BAB 17

958 Words
"Tante....kangeeeen!" Ucap Bianca ketika melihat Rena yang membukakan pintu menyambut kedatangan Bianca dan Rey saat tiba dirumahnya. Lalu Bianca memeluk Rena dan mencium pipinya. "Bianca! Tante juga kangen sama kamu. Kemana aja kamu seminggu ini kok ga maen kesini?" Ucap Rena sambil berjalan masuk kedalam rumah. Tangan bianca memeluk lengan kanan Rena dan berjalan menuju ruang tamu. "Iya nih tan, Bian lagi sibuk sama tugas kampus. Tante sama om gimana kabarnya?" Lalu mereka duduk di sofa ruang tamu. "Tante sama om baik sayang, mamah papah kamu kabarnya gimana?" "Baik juga, tapi mau ke Bandung minggu depan kayaknya tan." "Bi...mah... Rey ke kamar dulu mau mandi." "Iya." Jawab Rena dan Bianca berbarengan. "Ke Bandung acara apa?" "Kondangan, anak temennya papah merried." "Kamu ga ikut? Ini kamu habis dari kantornya Rey ya, kok bisa dateng barengan?" "Bian ga ikut ke Bandung tan, kuliahnya lagi banyak tugas. Iya tadi Bian ke kantornya Rey tan soalnya mata kuliah Bian ada yang kosong jadi maen kekantornya Rey deh tan." "Rey dah ada cewek belum sih Bian?" "Mmmm... kalau itu Bian ga tau tan, tanya Rey sendiri aja ya tan!" Bianca jadi salah tingkah. Lalu tiba-tiba Rey duduk disamping Bianca dan langsung menaruh kepalanya dipaha Bianca. "Eh ni anak nylonong aja, ganggu ih!" Kata Rena. "Perut Rey kembung mah agak pusing juga, punya minyak kayu putih ga mah?" "Kamu sakit ya Rey? Iya nih badan kamu agak anget." Kata Bianca sambil menempelkan telapak tangannya ke pipi Rey. "Ada, bentar mamah ambil." Lalu Rena pergi ke kamarnya untuk mengambil minyak kayu putih. "Kok ga tiduran aja sih dikamar?" Kata Bianca sambil mengelus-elus rambut Rey. "Kamunya aku tungguin dikamar ga dateng-dateng yang, ya udah aku turun lagi." "Ya udah habis ini naik ke kamar ya, kamu istirahat aja." "Iya, tunggu minyaknya sekalian. Ntar gosokin ya yang!" "Iya." Rena berdiri dengan tersenyum tak jauh dari tempat Rey dan Bianca duduk, merasa senang dengan interaksi antara Rey dan Bianca yang terlihat seperti orang yang sedang berpacaran meskipun ga terlalu jelas mereka berbicara tentang apa. Lalu Rena menghampiri mereka. "Nih minyaknya!" "Iya mah makasih. Rey ke kamar dulu ya mah. Ayo Bi!" "Iya, kamu udah makan belum Rey, mau mamah ambilin?" "Ga usah mah, ntar aja masih kenyang." Rey langsung merebahkan badannya ke kasurnya. Lalu duduk lagi untuk membuka bajunya. "Eh mau ngapain kamu?" Kata Bianca. "Kan mau digosokin ya dilepas dong bajunya." "Ga usah... ga usah, dinaikin aja kaosnya!" Ucap Bianca salah tingkah. Rey merebahkan lagi badannya dengan posisi terlentang kemudian menaikan kaosnya sebatas d**a. "Mmm kamu gosok sendiri deh Rey!" "Knapa emangnya?" "Itu... aku...." "Kamu malu? Muka kamu merah tuh ha ha ha!" Bianca langsung menutupi pipinya dengan kedua telapak tangannya. "Sini gosokin, kan tadi udah janji mau gosokin!" Bianca menggigit bibir bawahnya lalu dengan malu-malu menuruti permintaan Rey. "Jangan gigit bibir kamu yang, ntar sakit! Kamu gemesin banget sih yang, pengen cium deh!" Ucap Rey sambil tersenyum. "Modus ih!" Lalu Bianca tersenyum juga. "Udah selesai nih." "Punggungnya juga ya yang!" Kata Rey lalu membalik badannya. "Rey...." Panggil Bianca sambil menggosok punggung Rey. "Hmm." "Kamu ga bosen pacaran sama aku?" "Maksudnya? Knapa kamu tanya kayak gitu?" Rey membalik badannya menghadap Bianca. Bianca menundukkan wajahnya menghindari tatapan Rey dan memilih menatap seprei kasurnya Rey. "Mmm... aku kan ga punya pengalaman pacaran Rey, aku kekanakan juga." "Kok kamu ngomong gitu sih yang? Aku tuh suka kamu karena kamu ya kayak gini. Kamu emang kekanakan, kamu manja, justru itu yang aku suka dari kamu yang. Aku suka karena kamu bergantung sama aku. Kamu manjanya ya sama aku. Kalo kamu mandiri, apa-apa kamu bisa sendiri aku bakalan kamu tinggalin deh pasti. Aku sayang sama kamu yang. Aku suka kamu apa adanya kayak gini." Bianca menatap wajah Rey lalu tersenyum. "Makasih Rey, kamu udah sabar sama aku! Aku sayang sama kamu Rey!" Lalu Bianca mengecup pipi Rey lembut. "Pipi aja nih?" "Apaan sih Rey?" Ucap Bianca malu-malu. Rey tertawa lalu duduk dan mendorong Bianca sampai jatuh terlentang diatas kasurnya. Lalu Rey bergerak menindih Bianca. Kini, wajah Rey tepat diatas wajah Bianca. "Ena ena yuk yang!" Ucap Rey sambil menciumi pipi Bianca. "Hah.. katanya tadi masih kenyang?" "Kok kenyang?" "Kamu laperkan? Mau makan yang enak-enak gitu maksudnya kan?" "Kok makanan sih yang?" "Ena ena itu.... gituan yang." "Apa sih Rey? Aku ga ngerti deh." Ucap Bianca bingung. "Kawin yang kawin!" Ucap Rey menjelaskan. "Oooh nikah maksudnya? Kan kita udah bicaraain ini Rey, kita nikahnya tunggu aku lulus kuliah dulu trus ker...." "Aaaaarrrrgggghhhh...." Teriak Rey frustasi kemudian menggaruk kepalanya yang enggak gatal. Lalu Rey berguling ke sisi Bianca memejamkan matanya memilih untuk tidur. "Kamu kok marah si Rey?" "Enggak papa yang, udah tidur aja yuk!" Kata Rey tanpa membuka matanya. Bianca mengambil ponselnya kemudian mengetik kata ena ena di google, lalu memelototkan matanya dan memukuli lengan Rey. "Ya ampun Rey... kamu m***m banget sih!" Rey yang terkaget karena tiba-tiba dipukuli Bianca langsung terduduk. "Apasih yang?" Bianca menunjukkan hasil pencariannya di google tentang ena ena. "Dasar m***m!" Rey nyengir kuda lalu memeluk Bianca. "Kita kan udah pacaran yang, masak ga ada bedanya sama pas kita masih temenan?" "Ga ada bedanya gimana? Kamu aja nyosor terus gitu!" "Beda yang..." Sambil meluk Bianca, Rey menciumi leher Bianca. Bianca merasakan sensasi aneh dengan d**a yang berdesir-desir saat Rey menciumi lehernya lembut. "Tapi aku ga maksa kamu kok!" "Tunggu kamu siap." Rey melanjutkan ciumannya dengan hisapan yang meninggalkan tanda kemerahan di leher Bianca. Bianca memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Mencoba menikmati sensasi yang baru pertama ia rasakan. Tanpa sadar Bianca mendesah saat tangan Rey meremas payudaranya. Rey melepas bibirnya dari leher Bianca untuk menatap mata sayu Bianca. Rey melepas bajunya dan menidurkan Bianca kemudian menindihnya. Bibir Rey melumat mulut Bianca dengan lembut, lalu memasukkan lidahnya kemulut Bianca. Erangan keluar dari mulut Rey saat Bianca melengkungkan badannya memberi ruang ketika tangan Rey merayap ke punggung Bianca untuk membuka kaitan bra yang ada di punggung Bianca. Rey menaikkan kaos yang dipakai Bianca lalu menurunkan branya ke perut Bianca. Sambil menciumi bibir Bianca, tangan Rey bergerak meremas dan memilin p****g p******a Bianca. Saat Rey mau menurunkan celana panjang Bianca. Tangan Rey ditahan oleh Bianca. "Rey....." "Hmmm..." "Aku....halangan." Rey mengusap wajahnya kasar lalu menempelkan dahinya ke dahi Bianca. "Maaf Rey, aku baru inget." Ucap Bianca merasa bersalah. "Gak papa sayang, bisa lain kali." Lalu Rey mengecuo bibir Bianca lembut. "I love you Bianca!" "I love you too Rey!" -bersambung-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD