BAB 8

1097 Words
Bianca berdiri di depan kamar Rey mencoba membuka pintu kamar Rey. "Ish kok dikunci siiih?" Tok tok tok "Reeeeey.." Bianca mengetuk kamar Rey dan belum ada tanda-tanda Rey bangun. Tok tok tok tok tok tok tok tok tok Bianca terus mengetuk pintu kamar Rey dan kemudian terdengar suara pintu terbuka. Bianca syok melihat pemandangan didepannya kemudian tersadar dan berteriak. "Aaaaaaaaa.... "teriak Bianca sambil menutup mata masih nerdiri di depan kamar Rey yang mendapati Rey membuka pintu hanya memakai celana boxer pendek tanpa memakai baju. "Berisik Bi... apaan sih lo teriak-teriak pagi-pagi gini?" Kesal Rey kepada Bianca karena mengganggunya pagi-pagi di hari Minggunya. "Habis lo ga pake baju, buruan pake!" Perintah Bianca masih menutup mata sambil masuk kedalam kamar Rey. "Aelaaaah Bi, apaan sih lo? biasanya juga sering lo liat gua ginian doang. Napsu lo liat gua top less? Ha ha ha." Goda Rey kepada Bianca sambil mengambil asal kaos yang ada dilemari kemudian memakainya. "Bedalah Rey dulu kan gue masih kecil badan lo ga kayak sekarang. Sekarang badan lo....." Tiba-tiba Bianca menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menggeleng. Rey yang melihat itu kemudian berniat menggoda Bianca. "Tuh knapa muka lo merah?" Goda Rey saat melihat muka Bianca memerah. "Bodo ah, bahas yang lain ajah!" Perintah Bianca menutupi rasa malunya. Rey tertawa kemudian berjalan ke arah ranjangnya berniat melanjutkan tidurnya yang terganggu, kemudian Rey merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi tengkurap dengan kepala diatas bantal dan tangan kiri dibawah bantal sedangkan tangan kanan diatas bantal dengan posisi memeluk bantal. Bianca kemudian menyusul Rey tiduran dan menjadikan punggung Rey sebagai bantalnya. "Rey..." Panggil Bianca. "Hmmm...." Jawab Rey malas. "Emang semua cowok kalo pacaran kayak lo gitu ya Rey?" Tanya Bianca. Rey langsung membuka matanya tetapi tidak merubah posisi tidurnya. "Maksud lo?" "Gue kan dulu baca chat lo ma cewek-cewek lo isinya lo tau sendiri kan? Cowok tu emang m***m semua ya Rey?" Lanjut Bianca. Rey yang mendengar itu kemudian langsung terduduk menghadap Bianca. "Tommy ngapain lo?" Tanya Rey panik. Bianca yang menjadikan punggung Rey bantal kepalanya terjatuh di kasur saat tiba-tiba Rey bergerak bangun. "Aduuuuh kepala gue, pelan-pelan dong Rey." Omel Bianca. "Jawab Bi, Tommy ngapain lo?" Tanya Rey mulai emosi. "Tommy ga ngapa-ngapain gue kok." Jawab Bianca. "Trus knapa lo ngomong gitu?" Tanya Rey menyelidik. "Temen gue Abel baru aja jadian ma cowoknya, trus lehernya banyak tanda merah-merah gitu rey, tu yang dinamain kiss mark ya Rey? Trus Abel cerita kalo pacarnya nyium bibirnya tangannya suka meremas dadanya gitu. Emang rasanya ciuman itu gimana sih Rey?" Tanya Bianca polos. Rey yang mendengar itu merasa horror atas pertanyaan Bianca. "Denger ya Bi, apapun yang temen-temen lo lakuin sama cowoknya, lo ga boleh ikut-ikutan, ngerti? Klo sampe lo nglakuin apa yang temen-temen lo lakuin waktu pacaran ma cowoknya, gue patahin tangan sama kaki cowok lo. NGERTI?" Bianca menelan ludah takut. "Siapa yang mau lakuin itu sih Rey? Kan gue cuman nanya." Jawab Bianca. "Tadi lo nanya gimana rasanya ciuman? Sini gue ajarin." Ucap Rey mulai melakukan aksi mesumnya. "Mau apa lo?" Tanya Bianca mengerutkan alisnya. "Ngajarin lo ciuman lah, sini sama pakarnya." Ucap Rey sambil memonyongkan bibirnya. "Ogaaaaah!" Tolak Bianca kemudian memukul wajah Rey dengan bantal. Buuugh "Auw... kasar banget siiih jadi cewek." Omel Rey lalu menelungkupkan badannya pura-pura ngambeg. "Kayak cewek PMS lo gampang ngambeg ha ha ha." Goda Bianca. "Bodo!!! Gue mo lanjut tidur ini masih pagi, ngantuk! Awas lo ganggu!" Kata Rey mulai memejamkan matanya. "Ish dah siang juga." Kata Bianca manyun. "Eh Rey, lo kalo ciuman ma cewek lo gitu juga ga Rey? Grepe-grepe cewek lo juga? Ya iyalah pastinya pake nanya lagi gue, secara lo kan cowok m***m tingkat dewa." Anna bertanya dan dijawab sendiri olehnya dan Rey hanya diam saja pura-pura tidur. "Suatu saat kalo gue dicium cowok gue trus tangan cowok gue grepe-grepein gue, gue musti gimana Rey? Diem aja apa gimana?" Tanya Anna pada Rey. Rey yang mendengar itu sekali lagi langsung terbangun dan duduk menghadap Bianca. "Kalo sampe cowok lo nyium lo, trus grepe-grepein lo, lo harus bilang ke gue, bakalan gue rontokin gigi-gigi tu cowok, trus gue patahin kedua tangannya, habis itu gue ancurin mukanya. Dan kalo lo digituin lo diem aja gue perkosa lo. Ngerti?" Jawab Rey mulai emosi. Bianca menelan ludahnya dan mengerjapkan matanya beberapa kali syok mendengar jawaban Rey. "Rey... lo kok serem banget sih? Gue kan cuman nanya doang, gue cuman penasaran, habisnya lo ga pernah bolehin gue pacaran." "Ngerti ga apa yang gue bilang?" Ulang Rey masih dengan nada marah. "Iya...." Jawab Bianca pelan. "Dah gue mo lanjut tidur, ga usah lagi bahas-bahas hal ginian, ngerti?" Kata Rey ketus. "Iyaaaaa..." Jawab Bianca trus keluar dari kamar Rey kemudian menghampiri Rena yang sedang memasak di dapur. ***** "Kenapa mukanya manyun gitu?" Tanya Rena saat melihat Bianca masuk ke dapur dengan muka manyun. "Rey nyebelin tan. Ngomel-ngomel muluk." Adu Bianca ke Rena. Rena tersenyum kepada Bianca, "Kamu yang sabar ya sama Rey." "Eh gimana? Kamu dah ngomong sama Rey?" "Emmm.... Rey nya ga mau tante. Trus malah marah-marah sama Bian." Jawab Bianca. "Gitu ya...? Eh sayang, kamu kenal ga sama pacar Rey?" Tanya Rena. "Rey ga pernah ngenalin pacar-pacarnya sama Bian tante. Pernah sih Bian minta dikenalin tapi Rey nya ga ngebolehin." Jawab Bian sambil mengangkat kedua bahunya. "Kalo kamu aja ga berhasil ngebujuk Rey apalagi tante, trus gimana dong?" Tanya Rena mulai frustasi. Rey yang baru aja masuk kedapur ga sengaja denger obrolan mamanya dan Bianca, kemudian Rey menyela obrolan mereka. "Udah deh ma, ga usah ngurusin Rey, Rey udah gede ma, mama ga usah nyuruh-nyuruh Bianca buat ngebujuk Rey. Dan elo Bi, sekali lagi gue denger lo nyuruh-nyuruh lagi ke gue buat nikah, gue ga bakalan lagi mau ngomong sama lo!" Bianca yang mendengar Rey marah-marah hanya menunduk diam sesekali melirik ke arah Rey. Kemudian Bianca menatap Rena dengan tatapan takut. "Terserah kamu lah Rey, suka-suka kamu. Ga usah mikirin perasaan mamah. Biarin aja ntar mamah dapet cucu dari Bianca aja, ntar mamah mau ketemu sama Mirna mau minta ijin biar Bianca mama kenalin sama anak temennya mama. Mama mau cariin calon suami buat Bianca. Gimana sayang? Kamu mau kan tante kenalin sama anak temen tante?" Tanya Rena pada Bianca. Bianca yang namanya tiba-tiba dibawa-bawa hanya bisa bengong, bingung menengahi pertengkaran antara ibu dan anak ini. "Hah... gimana tante?" Tanya Bianca bingung. "Ga usah bawa-bawa Bianca deh ma, kalo sampe mama ngelakuin itu, Rey bakalan pukulin anak temennya mamah sampe mukanya ga bisa dikenalin lagi. Rey serius ma." Kata Rey emosi. "Ehem... tante, Rey Bian pulang dulu ya." Kata Bianca mulai merasa ga nyaman diantara pertengkaran Rena dan Rey. "Gue anter." Kata Rey ketus. "Eh ga usah Rey, gue naik ojol aja." Tolak Bianca. "Gue bilang gue anter, lo denger ga sih?" Ucap Rey masih emosi. "I.. iya." Jawab Bianca takut. "Tante Bian pulang dulu ya tan." "Hati-hati ya sayang, maafin tante ya.. bikin kamu ga nyaman hari ini." Kata Rena sedih. "Gak papa kok tante, pulang ya tan." Pamit Bianca sambil mencium punggung tangan Rena kemudian mengikuti Rey yang berjalan keluar rumah menuju mobilnya. -bersambung-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD