Parte One

896 Words
Perempuan itu menggerutu setelah mendapatkan telpon dari pria paruh baya yang selalu disumpah serapahinya. "Dasar tua bangka! Dia hanya peduli dengan harta dan kekayaannya lalu menyuruhku menggantikannya mengikuti acara pesta itu nanti malam? Jangan bermimpi!" ujarnya kesal sambil menghentakkan kakinya dengan kuat. Untungnya lantai itu tidak akan jebol setelah dihentakkan oleh higheels setinggi 7 cm dan runcing itu. Jika terkena tubuh atau kepala sakitnya lumayan terasa tetapi karena lantai lift itu mungkin sudah terbiasa jadilah hanya terdengar suara ketukan. Dan kebetulan dia hanya sendiri di ruangan segi empat itu karena ini lift khusus petinggi di perusahaan ini. Dia menekan lantai 10 karena memang perusahaannya dari lantai enam sampai sepuluh. Ini adalah perusahaan neneknya yang dibangun dengan cinta kasih kakeknya yang sudah tiada. Walaupun dia seorang Desaigner, dia menyukai penerbitan dan percetakan dengan segala hal yang berkaitan dengan buku dan semacamnya. Ah, mengingat kakeknya, perasaan sentimentil itu muncul perlahan. Dia tidak pernah membiarkan siapa pun melihatnya menangis, kecuali orang terdekat, tidak ayah ibunya. Hanya kakek, neneknya, Maudy dan Sky. Cukup, dia bosan membicarakan Sky yang membuatnya sakit kepala. Kembali membahas perusaahaan dan uang yang dia dapatkan setelah ini. Begitulah cara Casya menghibur dirinya untuk menutupi kesendirian dan kesepiannya. Perusahaan nenek bukan hanya ini, tapi dia hanya mengelola ini dan beberapa restoran serta hotel. Juga ada beberapa cafe dan toko kue hasil tangannya sendiri. Hotel dan properti yang sekarang menjadi besar yang dipegang oleh tua bangka itu, ya tidak lain adalah ayahnya. Untuk restoran, sesekali dia memantau. Jika cafe dan toko roti itu berada dekat di rumah nenek. Nenek yang memantau walau tidak langsung karena semua dikerjakan asisten, walau nenek masih kuat, Casya tidak mau ambil pusing. Berbeda dengan ayahnya yang memegang perusahaan terbesar peninggalan kakeknya karena memang dia tidak mau mengurusi perusahaan itu. Sebab dia mengingat betapa sakitnya diabaikan demi sebuah harta yang bahkan tidak dibawa mati. Dia hanya memilih mengelola penerbitan dan menjadi desainer karena dia senang dan masih bisa membagi waktu. Ah, sudahlah, pikirnya. Dia keluar dari lift dan tetap menunduk karena melihat smartphone-nya yang dari tadi berbunyi. Namun, tak berselang lama, brukk! "Ah, maaf. Saya tidak melihatnya," ucap Casya yang masih fokus dengan handphonenya lalu memungut laporan penting dan berlalu. Sementara itu yang ditabraknya baru saja adalah seorang pria yang menoleh ketika mendengar suaranya. Karena penasaran, si pria memandangi arah jalan wanita itu, berharap mendapatkan petunjuk. Dia menekan smartpone pintarnya dan, "Key?" panggilnya setelah panggilan diangkat. "Ya, Bos?" jawabnya. "Cari tau siapa pemilik perusahaan di lantai enam sampai sepuluh di atas perusahaanku," katanya memerintah. "Baik, Bos," ucapnya. Dia mematikan panggilannya sepihak lalu memikirkan kenapa baru sekarang dia melihat wanita itu? Ah, baru sekarang juga dirimu sempat ke perusahaan ini, Ta, kata batinnya. Dia memang pernah ke sini tapi selalu malam atau subuh dan berangkat mengikuti Arga setiap hari. Dia seperti pernah melihat wanita itu, tapi di manakah? Pikirnya. Tidak asing namun seperti lama tak bertemu. Siapakah dia? Dia berlalu dari sana. “Semoga nanti kita berjumpa lagi, Manis," ucapnya dengan harapan penuh. *** Dia memasuki sebuah ruangan. "Di mana Key?" tanyanya pada pengawal itu. "Di atas situ, Bos," jawabnya. "Terima kasih," katanya, lalu masuk ke dalam ketika pengawalnya hanya membungkuk pertanda hormat padanya. "Apa yang kau dapat, Key?" tanyanya. "Perusahaan yang bergerak di bidang percetakan, Bos. Dan yang mengelola bernama Nona Casya. Dan dia seorang desainer terkenal walau tidak pernah terlihat bersama pasangannya. Juga dia tinggal bersama nenek dan kakeknya. Tapi sekarang kakeknya telah tiada jadi hanya bersama neneknya. Masih itu yang saya tahu karena sepertinya agak sulit mendapatkan informasinya. Sebab sepertinya dia menutup rapat data dirinya padahal dia seorang direktur juga desainer terkenal,” ucap Key agak takut. "Aneh," selanya pelan namun masih bisa didengar oleh Key. Memang, menurut Key juga cukup aneh. Bagaimana tidak, desainer terkenal. Seorang direktur juga tetapi data dirinya ditutup. Rancangan busana yang dia rancang sendiri pun banyak yang tidak tahu bahwa itu Casya yang membuat. Kenapa?Karena dia menyembunyikan data dirinya. Dia selalu memakai nama samaran, dan cukup membantunya. Apalagi jika untuk menutupi diri dari infotainment yang sangat menguras energi dan otaknya. "Baiklah, Key, terima kasih. Jika aku membutuhkanmu lagi, aku akan memanggilmu lagi nanti," ucapnya. "Sama-sama, Tuan. Saya senang bisa membantu," jawab Key. "Ya, baiklah. Mulai sekarang sepertinya aku bisa mengikutinya mulai dari kenalan kecil," ujar Tirta sambil menyeringai kecil. Key yang mendengar, penasaran sekaligus takut. Walaupun sebenarnya kata yang diucapkan tuannya tidak ada yang salah. Mungkin saja orang itu mengganggu tuannya, pikirnya. Hanya saja seringai yang muncul bukan menakutkan seperti biasanya itulah yang membuat Key penasaran sebenarnya apa yang direncanakan oleh tuannya itu. Mungkin bukan sesuatu yang buruk, dan Key cukup untuk berpikir positif. Tapi yang pasti bukan lah termasuk hal yang bagus juga. Entah kenapa, Key merasa pasti akan ada sesuatu hal yang besar terjadi. Entah apa pun itu. Mengikuti secara diam-diam bukanlah sifatnya atau sebut saja 'penguntit' tapi entah kenapa setelah tadi siang, Tirta mengikuti kegiatan wanita itu. Sepertinya dia tertarik padahal sebelumnya dia tidak pernah merasa seobsesi ini terhadap wanita mana pun. Tapi lihatlah, sekarang dia menunggu sudah hampir satu jam mulai dari pukul 16.00 wib sampai 16.45 wib. Kenapa wanita itu belum keluar kalau memang dia adalah direkturnya? Harusnya kan dia bisa saja pulang lebih dulu, batinnya. Ketika dia melihat seorang wanita keluar dengan menggunakan kacamata dan higheels yang setinggi itu dia sedikit agak maklum dan sepertinya kerepotan ketika akan membuka pintu mobil matic berwarna merah cerah itu. Sekarang kita mulai permainan, batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD