kepalsuan termanis

1188 Words

“Sudah, kita pergi saja.” Anita kembali membujuk Nadira, setengah memaksa. Situasi sudah brubah menjadi aneh dan tinggal menunggu waktu sampai tidak bisa lagi dikendalikan. Cemburu? Marah? Atau sekedar mempertahankan harga diri?kalau disuruh memilih, Nadira adalah jenis yang kedua. Mana bisa ia pergi setelah diabaikan? Sam harus menemuinya nanti. Itu pun kalau tidak ingin identitasnya terbongkar. Tanpa bicara lagi, Nadira yang kesal akhirnya memutuskan untuk pergi. Lagipula ini baru permulaan. Lain waktu ia berencana datang dan membuat keonaran lebih besar. Kini tinggal Aira yang berdiri mematung dalam waktu lama. Mulutnya terus menggerutu sebal karena kejadian barusan. “Mereka sudah pergi?” tanya Sam mengintip dari balik pintu ruang tengah. Walau terkesan pengecut, sikap itu justru d

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD