Chapter 2

1470 Words
Richard POV °♢°)/" "Membosankan, bawa lebih banyak orang yang lebih kuat daripada pecundang seperti kalian!" Perintahku, menginjak kepala seorang b******n yang bermulut besar mengaku bisa mengalahkanku. "Tolong ampuni kami.." Memohon seperti manusia yang tak memiliki harga diri setelah kalah, membuatku makin kesal saja. Kutendang tubuhnya, membalikkan badan dan memutuskan untuk mencari orang yang lebih kuat untuk kukalahkan. "Pergilah, datang lagi saat kalian punya orang yang lebih kuat." Mereka semua terlalu lemah, terlalu membosankan untuk menjadi lawanku. Tujuan hidupku adalah untuk mencari lawan yang kuat, orang yang bisa membuatku bertarung mati-matian mempertaruhkan segalanya demi sebuah kemenangan yang agung. Dengan begitu, aku bisa mengetahui batas kekuatanku, mengembangkannya dan menjadi lebih kuat lagi. Masalahnya orang-orang yang kutemui tak pernah ada yang bisa membuat darahku bergejolak terbakar oleh semangat dan pada akhirnya aku hanya mengulang rutinitas ku yang membosankan, berjalan-jalan menghabiskan malam untuk perkelahian tak berarti. Hanya saja malam ini terjadi sesuatu yang tak terduga, seorang gadis kecil berpakaian rapi dengan jas dan celana pendek di atas lutut membuntuti ku seperti seekor anak ayam. Wajahnya terlihat sangat mengantuk, berjalan pelan sambil memeluk beberapa map berwarna hitam. Cantik, sayangnya dia masih terlalu kecil bagiku. Maka dari itu aku berbalik, memasukkan kedua tanganku ke dalam saku. "Hei, pulanglah Nona Kecil! Kalau kau tak mau berakhir mendapatkan pengalaman yang mengerikan." Lalu menakutinya. Ia menatapku berbinar-binar, reaksi yang tak pernah kudapatkan dari siapapun dengan wajah mirip buronan yang kumiliki. "Aku menyukaimu!" Me-mengatakan suka padaku? "Yay! Tubuhmu sempurna! Massa otot yang pas! Suara berat yang berwibawa! Kulit kecokelatan yang jantan! Sempurna! Kau tipeku sekali, jadi milikku dan penuhi permintaanku!" Mendadak memanjat ke tubuhku, meraba sana-sini, dan mengucapkan kata-kata memalukan. "Bo-bodoh! Seorang gadis tak boleh berkata seperti itu!" Tidak, ini sangat memalukan! "Wajahmu memerah dan kau menjadi gugup, manis sekali. Aku semakin menyukaimu dan.. Aku ini bukan seorang gadis, aku laki-laki cantik!" Aku tidak manis sama sekali dan apa dia bilang? "KALAU KAU LAKI-LAKI JANGAN MENYATAKAN CINTA PADA LAKI-LAKI!" Kenapa tiba-tiba saja aku menjadi kesal? "Eh? Kelihatannya kau salah paham. Ckckck.. Suka dan cinta itu berbeda Tuan, aku menyukaimu sebagai manusia dan mengakuimu sebagai seorang laki-laki yang tangguh. Tapi yang ku cintai hanyalah kakak-kakak seksi dengan ukuran d**a di atas E cup!" Kenapa aku malah merasa kecewa saat ia menjelaskan perkataannya itu dengan ogah-ogahan? Sial! Memuakkan sekali! Refleks aku memalingkan muka, berusaha meredam kekesalanku agar tak meledak dan melukainya. Meski ia menyebalkan, nakal dan bermulut c***l. "Kalau begitu aku tak punya urusan denganmu. Pulang ke rumah sana! Ini bukan tempat bermain anak kecil!" "Heh.. Tidak! Ini wilayahku dan aku punya urusan denganmu. Ini! Ini! Ambil ini, surat rekrutan sekolah pamanku." Dia malah kembali memanjat tubuhku, menyandarkan kepala di bahuku dan satu tangan memeluk leherku dan satu tangan melambai sebuah map berwarna hitam yang ia bawa-bawa tadi." "Huh?" Surat rekrutan? "Tadi aku mendengar pembicaraanmu dengan sampah-sampah itu, kau mencari orang kuat bukan? Pergilah ke Akademi Wallace, di sana berkumpul orang-orang kuat dari berbagai negara, sekolah dengan fasilitas militer terlengkap dan sebuah Colosseum tempat siswa-siswi bertarung mempertaruhkan segalanya." Menawarkan sebuah arena pertarungan eksklusif? "Lelucon bodoh! Menyingkir kau bocah! Aku tak pernah dengar ada tempat seperti itu di negara ini!" Siapa yang mau mempercayai bualannya. Ia melompat turun dari ku, berpose sok seperti orang hebat. "Ckck.. Siapa bilang di sini? Baca baik-baik isi map itu. Sekolah asrama kami terletak di kepulauan Karibia, sebuah pulau pribadi dan sekolah terisolasi yang sengaja tak dipublikasikan. Tentunya izin beroperasinya telah didapatkan dari pemimpin negara-negara di sekitar pulau, jadi tak perlu mengkhawatirkan kelegalan sekolah kami." Berbicara seperti kebohongannya itu sebuah kenyataan yang meyakinkan. Jelas aku tetap tak percaya, setahuku Sekolah Wallace hanya ada jenjang sampai Sekolah Menengah dan itu terletak di tengah kota dengan bangunan megah yang mencolok tempat anak-anak orang kaya bersekolah dengan fasilitas berlebihan. Tapi beberapa detik kemudian saat ia tiba-tiba saja mengeluarkan dua buah pistol perak dan menembak melewati celah tubuhku tepat mengenai dua orang pria dewasa yang kehadirannya tak kurasakan membuatku sadar akan satu hal. Bocah ini bukan sekadar anak kecil biasa, ketepatan sasarannya, tatapan mata angkuh tanpa rasa bersalah setelah membunuh itu dan senyuman culas itu mengingatkanku akan seseorang yang amat ditakuti di wilayah ini. Seorang pemilik asli pistol yang ia genggaman, pemimpin dari organisasi-organisasi berpengaruh yang menjadi tujuan utamaku. Orang yang kelak akan kutantang dan kukalahkan setelah aku menjadi lebih kuat lagi. "Oh, maaf telah mengagetkanmu. Paman-paman itu pembunuh yang dikirim untuk membunuhku, aku harus membereskan mereka agar tak mengganggu pembicaraan kita. Kau tak menjadi takut padaku, bukan?" "Takut? Aku justru jadi bersemangat. Beri tahu bagaimana bisa kau memiliki pistol kembar itu dan pertemukan aku dengan pemiliknya. Aku lebih tertarik padanya daripada permainan sekolah bodohmu itu." Sekarang situasi menjadi menarik dan akhirnya aku bisa bertemu dengannya, laki-laki pirang dengan kesombongan luar biasa itu. Dia melihat pistolnya, kemudian menatap mataku langsung. "Ini? Mommy kasih aku sambil bilang dia tak mau menyimpan barang berharga yang tidak bisa diuangkan. Sebenarnya ini hadiah tanda jadian dari Daddy aku sih.. Aku bawa-bawa soalnya milik aku sendiri sebuah sabit besar yang terlalu panjang, dan mencolok." Mengaku sebagai anaknya dan mengucapkan hal yang tak kupahami. Mereka tak mirip sama sekali, tapi aku tahu dia tak berbohong. "Panggil ayahmu kemari atau kau kusiksa bocah." Baiklah, biar dia kujadikan sandera saja. Langkah berikutnya aku mengayunkan tangan ku mengarah ke lehernya, berniat menangkap leher bocah laki-laki itu, "Tidak mau! Kau memang kuat, tapi belum pantas menjadi lawan daddy aku yang j*****m. Pergilah ke sekolah itu, berlatih lebih giat dan kembali padaku tiga tahun mendatang, baru akan ku atur duel dengan Daddy. Tapi tentu saja kalau kau kalah.. Kau harus menyerahkan diri menjadi milikku. Aku sangat-sangat menyukaimu sampai ingin memilikimu, kau tahu.." tapi di luar dugaan ia bisa mengelak dengan mudah, sambil mengoceh meremehkan ku. "Berhenti bilang suka! Suka! Bocah bodoh sialan!" Memalukan! Sampai kapan ia akan terus bilang kau menyukaimu dengan ekspresi wajah mengantuk sambil menyuruhku datang ke sekolah tak penting itu! "Tapi aku sungguh suka kamu lho~. Di sana ada kakak aku yang cantik, seorang Lady lho~. Aku izinkan kamu pacaran sama kakak aku deh, kalau kau sanggup mengalahkannya. Dia sangat kuat, lebih kuat dari mu." Berkali-kali berhasil mengelak dari seranganku. Bajingan! Bagaimana bisa aku dipermalukan seorang anak kecil. Bahkan dianggap lebih lemah dari kakak perempuannya, berapa banyak lagi penghinaan yang harus kuterima. Aku berhenti mengejarnya, membuatnya ikut berhenti melompat ke sana kemari. "Aku bisa dengan mudah mengalahkan kakakmu, tidak mungkin aku kalah dari seorang perempuan." Dia harus paham kalau aku tak sepayah penilaiannya. "Maka buktikan padaku, pergi dan kalahkan kakakku. Jika kau bisa melakukannya, tanpa perlu menunggu tiga tahun kau akan ku pertemuan dengan Daddy dan aku akan menarik kata-kataku." Di saat itulah ia menunjukkan senyuman tipis yang amat picik, menyerahkan kembali map yang telah kubuang tadi. Aku tertipu mentah-mentah, masuk dalam perangkapnya tanpa bisa menolak. Tidak setelah aku berkata seperti itu, kebanggaanku tak akan membiarkan ku menarik kata-kataku kembali. "Bocah licik! Kau mempermainkan emosiku dari tadi!" Sinisku, merampas kasar map itu. Mau tak mau aku akan datang ke sekolah itu, mengalah kakaknya dan mendapatkan kembali harga diriku. "Yay! Akhirnya kau sadar juga sedang ku tipu." Ia bertepuk tangan main-main, ditambah mata mengantuk itu semakin membuatku kesal. "Ke mana aku harus mendaftar?" Sebaiknya cepat ku selesaikan sebelum kehilangan kesabaran meladeninya. "Di map itu ada alamat start point, pergi ke sana sambil membawa map itu seminggu dari sekarang. Dari sana kalian yang ku rekrut akan di angkut ke sebuah kapal pesiar di tengah laut Karibia, kapal itu tempat registrasi ulang dan mendapatkan nomor ID siswa, selanjutnya kapal akan melaju ke pulau dan kau tidak akan bisa meninggalkan pulau sebelum lulus atau memutuskan berhenti sekolah." Untungnya bocah ini tahu cara menjelaskan yang mudah dipahami, tapi sialnya sebelum aku sempat bertanya lagi, matanya sudah kembali berbinar-binar menatap d**a seorang perempuan mabuk yang kebetulan lewat. "Kakak F cup!! Ayo kencan sama aku!!" Ia bergerak sangat gesit memungut beberapa map yang tersisa sambil berlari ke arah perempuan asing itu. Yang benar saja? Dia benar-benar c***l! "Bocah b*****t! Pembicaraan kita belum selesai!" Teriakku murka. Ia menoleh sesaat, "Semuanya sudah dijelaskan dalam map itu! Aku sibuk tahu! Pokoknya datang saja ke start point tepat waktu dan jangan lupa bawa pakaian dan barang-barang pribadimu! Sekolahnya gratis, perlengkapan dan seragam sudah disiapkan, lalu uang tak berlaku di sana. Juga tak ada sinyal, jangan lupa bilang ke keluargamu biar tak cemas ya!! Dadah!!" Membalas teriakan ku terburu-buru dengan nada malas datar yang tak sesuai, kemudian menghilang bersama perempuan itu, masuk ke dalam mobil milik kakak F cup dan melaju pergi entah ke mana. Apa memang begini kelakuan anak-anak zaman sekarang? Aku tercengang.. Menghela napas lelah, aku berjalan pulang sambil membaca isi map tersebut. Sepertinya aku harus membatalkan registrasi sekolah pilihan ku dan mempersiapkan diri memasuki sekolah militer terisolasi ini. Semoga saja di sana benar-benar berkumpul orang-orang kuat dan Colosseum itu sungguh ada. Jika tidak, maka aku akan keluar dari sana, mengejar bocah c***l itu hingga ke ujung dunia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD