PROLOG

268 Words
    Langit yang dihiasi lembayung senja memang selalu menyimpan keindahan yang tiada habisnya. Seperti sore itu, di bawah lembayung senja yang cantik, dua orang yang teramat berbeda berdiri berhadapan di tengah perkebunan teh. Jika yang satu adalah seorang wanita hamil dengan tampilan gadis desa yang polos, maka yang lainnya adalah pria dewasa dengan rahang tegas serta tampilan superior yang mengintimadasi.     Berbeda hal dengan cerita novel atau film, di mana seharusnya kini kesan romantis yang mengudara dan meliputi keduanya. Kesan yang terasa kini malah ketakutan dan ketegangan yang mencekik. Aura yang tak lain berasal dari wanita hamil cantik tersebut, sedangkan si pria hanya berdiri tegap dan memberikan tatapan tajam yang mengintimidasi.     “Kenapa ekspresimu terlihat seperti baru saja melihat hantu? Apa kau sebegitu terkejutnya bertemu lagi denganku, Yasmin?” tanya pria tinggi berahang tegas tersebut.     Si wanita sama sekali tidak menjawab. Ia masih diliputi oleh keterkejutan dan ketakutan hingga tidak bereaksi dengan benar. “Ah bodohnya aku bertanya seperti ini padamu. Sampai kapan pun, kau tidak akan menjawabku, bukan? Intinya, aku beruntung karena bisa bertemu denganmu di sini. Sekarang, mau tidak mau kau harus ikut denganku. Karena aku … Agam Risaldi akan selalu mendapatkan apa yang kuinginkan.”     Barulah kini Yasmin menunjukkan reaksi yang jelas. Ia menggeleng panik dan berbalik memunggungi pria yang tak lain adalah Agam, pria yang jelas Yasmin kenali. Baru saja Yasmin berlari beberapa meter, Agam yang sudah memperhitungkan reaksi Yasmin segera menyergap dan memukul tengkuk Yasmin hingga wanita hamil itu jatuh tak sadarkan diri.     “Cih, sampai akhir pun kau tetap merepotkanku. Lihatlah, apa yang akan aku lakukan agar kau mengerti di mana posisimu sebenarnya.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD