Menggodanya

1367 Words
Tatapan Kiara hanya terpaku pada pria yang ditunjukan Nadya. Dia berkata dengan semangat. “Aku mengatakan, aku akan melamarnya sekarang!” Nadya tertegun dan tertawa terbahak-bahak. Dia merasa Kiara sangat lucu. Bagaimana bisa dia melamar pria kaya itu. Apakah tidak ada cermin di rumahnya, sehingga dia tidak sadar betapa jauhnya perbedaan mereka? Ini benar-benar sangat konyol! Bukankah dia mencari masalah? Rumor mengatakan bahwa sang pria tidak segan melenyapkan orang-orang yang mengusiknya! Bukankah itu sangat mengerikan? Nadya mendengus, “Ra, apakah kau yakin dia akan menerimamu?” Kiara menoleh dan menatapnya dengan sepasang mata yang cerah lalu mengangguknya dengan percaya diri. “Ya! Aku akan membuat Aldi menyesal dengan status baruku.” Melihat Kiara sangat percaya diri, Nadya hanya bisa mendukungnya. Jadi dia segera mengacungkan jempolnya. “Ide yang bagus! Selamat mencoba!" Selain itu, statusnya akan berubah hanya karena menjadi istrinya. Bukankah itu sangat menarik? Hahaha! Memikirkan perkataan Nadya, dia bertekad untuk mendatanginya. Jejak tampan terdeteksi pada sang pria meskipun dia sedang tidur. "Oke, aku akan pergi menjemputnya sekarang!" Karena itu, Kiara dengan cepat meraih tas kecil Nadya dan menemukan kosmetik di dalamnya. Setelah beberapa saat, penampilannya yang kusut kembali rapi. Nadya menggelengkan kepalanya dan mencibir, "Hei, apa kau yakin bisa mengatasinya?" "Bukankah dia hanya seorang pria, ya!" Kiara melangkah anggun ke arahnya. Benar saja! Wajah tampan itu tidak tersamarkan meskipun dalam keadaan tidur. "Permisi, Tuan. Apakah Anda sedang patah hati?" Kiara mengetuk jarinya dua kali di bahunya. Sang pria membuka matanya dan mendapati seorang wanita yang terlihat agresif. Pikirannya tenggelam sebelum dia menunjukan menanggapinya dengan tenang. "Tidak." "Aku pikir ini adalah pertemuan pertama kita yang menyenangkan!" Kiara berseru dengan santai. Sang pria mengerutkan kening. Dia berkata dengan dingin, "Anda bisa mencarikan dokter sekarang." "Dokter? Biar aku yang menyembuhkanmu.” "Kua tidak waras." Bibir tipis pria itu bergerak dengan anggun. Namun perkataannya sangat tajam. Kiara membeku sesaat sebelum mengeluarkan cermin untuk melihat dirinya sendiri. Apakah dia tidak cantik? Jika dia cantik, apakah Aldi akan meninggalkannya? Kiara dengan cepat menjadi tenang dan tersenyum canggung, "Aku baru saja melihatmu menderita karenanya." Sang pria mengangkat alisnya. Kiara langsung mengambil kesempatan itu dan berkata dengan manis, "Pepatah mengatakan bahwa pemuda yang berwajah murung berarti dia sedang sakit hati. Aku bisa merasakan perasaanmu. Biarkan aku yang menyembuhkanmu!" "Oke, aku mengerti, kau bisa pergi sekarang." Sang pria menanggapinya dengan wajah tidak senang. Namun, wanita ini sangat berani menganggunya tidur. Meskipun demikian, dia tidak ingin membuang-buang waktunya untuk melayaninya. Sementara, Kiara Herman tidak ingin menyerah. Dia harus bisa menggandeng pria ini dan membuat sang mantan, Aldi Baskoro menyesal. Karena itu, dia menanamkan keberaniannya untuk merayu pria ini. "Bisakah kita bertukar nomor telepon?" Sang pria bersandar malas di sofa, memejamkan matanya. Berdiri tegap di depan Zaky, tanpa sadar bibir tipis Kiara bergumam, “Ketampananmu tetap terdeteksi meskipun saat tidur!” Sang pria mengerutkan keningnya dan membuka matanya dengan kesal, "Apa yang kau inginkan?" Ucapan Kiara Herman benar-benar mengusik telinganya. Dia menjadi tidak sabar untuk membunuhnya. Kiara langsung bersemangat. "Aku ingin menikah denganmu." Apa? Apakah dia gila? Bibir tipis sang pria berkedut dan matanya yang indah itu tampak gelap. Wajahnya bahkan tidak memiliki ekpresi. Wanita ini benar-benar sangat berani dengannya! Dia bahkan baru melihatnya saat ini. Mengapa terus ingin mengganggunya? Apakah dia sudah bosan hidup? Mata dinginnya memandang sang wanita dengan tajam dan mengerutkan bibirnya pada saat yang sama, tetapi Zaky tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya terkejut dengan nyali wanita ini. Suasana menjadi hening. Setelah beberapa saat, Kiara berinisiatif untuk berbicara. Dia melambaikan tangannya, “Aku janji tidak akan merepotkanmu. Aku hanya ingin..." "Diam!" Zaky bangkit dan meraung dengan keras. Sekarang Kiara dapat melihat wajah tampan Zaky lebih dekat. Pandangan matanya bertemu dengan pria ini. Sahabatnya, Nadya benar. Pria ini tidak bisa dibandingkan dengan Aldi. Perbedaan mereka antara langit dan bumi! Zaky menatapnya dengan datar dan berkata dengan dingin, “Jika ingin menikah, temui aku jam sepuluh besok di Balai Kota!” Kiara tersedak, tercengang dan tergagap, "Be… Benarkah?” "Apakah benar atau tidak kau bisa melihatnya besok!” Zaky menyipitkan matanya, berbalik dan pergi. Kiara membeku di tempat. Dia memandangi punggung ramping sosok misterius yang dirayunya. Pria itu mengatakan bahwa jika ingin menikah, temui aku jam sepuluh besok di Balai Kota. Lamarannya telah diterima! Apakah kehidupannya akan segera berubah? Ini di luar dugaannya! Tetapi bukankah ini yang dia inginkan tadi? Mengapa dia menjadi linglung? Pada saat ini, Nadya datang dan melihat penampilannya yang linglung. Dia menepuk gadis itu dan menghiburnya, “Ra. Kau harus mencobanya di waktu yang lain!” Nadya berkata dengan simpatik pada Kiara. Kau harus mencobanya di waktu yang lain! Kiara tersadar dan berkata dengan tidak percaya, “Dia memintaku untuk ke Balai Kota besok pagi…” Nadya terdiam dan tertawa dengan keras. “Apakah kau sedang berhalusinasi sekarang?” Kiara meliriknya dan membuka mulutnya, “Aku serius! Apakah pendengaranmu sedang bermasalah?” Nadya melambaikan tangannya. “Tidak, aku baik-baik saja. Kiara! Apakah yang kau katakan itu benar?” “Ya! Dia mengatakan jika ingin menikah, maka aku harus datang ke Balai Kota besok pagi!” ucap Kiara dengan datar. Nadya tertegun dan terkekeh, "Selamat, kau berhasil!” Kiara menatapnya, "Apa kau percaya?" Nadya menepuk pundaknya, “Tentu saja! Penampilanmu dapat menarik perhatian. Jika aku seorang pria, aku akan jatuh cinta padamu pada pandangan pertama. Ayo pergi. Untuk merayakan pernikahanmu, mari kita makan siang.” Kiara ragu-ragu tetapi mengikutinya. Di pintu masuk cafe, sebuah mobil mewah perlahan melaju. Seorang pria yang berpakaian hitam dan rapi segera muncul. Lengannya yang kokoh dengan cepat menarik pintu dan membukakan pintu untuk seorang pria yang berdiri di depannya. Pria itu langsung masuk ke kursi belakang. Dia mengulurkan tangannya untuk membuka mantelnya dan menyandarkan punggung rampingnya, "Bukankah Aku sudah mengatakan untuk tetap menggunakan fasilitas yang murahan?” Anjas, asistennya berkata dengan hormat, "Tuan, ini sudah menjadi mobil termurah untuk keluarga Sukirman." Zaky mengernyit, “Siapa lagi yang tahu tentang kedatanganku ke sini?” "Tidak ada yang tahu.” Zaky merasa lega, sepertinya pria yang muncul tadi hanyalah suatu kebetulan, “Pergi periksa seseorang untukku, kabari aku sebelum fajar." Anjas mengangguk. “Baik, Nona Muda.” Keesokan harinya, Kiara dibangunkan oleh deringan ponselnya. Dia membuka matanya perlahan dan mengangkat telepon tanpa melihat layar. “Kiara, kau di mana sekarang? Aku sangat mengkhawatirkanmu.” Suara magnetis seorang pria terdengar di ujung telepon. Kiara mengerutkan keningnya tanpa sadar dan mengenali suara itu. Itu Aldi Baskoro! Tetapi tidak mengatakan sepatah kata pun. Keheningan menyelimuti mereka berdua. Suara ejekan Kiara terdengar kemudian, "Apakah Susanti tahu bahwa kau meneleponku saat ini?” Wajah tampan Aldi menegang, dan dia mengepalkan tinjunya, "Kiara, aku khawatir kau masih tidak tahu tentang keputusan keluarga Herman yang menyerahkan 90% perusahaan kepada Herman di masa depan." Ekpresi Kiara tidak berubah. Dia sudah menduga hal ini. Kiara sekarang mengerti segalanya. Dia mencibir Aldy dengan ekpresi dingin, "Jadi, itu alasannya kau meninggalkan aku dan memilih Susanti?" Aldy mengepalkan tangannya, “Ini hanya sementara, aku tidak ingin kalah dengan saudaraku. Kiara, aku akan memberimu kehidupan yang baik." "Pret." Kiara berkata dengan dingin, "Jika keluargamu tidak mempercayaimu untuk mengelola bisnis keluarga karena kau masih muda. Bukankah kau bisa memulai bisnismu sendiri?" "Kiara, kau terlalu naif." Aldy berdiri perlahan, matanya menunjukkan ketidakberdayaan, "Ada beberapa hal yang tidak bisa kita pilih." Kiara mengejek tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ini benar-benar tidak masuk akal. Setelah hening sejenak, Aldy menghela nafas pelan, "Beri aku waktu 2 tahun. Neil, kau bisa melaluinya." Kiara tidak mengubah ekpresinya. Apa wanita ini gila? Dia harus menunggunya selama 2 tahun? “Aldy Baskoro, apakah kau pikir aku bodoh? Sekarang kau bisa memilih untuk bertunangan dengan Susanty demi karirmu.” "Siapa yang tahu jika kau akan tidur dengannya dalam minggu ini! Oke, tolong pergi, jangan janggu aku lagi!” Kiara melanjutkan. Kiara langsung mengakhiri panggilan telepon itu tanpa menunggu sang mantan menjawabnya “Tut… Tut… Tut…” “Waktu akan membuktikan perasaanku padamu.” Aldi Baskoro mengupatnya dan menyimpan ponselnya. Kiara mengangkat selimutnya dan segera bersiap-siap ke Balai Kota. Dia akan datang untuk mendapatkan akta pernikahannya dengan gadis misterius itu. Jadi, dia harus datang tepat waktu! Melihat Kiara sudah rapi, Nadya dengan cepat menghentikannya. “Hei, kau mau ke mana?” Kiara menarik napas dalam-dalam dan menggertakkan giginya, "Aku akan pergi untuk mendaftar pernikahanku pagi ini.” Nadya tertegun, "Apakah kau benar-benar percaya?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD