Malam semakin larut saat Said memarkir mobilnya di depan kontrakan. Ia menarik napas panjang sebelum keluar dari kendaraan. Dalam hati, ia tahu Salwa tidak ingin Ahmad tahu, tapi sebagai kakak sekaligus saudara ipar, ia merasa berkewajiban untuk memberitahu kebenaran. Ini bukan hanya tentang menjaga perasaan Salwa, tapi juga tentang keselamatan dan keadilan. Said membuka pintu kontrakan. Kemudian mengetuk pintu kamar Ahmad. "Buka aja!" Karena Ahmad malas berjalan. Ia memang belum sembuh-sembuh amat. Jadi belum mau bergerak terlalu banyak. Seharian ini ya pusing dengan pekerjaan. Wajah Ahmad terlihat kelelahan, tapi begitu melihat Said berdiri di ambang pintu dengan raut serius, ia langsung waspada. “Ada apa?” Ia tentu saja heran dengan raut wajahnya ini. Makanya, ia bertanya. Said m

