Tempat Laknat

1036 Words
Pelangi duduk sambil menatap ke sekitar, entah mengapa tiba-tiba dirinya merasa begitu haus dan butuh minuman. Tak lama seorang bartender datang memberikan segelas jus jeruk kepadanya. "Silahkan, Nona. Ini dari Nona Echa." Ucap Bartender itu. Pelangi tampak ragu meminum jus di depannya ini, sejujurnya ia takut jika meminum sesuatu di tempat begini. Namun seorang pria tiba-tiba saja datang dan mengambil minumannya itu. Karena tenggorokannya sudah terasa kering, akhirnya Pelangi pergi ke meja bar dan meminta dibuatkan minuman bersoda yang baru lalu ia menenggaknya hingga setengah gelas. Lenguhan terdengar dari mulut Pelangi setelah memuaskan dahaganya, ia kembali menenggak jus hingga tandas di dalam gelas tersebut. "Bentar bentar, kok kepala gue jadi pusing gini ya. Apa pengaruh ini lampu club kali ya." Gumam Pelangi memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. Pelangi menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia mengerjapkan matanya yang mulai kabur lalu menoleh guna mencari keberadaan Echa. "Echa mana sih? Kok nggak kelihatan." Gerutu Pelangi dalam kondisi pusingnya. Pelangi memegangi kepalanya, ia bangkit dari duduknya dan berniat untuk menghampiri Echa, namun baru beberapa langkah tiba-tiba saja ia menabrak seseorang hingga tas miliknya terjatuh dengan beberapa barang yang berserakan. "Oh, m-maaf." Lirih Pelangi terbata karena pusing semakin menerjangnya. "Aku harus segera keluar dari sini, sebelum hal aneh terjadi padaku." Batin Pelangi. "Iya, tidak apa-apa." Sahut seorang pria dengan suara yang begitu menggoda. Pelangi kembali berdiri meski kepalanya masih terasa pusing mungkin karena pengaruh minuman bersoda tadi. Ia berusaha menatap siapa sosok di depannya, namun baru saja ia menatap tiba-tiba seorang pria hendak menciumnya. Beruntungnya ia berhasil mendorong pria itu, kini Pelangi berjalan gontai berusaha mencari pintu keluar di dalam keramaian club itu sampai ketika ia melihat seorang wanita yang mungkin seusianya tengah di rangkul oleh seorang pria. Tentu saja Pelangi bisa melihat gelagat jahat dari pria itu. Sepertinya si wanita muda yang cantik itu tengah dalam pengaruh alkohol. "Tunggu bukankah itu Vega si bintang kampus, kok bisa dia bersama pria asing itu?" Batin Pelangi yang ternyata melihat temannya seketika itu juga rasa pusingnya hilang. Ya wanita yang tengah di bawa pria jahat itu adalah teman kampusnya. Ia yang tadinya ingin pulang malah kini mengawasi teman kampusnya yang bernama Vega itu. Pelangi dan Vega memang tidak saling mengenal hanya saja karena kepopuleran Vega membuat gadis itu dikenal oleh semua mahasiswa mahasiswi di kampusnya. Sedangkan Pelangi tahu betul siapa pacar gadis itu, tentu saja pacarnya bukanlah pria yang kini tengah mencium Vega dengan lancang. Mata Pelangi membulat melihat adegan itu, sementara Vega juga terlihat semakin merapatkan matanya saat tangan pria itu merengkuh pinggang dan mengusap punggungnya seduktif. Pelangi berpura-pura mendekatkan diri. "Bersenang-senang dengan saya?" bisik seorang pria dengan parau yang tiba-tiba mendekatkan diri padanya. Pelangi kembali mencoba mengikuti alur permainan pria itu sekaligus mengawasi Vega yang tepat ada di depannya. Pelangi menggigit bibir, dan menganggukan kepalanya. Pria itu tersenyum simpul mendapat respon baik dari Pelangi, Vega sudah di bawa oleh pria tadi dengan langkah gontai ke salah satu bilik kamar yang memang tersedia di sana. Disusul Pelangi yang juga akan di bawa ke tempat yang sama. Pelangi masih tetap berpura-pura dalam keadaan tak sadarkan diri. Sementara Echa yang melihat Pelangi dibawa oleh pria asing hanya bisa tersenyum senang, inilah yang ia inginkan yaitu menghancurkan hidup Pelangi. "Mati kamu, Pelangi.” Gumam Echa tersenyum senang lalu kembali menari-nari dengan bahagia. "Tubuhmu indah sekali, Nona." Bisik si pria dengan penuh gairah pada Vega. Hanya ada satu bilik kamar dalam club malam itu, dan sepertinya Pelangi dan Vega saat ini dijadikan korban oleh temannya. Hanya saja Pelangi dengan cepat bisa mengetahui rencana jahat itu, walau entah siapa dalang di balik semua ini. Namun kini ia dan Vega berada dalam satu ruangan yang sama. Pria tadi nampak membaringkan tubuh Vega di atas ranjang, dan kini si pria itu bersiap-siap melepaskan pakaiannya. Vega yang dalam kondisi tak sadarkan diri kini malah meremas kedua bahu kekar sang pria, ia menarik pria itu hingga bibir keduanya kembali menyatu. Dengan bibir yang saling bertautan, tangan si pria beberapa kali menyentuh titik sensitif Pelangi hingga mengundang suara yang semakin mematik rasa panas dalam diri masing-masing. Baru saja pria yang membawa Pelangi hendak melakukan hal serupa dengan pria yang kini bersama Vega, dengan cepat Pelangi mendorong tubuh pria itu hingga tersungkur ke lantai. Suara lenguhan penuh nikmat tak henti keluar dari bibir si pria yang bersama Vega tampak menikmati ciuman panas mereka tanpa terusik oleh keributan yang dibuat Pelangi. Sekian detik berikutnya Pelangi pun kembali mendorong tubuh pria yang berada di atas Vega dan dengan cepat ia menarik tubuh wanita itu dari atas ranjang. Pelangi menuntunnya bergegas meninggalkan kamar yang seperti neraka itu. Hampir saja mereka akan di hancurkan bersama di sana. Dua pria tadi yang sudah mabuk berat tak bisa mengejar Pelangi. Beruntungnya pakaian Vega masih utuh di tubuhnya. "Dasar tempat laknat, hampir saja aku terjebak di sini. Ayo mbak kita keluar dari sini." Lirih Pelangi seraya merangkul pinggang Vega yang masih dalam pengaruh minuman itu. Sesampainya di depan club Pelangi menghentikan sebuah taxi dan membawa tubuh Vega masuk ke dalam taxi tersebut. "Aduh cantik cantik kok malah doyan sih digerayangi." Gerutu Pelangi yang mendengar celotehan Vega yang malah masih terus mendesah menginginkan belaian. "Kita akan kemana nona?" tanya si sopir taxi menyadarkan Pelangi dari pikirannya. "Aduh kemana ya? Mana aku nggak tahu lagi dimana rumahnya ni cewek." Gerutu Pelangi' seraya menggaruk kepalanya. "Sebentar pak aku telpon teman dulu." Ucap Pelangi yang kini meraih ponsel di tas kecilnya yang masih sempat ia pegang lalu menghubungi nomor sahabatnya. Barangkali saja ia tahu dimana alamatnya Vega. Setelah menelpon Reina, Pelangi pun mengantar Vega ke alamat rumah yang diberikan oleh Reina. "Ternyata dia gadis kaya, tapi kenapa dia malah terjebak di club bersama pria asing, kemana pacarnya? Dan bukankah biasanya para gadis anak orang kaya selalu punya bodyguard ya?" Gumam Pelangi' bermonolog sendiri seraya meletakkan kepala Vega di bahunya. "Ah sudah lah ngapain juga mikirin itu. Masih syukur aku bisa selamat malam ini. Ya Tuhan ini untuk pertama dan terakhir kalinya aku menginjakkan kaki di tempat haram itu. Masih mending minum miras oplosan lah dari pada minuman bersoda di sana malah buat kepala gue pusing." Gerutu Pelangi lagi mengingat minuman soda yang dipesannya sepertinya bukan minuman soda biasa. Malam panjang yang hampir saja merenggut mahkotanya yang berharga. Beruntungnya nasib baik masih berpihak padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD