Menikah. Sekarang!

1019 Words
Nyatanya mereka harus menelan pil kekecewaan. Karena wanita yang masuk adalah Sonya, adik dari Dina. " Kak, Tanya mana? Aku di minta mengambil amplop putih di mobilnya dan di suruh anterin ke kamar ini…" Ujarnya dengan mata mencari-cari Tanya sang keponakan. Dimana tangannya membawa amplop putih di genggaman. Amplop yang langsung di raih oleh sang kakak. “ Soalnya Tanya ngirimin aku pesan dan memintaku mengambil amplop di dalam mobil, mungkin itu berisi kalimat yang ingin Tanya ucapkan nanti setelah ijab-qabul…” Mata Sonya menyapu pemandangan yang ada di kamar itu, di tambah ketegangan wajah kedua orang yang berada di dalamnya. Matanya masih tak menemukan sosok Tanya. Sementara Dina dengan sigap, jemarinya membuka amplop yang kini di tangannya. Terdapat selembar kertas bertuliskan " Surprise.!! Keren gak Ma, anakmu bisa buat kejutan sebegininya, mamah gak perlu marah, ini adalah balasan buat Mamah yang pernah menghianati papah kala itu, dan sekarang Mamah harus mendapat malu yang tak terbendung. Tak perlu mencariku, karena begitu surat ini terbaca, aku pasti telah berada di negara yang jauh bersama kekasihku yang tulus mencintaiku. Maaf yah mah, gagal mencari menantu kaya raya dan royal buat mamah, aku memilih bahagia mah dibanding harus menjadi b***k mamah seperti selama ini, aku harus mengeruk harta orang lain hanya demi nyenangin mamah, kini saatnya aku menemukan jalanku sendiri. Dan saat ini aku bahagia. Bye mamah.." Surat itu langsung di remas dengan erat oleh Dina Ariana Ardie. Lututnya menggigil membaca surat cinta yang bak badai merepa dirinya, hingga membuatnya terjatuh dan pingsan. Sonya terkejut dan berteriak. " Kakak.!!" Sonya mengangkat sang kakak dengan tertatih menuju ranjang. Sedangkan Haris dengan mata nanar menatap kertas yang membuat calon mertuanya pingsan. Rasa penasaran menggelayutinya. Setelah membaca isi surat dari wanita yang paling dia cintai membuatnya meremas rambut yang telah klimis karena minyak rambut, matanya merebak merah dan tak lama kemudian telah menetes air mata membasahi wajah tampannya. Haris memejamkan mata, tak menyangka akan terjadi sekacau ini di haru bahagianya. Tangannya sekuat tenaga meninju kaca meja rias, hingga kaca tersebut jatuh berserakan di lantai. Darah mengalir deras di tangannya karena terkena serpihan kaca yang menusuk di punggung telapak tangannya. Darah yang menetes tak dia hiraukan. Dia justru terduduk lemas setelah membaca surat itu. Bahunya terguncang karena menahan isak tangis, antara sedih, kecewa dan takut. Musnah semua harapannya untuk menikahi kekasih hati yang sangat dia cintai dan mampu menggerakkan hatinya untuk mengakhiri masa lajangnya. Semantara Sonya tampak sibuk membangunkan sang kakak dengan minyak kayu putih dan menaruhnya di hidung sang kakak, yang merupakan saudara kandung satu ayah namun beda ibu, dengan sesekali melirik kearah calon suami keponakannya. Hingga akhirnya Dina Ariani Ardie membuka matanya, lalu dia memijit kepalanya yang pusing dan terasa memutar. Dengan terpaksa dia bangkit berdiri, dan di luar dugaan dia bersimpuh di kaki Haris calon menantunya. " Maafkan tante, nak Haris. Tante tidak bisa menjaga anak tante, hingga mempermalukan kamu dan keluargamu nak.." Ucap Dina menghiba, ia tak tahu lagi harus berbuat apa menghafapi situasi seperti ini. Semua telah hancur dan tak tertolong, harapannya musnah sudah memiliki menantu kaya raya dan royal kepadanya. Dina menangis sesenggukan, hingga membuat Sonya ternganga melihat sang kakak ternyata bisa juga menangis dan memohon seperti itu, karena kakak yang dia kenal adalah kakak yang kejam dan selalu menghina dan menyakitinya tanpa henti. " Apa guna air matamu ini, tante.?!! Apapun caranya aku harus menikah sekarang demi menjaga harga diri keluarga Soedjianto. Tante tau bagaimana harga diri keluargaku, jika tersiar kabar aku gagal menikah dan di tinggal lari mempelai wanita yang lebih memilih selingkuhannya. Apa penilaian publik?!” Teriak Haris sudah tidak menggunakan kata - kata hormat lagi. Hatinya sudah kesal, dan otaknya buntu menghadapi kenyataan pahit yang harus dia derita. " Jadi tante harus bagaimana nak Haris?" Ucapnya lirih dengan posisi masih bersimpuh. " Pakai akal tante, yang jelas bagaimana pernikahan ini harus terjadi.!! Meskipun nyawa jadi taruhannya.." Hardiknya membuat nyali Dina menciut. " Bagaimana dengan calon pengganti nak? Bukankah kau memiliki banyak kekasih? Kau bisa menghubungi mereka demi menyelamatkan nama besar keluargamu nak.." Ide Dina membuat Haris yang telah berdiri, berhenti melangkah mondar-mandir. Dengan sigap dia merogoh saku celananya dan menghubungi beberapa wanita yang tengah dekat dengannya, beberapa orang tidak menjawab dan yang lainnya mengatakan tengah berada di luar kota dan luar negeri. Hal itu membuat Haris semakin putus asa, terlebih manakala seorang panitia mengetuk pintu kamar itu dan mengatakan bahwa keluarga besarnya telah sampai di hotel, dan petugas pencatatan pernikahan telah berada di dalam, dia mengingatkan waktu sisa lima belas menit dan paling lama satu jam sudah harus turun. Haris meninju dinding kamar hotel itu, ingin rasanya dia bunuh diri saat itu juga, karena pikirannya kalut. Terbayang olehnya akan kemarahan wajah sang ayah, yang tidak mengenal tempat ketika melampiaskan amarahnya " Semua orang tidak bisa tante, lalu Haris harus bagaimana? Tolong selamatkan Haris kali ini saja tante, dengan begitu Haris akan memaafkan perbuatan anak tante.." Ucap Haris lirih, suaranya terdengar putus asa. Kemeja putih yang di kenakannya telah terkena bercak darah. Mendengar ucapan calon menantunya mulai melunak, Dina mendongakkan wajah, lalu dia melirik kearah adiknya yang masih muda dan belum menikah. " Sonya. Bantu kakak kali ini dek.. mohon.." Ucap Dina menatap Sonya yang terkejut dengan ucapan sang kakak. " Maksud kakak? Sonya cari pengganti Tanya, gitu?” Tanya Sonya bingung. " Gantilah pakaianmu, dan jadilah pengantin Nak Haris, bagaimana Nak Haris apakah kau setuju? Karena cuma ini jalan kita satu - satunya.." Ujar calon ibu mertuanya menatap kearah Haris “ Kalau kita mencari orang luar, kita tidak tahu jam berapa akan sampai, dan belum tentu ucapannya benar, Sonya adik tante ini, adalah wanita yang baik. Selain cantik dia juga cerdas…” Mata Dina menatap kearah Sonya dengan tatapan memohon. Haris menoleh sejenak kearah Sonya yang tengah menggelengkan kepala sembari menutup bibirnya. Matanya berkaca-kaca menolak permintaan gila sang kakak. " Jangan kak, Sonya belum siap untuk menikah, dan pernikahan yang Sonya inginkan tidak seperti ini kak.." Bisik Sonya kelu. Tuhan! Aku tidak berdoa seperti ini, aku meminta jodoh pada-MU. Benar. Tapi bukan begini caranya aku mendapatkan jodohku, ku mohon, jangan biarkan aku menikahi pria yang bahkan aku tidak kenal, kehidupan macam apa ini?!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD