3. Penawaran

1107 Words
Alex memutar bola matanya jengah “kita bukan Mafia, kalo mafia kan udah dari tadi tu kamu saya tembak. Sekarang buruan ikut sama saya” kelihatannya stok sabar pria itu sudah mulai menipis. Hani masih lagi tidak bergeming di tempatnya sambil menggigit bibir bawahnya, terlihat sedang memikirkan sesuatu dan seketika wajah cantiknya berubah pias dan matanya auto membulat “Tari!, ini pasti beneran ulah si Vampir” jerit wanita mungil itu tiba-tiba “Hah!” Alex dan Tari memberikan respon yang sama “Han, aduh gimana dong?” Tari sangat tahu sekarang sahabatnya itu di dalam masalah malah masalahnya bukan masalah sepele. “Nona Hani, apa nona pengen menggoda saya dengan menggigit bibir seperti itu? Lalu siapa si Vampir yang kalian maksudkan?” tanya Alex dengan tatapan penuh selidik “Duh, pak! Jadi cowok jangan pede banget deh. Siapa juga yang mau goda bapak. Ya udah saya ikut bapak sekarang. Awas ya kalo sampe saya kenapa-napa, biar pun saya harus jadi hantu juga saya tetep gangguin bapak” ancam Hani yang sudah memantapkan hatinya untuk mengikuti para pria di depannya sebelum bulldozer tiba untuk merata kan kostan tempat mereka sekarang. “Hani, lo udah gila ya” Tari tidak percaya dengan keputusan temannya “Tar.. udah gak papa. Aku harus tanggungjawab kok sama kesalahan yang aku perbuat. Doain aku ya” ucap Hani kemudian melangkah pergi meninggalkan sahabatnya yang masih lagi bengong di tempatnya berdiri. *** Krik! Krik! Hani kini berada di ruangan yang di dalamnya terdapat seorang pria yang sedang menatapnya dengan tajam seolah sedang menguliti wanita mungil itu. “jadi kamu yang udah jadiin foto saya sebagai cover depan buku kamu iya?” tanya Abi dengan senyuman devilnya. Hani mengangkat wajahnya dan dengan berani membalas tatapan pria di depannya “ iya saya mengaku dan saya udah ganti covernya. Kalo anda tidak percaya silakan aja di cek ulang” bicara Hani dengan tenang seolah tidak terintimidasi dengan tatapan setajam silet yang di layangkan Abi. “Ck! Berani sekali anda menggunakan foto saya tanpa ijin dari saya” “Saya hanya mencari beberapa foto di aplikasi X. secara kebetulan foto anda sangat sesuai sama tema cerita saya SANG CEO YANG ARROGANT makanya saya unduh aja. Kalo mau di salahkan toh semua juga pada nyari foto di sana.” Sekali lagi jawapan Hani membuat Abi menelan ludahnya kasar. “Saya tau kok saya sudah membuat pelanggaran, makanya saya berani datang ke mari bersama anak buah anda. Silahkan sahaja anda sebutin berapa kompensasi yang harus saya bayar. Saya berjanji akan membayarnya biar pun harus nyicil” entah setan lokal mana yang sudah merasuki Hani sehingga mempunyai nyali yang begitu gede ngomong seperti itu di hadapan seorang billionair yang memegang aset di dalam mau pun di luar negeri itu. Abi tertawa lepas. Sangat unik sekali wanita di hadapannya sekarang ini “kamu mampu untuk membayarnya seandainya saya memberitahukan anda harga sebuah foto saya yang sudah anda pake di cover buku anda?” nada Abi sedikit menurun “saya mungkin orang miskin, tapi saya masih punya kaki dan tangan yang bisa membantu saya mendapatkan uang” Prok! Prok! Abi bertepuk tangan, jujur dalam hatinya Abi mengagumi cara Hani menjawab setiap pertanyaannya malah wanita itu tidak minta untuk di kasihani, sanggup bertanggungjawab untuk pelanggaran yang di buatnya tanpa sengaja. “Nice! Kita liat aja nanti” sisi devilnya mulai mengusai akal sehat Abi “siapa namamu?” tanya Abi “Hani syakila” jawab Hani lugas “Baik, mulai besok kamu akan menjadi personal Asissten saya dan waktu kerja adalah dari sebelum matahari terbit sampe saya tertidur. Anggap sahaja kamu lagi melunasi hutang kamu sama saya” ucap Abi penuh penekanan. “Ya!” jerit Hani dengan nyaring sehingga menyebabkan Abi dan juga Alex turut terjengkit kaget “Ngapain juga gue harus jadi asisstennya lo. Emang lo siapa seenak udelnya ngatur-ngatur hidup gue” Hani sudah mulai tersulut emosi dan bahasanya juga berubah drastis. “Ya karna lo udah pake foto gue tanpa ijin dan sekarang lo juga harus tanggungjawab kan, atau lo mau gue laporin aja lo ke polisi?” Abi juga mulai bangkit dari duduknya “Laporin aja, emang lo pikir gue takut apa. Paling Cuman mendekam di balik jeruji besi. Lebih baik daripada gue harus ngeliat muka jelek lo setiap hari” tunjuk Hani tepat di depan hidungnya Abi Pria itu terperangah. Selama dua puluh sembilan tahun hidupnya baru kali ini ada cewek yang ngatain dia jelek, harga dirinya terkoyak. Malah wanita itu juga tidak takut kalo harus mendekam di penjara. “Baik!” Abi menatap nyalang ke arah wanita mungil itu “Alex!” panggilnya kemudian “Tuan” Alex datang lebih dekat menanti perintah selanjutnya “Sekarang juga kamu kirimkan dua bulldozer buat ratain tu kostannya Bu Farida, sekarang!” jerit Abi penuh penekanan. Hani kelabakan dan mukanya memucat “jangan!” jeritnya yang berusaha menahan bulir bening daripada lolos begitu sahaja. “Kenapa hmm? Kamu udah ubah fikiran kamu?” pancing Abi yang suka melihat wajah Hani saat ini sudah pasrah akan nasibnya. “Iya, saya akan bekerja. Tapi tolong jangan ganggu kostan Bu Farida. Mereka gak salah” pinta Hani lemas. Abi akhirnya menunjukkan seringai kemenangannya, “mudahkan? Kenapa nggak dari tadi aja kamu setuju sama aturan saya.” “Kalo begitu saya permisi” ucap Hani yang ingin segera keluar dari ruangan yang menempatkan iblis berwajah tampan itu. “Kata siapa kamu boleh pergi?” Abi tau-taunya sudah berdiri di belakang Hani dan mencekal pergelangan wanita itu. Hani membalikkan badannya menatap pria di depannya “lalu sekarang apa?” “Saya yang anterin kamu pulang” “Gak usah, saya gak mau nyusahin dan saya bisa pulang pake taxi aja” tolak Hani yang mulai berusaha menerima kondisinya saat ini. “gak ada bantahan” putus Abi dan dengan sigapnya pria itu menautkan jemari mereka dan membawa wanita itu keluar dari ruangannya. Di luar para karyawannya di buat terperangah melihat tuannya sedang menggandeng tangan seorang wanita cantik dan baru pertama kalinya juga datang ke kantor itu. “Kalian udah gak sayang sama posisi kalian di sini iya?” sindir Abi tanpa menoleh ke arah beberapa karyawan yang terlihat kepo membuat mereka langsung bubar. “Lepasin!” Hani berusaha menarik kembali jemarinya dari genggaman pria itu “Diam Hani, nurut!” perintah Abi lagi lalu keduanya langsung menuju ke basement dan setelah mendudukkan wanita itu di dalam mobilnya. Abi juga masuk di bagian pengemudi “tunjukin saya arahnya” Hani memutar bola matanya “anda orang hebat pasti bisa nyari sendiri kan kostannya Bu Farida” tantang Hani. Abi mulai mengeluarkan smirknya “ternyata bermain-main dengan macan kecil ini bikin aku seneng” batin Abi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD