Putus!

558 Words
Ketika kepercayaan hancur oleh keegoisan, apa pilihan yang akan kau ambil? -Kirana Zainisa- ......... "Elo!!" teriak Kiran pada seseorang pria yang selama ini telah mengisi relung hatinya, amarahnya memuncak dengan prilaku Davit yang seakan tidak menghargai dirinya sama sekali. Bahkan, ia telah sulit menjaga cara bicara. Ia memaki-maki, membentak pria berambut ikal itu, menunjuk dengan telunjuk tepat depan wajah Davit,"Kenapa lo kasar begitu sama bokap gue?" "Bokap?" tanya Davit mengernyitkan dahinya heran. "Iya! memangnya kenapa, lo gak suka!" "Seriously ?" ucap Davit tidak menyangka, ia memandang dengan wajah meremehkan kepada seorang pria paruh baya yang duduk di kursi roda, berbadan kurus, serta rambut panjang berantakan. Ia orang tua Kirana yang sudah menghilang 10 tahun lamanya karna ganguan mental. Sudah tiga hari lalu Kirana menemukan orang tuanya sedang duduk di pinggir jalan, dengan keadaan yang memprihatinkan. "Jangan mengada-ngada Kirana sayang, masa orang tua kamu seperti ini? Gak banget!" lanjut Davit mengidik geli. Emosi Kirana kini sudah di ujung ubun-ubun. Mendengar perkataan pria berstatus pacarnya itu. Marah campur kecewa. Kenapa dia bisa kenal dan menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang tidak punya hati serta tata krama, sehingga dia terang-terangan menghina orang tuanya sendiri. "Stop, Dav! Lo bisa sopan gak sih sama papa!" Davit ketawa renyah dengan ungkapan Kirana yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Ia menyisir rambut ikal hitam miliknya ke belakang dengan pandangan tidak peduli. Ia seorang pengusaha muda yang sukses di kota Jakarta. Kekayaannya cukup berlimpah. Memiliki perusahaan sendiri, serta usaha-usaha kecil lainnya juga berjalan mulus. Mungkin karena itu ia semakin angkuh. "Sayang, dia itu terlihat seperti pengemis jalanan, kamu tidak malu punya Papa seperti dia?" Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Davit, sontak membuat pria tinggi, berwajah blasteran itu kaget. "Jaga ya ucapan lo! Orang yang lo hina barusan itu orang tua gue! Kirana berbicara dengan suara tinggi, masa bodoh dengan status itu," Gue bener gak nyangka sama lo, Selama ini gue udah salah nilai lo Dav, dasar cowok sombong!!" Kirana membalikkan badan. Mendorong kursi roda yang diduduki oleh papanya. Menjauh meninggalkan Davit masih terdiam kaku di halaman rumah. Bunyi hentakan pintu utama rumah Kirana terdengar kencang di telinga Davit, sehingga membuat ia tersadar. "Cih ... Baru kali ini gue digampar sama cewe!" geramnya, ia berjalan mendekati pintu menahan amarah. Ia mulai memukul pintu berbahan kayu itu. "Kiran! buka pintunya, aku belum selesai bicara!" Menunggu beberapa detik. Kirana membuka pintu rumahnya dengan wajah murka. "Apa lagi mau lo!" "Gak usah marah-marah gitu, kita bisa bicarakan lagi tentang keberadaan dia." Davit berbicara dengan tenang seakan tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Tapi tidak dengan wanita di hadapannya. "Apa? DIA kata lo!" Kiran merapatkan gigi-giginya menahan amarah. "Dia yang lo maksud itu Bokap gue!Ngerti!" "Oke oke, Bokap kamu, Sorry," jawabnya enteng. Kirana menarik nafas dalam, dia benar-benar tidak tahan dengan sikap pacarnya, yang masih saja angkuh. Davit mencoba meraih tangan Kirana, tapi wanita cantik itu menangkisnya dengan kasar. "Kita putus!!" "What?" kaget Davit tak percaya, ia mencoba memperbaiki pendengarannya, memandang wanita itu dengan seksama. "KITA PUTUS!! " Davit terbelalak, sebelum mendengar penjelasanya sedikitpun. Kirana sudah menutup lagi pintu rumah dengan kencang. Membuat pria jangkung itu termundur dari tempat ia berdiri. "Cuma gara-gara Bapak tua itu gue diputusin!" ucapnya sinis pada dirinya sendiri. Davit mengeratkan tinjunya, mengeraskan rahang menahan amarah, "Argg! Sialan!!" Ia menendang pintu yang ada di hadapannya dengan sangat kencang. Lalu menjauh untuk pergi. . . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD