06

774 Words
Tania mencengkeram rahang Luna karena tak suka dengan tatapan yang diberikan. “f**k u b***h!” Tania mengambil botol minuman lain dan semakin mencengkeram rahang Luna, membuat mulut wanita itu sedikit terbuka. Dengan segera Tania mencekoki Luna hal itu membuat Luna terkejut dan nampan yang ia bawa terjatuh. Suara gelas pecah, mengundang lebih banyak pasang mata. Luna terbatuk dan matanya terbelak tatkala alkohol itu terus masuk ke tenggorokannya hingga meluber melewati sela bibirnya. Sementara itu di sudut lain, pintu lift terbuka dan seorang wanita keluar dari lift, menyisakan beberapa pria yang akan menuju ke lantai atas. “Apakah ada keributan?” Tanya Etgar saat melihat lantai empat begitu ramai. “Mungkin mereka sedang berpesta.” Jawab John yang tak mau tau. Saat pintu lift sudah akan tertutup, Etgar menekan tombol buka dan pintu lift kembali terbuka. Etgar keluar dari lift diikuti John yang terlihat tak tertarik. Tania membanting botol yang isinya hampir habis itu ke lantai dan menghempaskan Luna. “Ini peringatan dariku.” Seorang petugas menghampiri Tania dan menanyakan permasalahan yang ada. Namun dengan namanya yang terkenal dan parasnya yang cantik, wanita itu dengan mudah mempengaruhi petugas bahwa tak ada masalah besar. Tubuh Luna terkapar di lantai. Wanita itu terbatuk beberapa kali karena tersedak. Mata Luna berair dan alkohol itu mulai bereaksi dengan tubuhnya. Luna mencoba mendudukkan tubuhnya, namun sialnya tangannya yang ia gunakan untuk menopang tubuh malah terkena pecahan gelas. Di antara kesadarannya, Luna melihat sepasang sepatu berdiri di hadapannya. Wanita itu mendongak dan entah kenapa air matanya tiba-tiba menetes. Luna mencengkeram celana pria itu, membuatnya kotor dengan noda darah. “Sir..” panggil Luna lirih wajahnya sudah memerah dan kepalanya semakin pening. “Aku mohon belilah aku dari sini. Aku akan menuruti semua perintahmu..” Luna tau pria yang ada di hadapannya adalah pria yang minggu lalu tidur bersamanya dan ia pasti memiliki banyak uang. “Aku.. mohon..” lirih Luna sebelum kehilangan kesadarannya. ::: “Jangan..” “Aku mohon jangan lakukan ini..” “Aghhh..” Luna terbangun dari tidurnya dengan beberapa bulir keringat. Ia baru saja bermimpi kejadian saat ayah tirinya mengambil keperawanannya. Tubuh Luna masih lemas dan kepalanya sedikit pusing. Ia mengedarkan pandangannya dan ternyata dirinya berada di kamar miliknya. Luna melihat telapak tangannya yang diperban, mengingatkannya bahwa kejadian itu bukanlah mimpi. Luna tersenyum kecut saat menyadari bahwa dirinya menawarkan diri untuk dibeli seseorang hanya demi keluar dari neraka itu. Tapi sepertinya ia lebih tak ada harganya hingga pria itu tak ingin membelinya. Pintu kamar Luna terbuka dan Jesse masuk dengan nampan berisi makanan. “Mereka menyuruhku mengantarkannya.” Jelas Jesse karena mendapati tatapan tanya dari Luna. Jesse memberikan makanan itu pada Luna. “Kau baik-baik saja?” Tanyanya khawatir, Jesse telah mendengar apa yang terjadi pada Luna. Mereka sama-sama memiliki hari yang berat. “Ya.” Jawab Luna singkat. Wanita itu meraih sendok dengan tangan kirinya dan perlahan menyantap makanannya. “Suatu saat kita pasti bisa keluar dari sini.” Jesse tersenyum tipis, meyakinkan Luna dan dirinya sendiri bahwa semuanya akan berakhir pada waktunya. ::: Keluarga Borselli merupakan sepuluh besar keluarga terkaya. Mereka memiliki beberapa aset perusahaan, salah satunya adalah bangunan besar yang bergerak di pasar teknologi. Di salah satu ruangan gedung itu, Etgar terlihat terdiam memandangi layar laptopnya yang menampilkan biodata seorang wanita. Pintu ruangannya terketuk dan suara wanita terdengar setelahnya. “Semuanya telah menunggu di ruang rapat.” Etgar menutup laptopnya dan mengancingkan jasnya. Pria itu segera keluar dan mendapati salah satu sekretarisnya berdiri di dekat pintu. Tanpa kata, Etgar berjalan diikuti wanita yang tadi memanggilnya. Selain mengelola Club, pekerjaan utama Etgar adalah sebagai wakil direktur di perusahaan milik keluarganya. Etgar masuk ke ruang rapat dan orang-orang yang ada di sana segera berdiri, memberi salam. Pria itu langsung duduk di kursi yang telah di sediakan. “Mulai.” Ucapnya memberi tanda untuk segera memulai rapat. Tak seperti biasanya, kali ini pikiran Etgar melayang kemana-mana. Kejadian malam itu kembali mengganggu pikirannya, dimana seorang wanita menangis di bawah kakinya, memohon padanya untuk dibeli. Luna. Itulah nama b***k yang bekerja di Club miliknya. Etgar telah dua kali melihat wanita itu menangis. Yang pertama adalah saat ia tak sengaja melihatnya menangis di lorong sendirian dan yang ke dua adalah malam itu. Menurut data yang ia terima dari manager Paradiso, Luna adalah b***k yang dijual oleh keluarganya. Maka tak heran jika wanita itu sedikit memberontak dan memiliki pelayanan yang buruk. Pelatihan b***k untuk ke dua kalinya seharusnya bisa membuatnya sadar akan posisinya. Wanita itu tak memiliki pilihan. Sepertinya Etgar terlalu memikirkannya. Cepat atau lambat wanita itu akan terbiasa dan mengerti dengan posisinya. Seperti orang-orang lain yang dijual. Etgar beralih memperhatikan presentasi yang sedang dipaparkan. Ya, wanita itu bukan urusannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD