Bab 5.2 : Sesuatu yang Tampak dan Tak Tampak

1220 Words
Semua orang berebut mau sukses. Seolah bakalan kelaparan dan mati ditengah jalan kalau enggak sukses. sukses itu bukan sejenis merk mie instan duo isi jumbo, kan, ya? - kevriawan 2020 = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = Bab 5 : Sesuatu yang Tampak dan Tak Tampak   Beberapa dari mereka yang lebih cerdas dan terpelajar punya cita - cita mau sukses ala Bill Gates, mungkin. Yang mana doi mengutamakan kecerdasan dan ilmu. Sementara bagi mereka - mereka yang agak kurang di segala sesuatunya akan menganut konsep sukses sama dengan punya kehidupan penuh cinta. Ya, enggak salah sih, karena memang enggak semua orang mendapatkan keberuntungan untuk merasakan cinta dan kasih sayang yang berlimpah dalam hidupnya. Pasti akan ada satu atau dua orang yang hatinya kering, batinnya haus akan rasa kasih sayang. Buat mereka mungkin sukses sama dengan cinta.   Tapi, jangan salah. Terkadang generasi emak - emak juga sering salah kaprah. Kita masih hidup di negara di mana sukses itu masih diukur dengan uang. Contohnya tetangga gue, dia dibilang sukses karena sudah sanggup membeli rumah di kompleks dan bertingkat dua, lalu punya mobil sejuta umat alias apanzah, ditambah anaknya sekolah di sekolah swasta depan kompleks yang bayarannya lumayan. Gue enggak menyalahkan sih, memang secara materis dia sudah sukses banget. Ya, beda jauh kalau dibanding gue yang masih jadi tukang angetin bangku di kampus.   Cuma tetap … sehebat apapun motivasi sukses seseorang, kalau seandainya semesta enggak mendukung ya sama aja bohong. Buktinya apa? Ya, itu kayak yang sudah gue jelaskan sebelumnya. Buktinya banyak orang yang sudah bekerja dengan sangat keras. membanting tulang sampai kalau perlu tulang orang dia banting - banting sekalian. Banyak juga yang rajin lembur bagai quda, kerja tiada henti bagai sapi. Pertanyaannya, tapi kenapa mereka enggak sukses?    Menurut para motivator, mungkin jawabannya klise yak, yaitu karena mereka sibuk membangun mimpi orang lain sampai lupa dengan impian sendiri.   Oke, gue terima argumen itu. Tapi kenyataannya apa memang seperti itu? Mereka yang benar - benar lupa, atau mereka yang MEMILIH untuk lupa dan abai dengan impiannya masing - masing?    Masih ingat ketika tadi di awal gue sempat menyinggung perihal life is choices … alias hidup adalah pilihan. So, seharusnya kalau sudah ada quotes ini, maka quotes sibuk membangun mimpi orang lain itu bertentangan, dong? Lagi pula, memangnya kalian tahu dari mana, orang - orang yang sibuk bekerja itu sedang membangun mimpi orang lain? Mereka bekerja, dapat gaji, upah, tunjangan dan beberapa insentif lainnya, itu belum tentu mereka sedang asyik membangun mimpi orang lain.    Bisa jadi mereka disana hanya untuk mencari rupiah, mencari pundi - pundi uang untuk bertahan hidup, and somehow, sebagian orang --- mungkin termasuk gue di masa depan nanti dan termasuk lo yang sedang membaca tulisan ini … justru malah menggunakan uang itu untuk mencapai impian masing - masing. Nah, kalau sudah kayak begini ceritanya, apa kabar dengan quotes maha sombong bin kepedean yang mengatakan bahwa SEMUA ORANG YANG BEKERJA PADA ORANG LAIN SAMA DENGAN MEMBANGUN IMPIAN ORANG LAIN?   Dzolim dan judgemental sekali cara pandang dan pola pikirnya. Eh, iya, tapi gue lupa. Lo semua kan memang terbiasa menghakimi tanpa tahu yang sebenarnya, ya? Ups! Sorry, sorry, gue keceplosan. padahal gue juga kaum milenial ampas yang sama kayak kalian.   Gue tahu bahwa quotes itu sebenarnya enggak salah. Tapi, memang kurang tepat aja kalau mau digunakan secara general. Lah, emang siapa yang memakai quotes itu secara general? BANYAK PAKE BANGET. Gue capslock biar kelihatan. Terutama para motivator garis keras dan fans-nya yang ngebet jadi pengusaha tapi lupa sama kenyataan. Oke, gini … gue mau julid sedikit soal karyawan VS pengusaha.   Jadi, gue tahu ada namanya kuadran punya Robert Kiyosaki, inget ya bukan Roy Kiyoshi apalagi naruto Uzumaki. Ini orang tenar banget di kalangan para motivator bisnis. Jadi Robert Kiyosaki ini punya buku ampuh tentang Rich Dad VS Poor Dad, dalam Bahasa Indonesia Ayah Kaya VS Ayah Miskin. Gue lupa masih dalam buku itu atau bukan, tapi intinya gue mau bahas teori Cash Flow Quadrant beliau. Dalam teorinya Robert Kiyosaki membagi 4 jenis pekerjaan. Karena gue enggak mungkin kasih gambar, jadi gue akan urutkan aja dari yang terendah sampai yang tertinggi.   Berada di peringkat 4, yaitu orang - orang yang punya pekerjaan sebagai karyawan. Sederhananya kerja sama orang gitu lah. Sekitar 80% orang biasanya berada di tingkat ini. Contohnya ya karyawan swasta, atau pekerjaan apapun yang menghasilkan gaji.   Kemudian naik satu peringkat lagi, di posisi 3 adalah mereka para pekerja lepas --- atau bahasa kerennya adalah self employee. Orang - orang ini tidak punya bos, mereka bekerja dan menghasilkan uang biasanya dari skill dan keahlian yang dimiliki. Siapa saja contohnya? Dokter, pengacara, penulis, selebgram, youtuber, pedagang, dan yang lain -lain intinya dia enggak kerja sama orang untuk menghasilkan money.   Kemudian di posisi 2 ada yang namanya businessman/businesswoman, atau kasar kata pebisnis. Kagak perlu gue jelasin kali, yak … lo semua pasti udah pada tahu pebisnis itu yang kayak gimana. Mau contoh? Yang modelnya macam Bakrie Group, MNC Group, atau grup-grup yang lain selain grup chatting w******p.   Di posisi puncak, holang terkaya yang kabarnya sudah mencapai kebebasan finansial, itu ada yang namanya investor. Mereka ini duitnya sudah kebanyakan dan kerjanya cuma investasi aja. Contoh pekerjaannya macam pemilik modal, pemegang saham, orangnya itu yang kayak siapa ya … Warren Buffet kali yah, kalau gue enggak salah, ya artinya benar. Ahay!   Memang, gue mengakui bahwa bukunya Kiyosaki ini mantoel pake banget. Akan tetapi gue enggak sepenuhnya setuju. Begini, setiap orang itu diciptakan beda - beda. Semua orang memang ingin jadi pengusaha, pebisnis, investor, dan kawan - kawannya. Siapa juga yang enggak pengin, kan? Tapi masalahnya kita harus memandang kehidupan yang fana ini secara realistis. Enggak semua orang memiliki privilege alias hoki yang haqiqi dalam menjalani hidup ini. Terlebih, kita ini hidup di Indonesia, bukan Amerika tempat di mana Robert Kiyosaki ini tinggal, hidup, menghadapi cobaan lalu sukses. Indonesia dan Amerika punya sangat banyak perbedaan, dari budaya, sistem ekonomi, sistem pemerintahan, dan bukan enggak mungkin Robert Kiyosaki juga hoki karena doi ada di Amerika, bukan di Indonesia. Pendapat gue kayak gini, bukan berarti gue enggak mendukung lo semua untuk pindah kuadran ke pebisnis atau investor, ya. Tapi gue harus tekankan kalau perjalanan ke sana akan sangat panjang tanpa HOKI.  Loh, hoki gimana? Bukankah semuanya hanya karena usaha? Oh, tidak semudah itu Ferguso, Marimar, Fernando Hose!  Begini, lo anak orang kaya, bisa sekolah di SD Internasional, sementara tetangga lo yang B aja cuma mengandalkan SD Negeri. Nenek - nenek ompong lagi ngunyah sirih juga tahu kalau sekolah di SD Internasional yang biayanya lebih mahal pasti punya kualitas lebih bagus daripada sekadar SD Negeri, kan? Weits! Bukan gue merendahkan, gue juga lulusan SD Negeri, kok, tapi kita bicara realistis. Dari kemampuan berbahasa inggris, nalar, logika, attitude, mana yang lebih bagus? Pasti yang di SD Internasional, kan? Kenapa? Ya jelas dong, bayarannya beda, kurikulum beda. Ketika anak SDN cuma belajar perkalian, mungkin yang SDIT udah pada belajar MTK pake konsep angin, air, api, tanah, udara ---- lalu jadi avatar. Enggak, deng. Bercanda.   * * * * *   to be continuded    * * * * *  By the way, kalau kalian merasakan sama seperti apa yang Jono rasakan, boleh banget langsung di tap LOVE nya gaes. Atau bisa juga kalau kalian mau add cerita ini ke library atau perpustakaan. Supaya kalau next time saya update, kalian enggak ketinggalan beritanya, hihiw~ Oke deh, kalau gitu see you in the next chapter ya!   Bye ....   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD