannya dia berkata…. “Gak usah saliman sama saya, belum muhrim.” Ucapnya dan lagi-lagi sambil menundukkan kepalanya. “O-oh ya udah kalua begitu, aku pamit kedalam dulu ya kak, Assalamu’alaikum.” Pamitku. Saat aku hendak membuka pintu pagar tiba-tiba dia berkata. “Tunggu sebentar.” Cegahnya saat aku akan membuka pagar rumah. “Gak usak balik badan, saya cuman mau nanya tentang ajakan saya pas ditaman tadi, Bagaimana?” Ucapnya yang ada di belakangku. “Mmm, K-kakak be-beneran ngajakin saya ta’aruf?” Tanyaku pelan sambil memunggunginya  “Ya.” “Kakak tadi gak lagi ngigau kah?” Tanyaku dengan nada yang sedikit lebih tinggi, karna terkejud, badanku jadi reflek berbalik dan berhadapan dengan Kak Dhika langsung.. “Kamu ngapain balik badan? Sudah saya bilang, diam saja seperti tadi, gak usah balik badan menghadap saya, saya gak mau berbuat zina mata dengan cara menatap matamu.” Ucap Kak Dhika yang tadi terlihat terkejud dan langsung menundukkan kepalanya. “O-oh, Maaf Kak, Aku tadi reflek, yaudah nih aku balik badan lagi.” Ucapku dan langsung berbalik badan memunggunginya lagi. “Saya tadi gal lagi ngigau, saya ngajakin kamu ta’aruf tadi dalam keadaan sadar.” Ucapnya. “Beneran kak? Kakak lagi gak ngeprank aku kan? Bukannya gimana nih kak, kita kan baru pertama kali ketemu hari ini, berarti kita masih termasuk orang asing kak.” Ucapku sambil tersenyum, ya walaupun dia tidak dapat melihat senyumku. “Maka dari itu, supaya saya lebih leluasa berkenalan dengan kamu tanpa takut melakukan yang namanya zina,” Ucapnya menggantung.   “Lagipula buat apa saya bercanda? Saya gak ngeprank kamu, saya serius, Dalam Syariah Islam, Hal utama yang penting dalam melaksanakan ta’aruf yaitu niat, saya sudah berniat, dan saya berniat kepada Allah untuk mengajakmu ta’aruf dengan saya, dan satu lagi, dalam Syariah islam kita mengajak seseorang ta’aruf harus dengan tujuan yang baik, kita tidak boleh mengajak seseorang ta’aruf dengan tujuan sebagai candaan, karna itu dapat menyakiti perasaan orang yang kita ajakin ta’aruf, saya ngajakin kamu ta’aruf supaya saya bisa menuntun kamu ke jalan yang benar, menuntun kamu ke surga di akhirat kelak.” Jelas Kak Dhika Panjang lebar. “Jadi gimana? Udah paham kan? Mau terima ajakan saya gak?” Tanya Kak Dhika. “Hmm, gimana ya kak, aku kalo di ajak ke jalan yang bener sih mau, tapi…… Mending kak tanyain aja dulu ke orang tua aku, mereka izinin akua pa nggak.” Ucapku sambil menundukkan kepalaku, walaupun gak bakalan diliat sama Kak Dhika. “Ya sudah, kapan orang tua kamu ada waktu?” Tanya Kak Dhika to the point. “Sekarang mereka lagi ada diluar kota Kak, tapi kayaknya besok lusa mereka pulang deh.” Ucapku. “Baiklah, kalua begitu, berikan saya nomor orang tuamu.” Ucap Kak Dhika, akupun berbalik badan untuk memberikan nomor ponsel orang tuaku. “Sebutkan saja berapa nomornya.” Ucap Kak Dhika yang sudah siap dengan ponselnya di tangannya. Setelah ku berikan nomor ponsel orang tuaku barukah Kak Dhika berpamitan pulang. “Kalau begitu saya pulang dulu, jika kedua orang tuamu sudah pulang sampaikan salam saya, katakana saja salam dari Dhika, Assalamu’alaikum.” Pas Kak Dhika pamit, aku langsung balik badan menghadap Kak Dhika yang akan pergi dan menjawab salamnya. “Iya Kak, Wa’alaikumussalam.” Sahutku dan setelah itu Kak Dhika pergi meninggalkan perkarangan rumahku.   xxxxx   Pagi ini aku terbangun lebih awal, karna hari ini aku ada panggilan dari kantor tempatku melamar pekerjaan, Saat berjalan kearah dapur aku mencium aroma masakan. “Lho, mama sama papa kok udah pulang sih? Bukannya pulangnya lusa ya?” Ucapku kaget saat ngelihat mama sama papa lagi sarapan di meja makan. “Kenapa emangnya? Kamu gak seneng mama sama papa pulang lebih awal?” Sahut mama dengan nada yang sedikit sewot. “Ya, bukan gitu maksudku, cuman kan kata mama, mama bakalan pulangnya lusa, bukan hari ini.” Sahutku. Fyi aja nih, aku itu tipe orang yang gak bisa sarapan terlalu pagi, jadi jam sarapanku itu sekitaran jam 9 pagi. “Hmm, ya, mama sama papa lebih cepat karna, ya urusan yang disana udah selesai,” Jawab mama. “Oh iya, nanti malam tante Sisil dan keluarganya mau main kesini, mereka mau silaturrahmi kesini, kan mereka baru balik dari korea,” Jelas mama. Tante Sisil? Kedengarannya sangat familiar. “Pasti kamu gak inget ya sama dia, itu lho, Tante Sisil yang nikah sama orang Korea itu.” Lanjut mama ngejelasin ke aku siapa itu Tante Sisil. “Ooh, dia udah baalik lagi ke Indo ya ma? ” Sahutku saat mengingat siapa itu Tante Sisil, dan mama hanya mengangguk sebagai jawaban. “Kamu mau kemana? Tumben pagi-pagi begini kamu udah mandi dan udah rapi, biasanya kamu mandi pagi jam sebelasan.” Tanya mama saat baru menyadari aku sudah berpakaian rapi di pagi hari. “Aku ada panggilan di kantor tempat aku ngelamar kerjaan.” Sahutku. “Dimana?” “Di D&D Corp,” “Kok mama kayak familiar gitu ya sama nama kantornya.” Ucap mama heran. “Ah, mungkin cuman mirip aja Namanya,” Sahutku.                                         “Kalau begitu, aku pamit dulu ya ma, pa! Assalamu’alaikum.” Pamitku ke mama dan papa. "Ya, Wa'alaikumussalam." Ucap mereka berdua. Setelah berpamitan, aku langsung memesan ojek online. Ya, di umurku yang akan meenginjak 25 tahun ini, aku masih tidak bisa mengendarai kendaraan, dulu aku pernah bisa mengendarai motor, naamun mama mengkhawatiriku ketika aku berkendaraan sendiri. Karna itulah aku jarang naik kendaraan sendiri, hingga menyebabkan aku yang lupa cara mengendarai motor sendiri.   xxxxx   “Nih pak bayarnya.” Ucapku sambil memberikan uang ke ojek online di depanku. “Makasi neng.” Ucap ojek online itu yang hanyaku balas anggukan. Sudah selesai dengan urusan pembayaran ojek, akupun masuk kedalam Gedung tinggi yang ada di hadapanku. “Misi mbak, saya mau interview, tempat ruangan interviewnya dimana ya?” Tanyaku ke bagian resepsionis. “Langsung ke lantai atas aja mbak, kebetulan tempet interviewnya langsung di ruangan direktur mbak, mari biar saya antarkan” Ucap resepsionis tersebut nawarin diri buat nganterin aku yang hanya ku balas dengan anggukan. Sesampainya di depan ruangan tersebut, mbak resepsionis tadi ngetuk pintu. “Permisi pak, Ini ada yang mau interview.” Ucapnya setelah mendapat sahutan dari dalam. “Silahkan mbak, langsung masuk aja.” Ucapnya membiarkan aku untuk masuk kedalam. Sebelum masuk kedalam aku ngetuk pintu dulu. Tok tok tok “Permisi,” Ucapku begitu masuk kedalam. “Iya, masuk saja.” Sahut seseorang dari dalam. “Permisi pak, saya yang mau in—terview.” Sahutku dengan mengecilkan nada suaraku, mungkin hamper tidak kedengaran. Tunggu dulu, Mengapa ia bisa berada disini? Bagaimana bisa? Apa yang sedan ia lakukan disin? Jadi…..  Dia adalah Presiden Direktur di perusahaan ini?!! Berarti… Dia akan menjadi bos ku Mengapa dunia begitu sempit? Kenapa harus dia yang menjadi direktur di perusahaan ini?! Rasanya aku ingin membatalkan lamaranku di perusahaan ini saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD