Bab. 2. Kiara Tahu Perasaan Senja.

1087 Words
"Kakak mencintai Bang Kalvian?" tanya Kiara dengan suara bergetar. Kiara tak mendapatkan jawaban, gadis itu hanya mendengar isak tangis yang tertahan. "Kak, menangislah! Aku tak akan melarangmu jatuh cinta kepada Abang." Kiara memeluk tubuh Senja dari belakang. Keduanya menangis bersama di dalam kamar hotel. Kiara bisa merasakan betapa hancurnya hati Senja saat melihat lelaki yang dia cinta bersanding dengan perempuan lain. Menit demi menit berlalu, Senja menghentikan tangisnya. Kepalanya semakin sakit karena terlalu lama menangis. Kiara mengambil tempat di sisi Senja. Hingga keduanya saling berhadapan. "Key ...!" Senja memanggil lirih menatap wajah cantik adiknya. "Iya, Kak!" Kiara menatap dengan senyum tipis kepada Senja. "Aku minta maaf, karena telah lancang jatuh cinta kepada Abang. Harusnya, aku tahu diri. Aku sudah dibesarkan dan mendapatkan kasih sayang dari keluargamu. Dan malah berani menaruh perasaan yang bukan semestinya," ucap Senja dengan sendu. Kiara menangis, dia memang belum pernah merasakan jatuh cinta, namun mendengar semua kisah kakak angkatnya, dia ikut merasakan kesedihan karena cintanya bertepuk sebelah tangan. "Sejak kapan Kak Senja merasakan cinta ini?" tanya Kiara sambil menghapus air matanya. Senja merubah posisi tidurnya menjadi terlentang, hembusan nafas berat keluar dari bibirnya. "Aku merasakan perasaan aneh saat berdekatan dengan Abang itu, sejak masuk SMP. Aku pikir hal lumrah. Nyatanya aku tidak merasakan berdebar, gugup dan tersipu dengan teman lelaki lain. Kalau dengan Abang, dia memujiku saja dari hal kecil, aku sudah sangat senang." "Memperhatikan senyum dan tawanya, aku merasa bahagia. Ingin terus berdekatan dengannya. Tanpa rasa malu, aku malah jatuh hati padanya. Dan Abang Kalvian hanya menganggapku sebagai adik." "Kiara ...." Panggil Senja kepada adiknya. Kiara menoleh, "Apa, Kak?" "Apa kau tahu kalau aku sudah pernah mengungkapkan perasaan cintaku pada Abang?" Senja menoleh ke Kiara dengan air mata leleh. Kiara menatap dengan tatapan keget. Karena Senja sangat pintar menutup rapat masalah pribadinya. "Benarkah, Kak? Kapan?" tanya Kiara penuh keingintahuan. "Saat aku ulang tahun yang ke sembilan belas. Seperti yang sudah-sudah, Abang menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun. Saat itulah aku gunakan kesempatan untuk mengungkapkan perasaanku." "Aku tidak mendapatkan jawaban yang menyenangkan, melainkan sebuah tawa dan pelukan hangat. Sejak saat itu, aku menyimpan semua cinta ini sendiri. Hingga hari ini, kamu mengetahui semuanya, Kiara," jelas Senja. Kiara tak bisa berkata apa pun, bibirnya terasa kelu karena kebenaran yang baru saja dia dengar. Hanya suara isak tangis yang membuat Kiara semakin tersayat merasakan sakit juga kecewanya seorang Senja. "Kakak, jangan menangis lagi. Abang baru bertunangan, bukan menikah, Kak. Masih ada waktu untuk Kakak mengungkapkan kembali rasa cinta yang terpendam itu," ucap Kiara. Senja hanya mengusap air matanya, wanita itu paham akan keadaan Kiara yang belum pernah jatuh cinta. Bahkan, belum pernah paham apa akibat dari kenekatan Senja mengungkapkan rasa cintanya. Akan ada banyak luka dan air mata. Bahkan, Senja akan dicap anak tak tahu diri karena lancang jatuh cinta kepada kakak angkatnya. "Iya. Jika berjodoh semua akan indah pada waktunya. Hanya saja, aku tak akan egois, Key! Akan ada banyak orang terluka akibat rasa cintaku pada Abang. Jadi, aku mohon padamu, agar kamu menyembunyikan semua ini dari siapa pun," jawab Senja dengan tatapan memohon. "Baik, Kak. Aku janji, tidak akan bicara kepada siapa pun. Rahasia ini hanya aku dan Kakak saja," ucap Kiara menenangkan. Senja tersenyum tipis, dengan sisa-sisa air mata yang mulai mengering di pipinya. "Sekarang istirahatlah, Kak!" Senja mencoba memejamkan mata. Berharap kesadarannya mulai hilang, agar dia bisa menghadapi kenyataan hancurnya hati karena keputusan Kalvian untuk meminang wanita pilihannya. "Dia tertidur. Kenapa sejak kecil hidupmu selalu penuh cobaan, Kak. Kehilangan orang yang kamu sayangi, seolah menjadi sesuatu yang tak bisa kamu hindari," gumam Kiara menatap sendu ke arah Senja yang terlelap damai. * Sedangkan di ballroom hotel, Alvaro dan Kinan tidak terlalu fokus pada acara. Karena mereka berdua kepikiran dengan keadaan Senja. Namun keduanya bisa menutupi semua rasa tidak nyaman itu hingga akhir acara. Keputusan dari ke dua keluarga, penetapan tanggal pernikahan akan digelar enam bulan dari sekarang. Kedua calon pengantin merasa senang karena tinggal selangkah lagi menuju peresmian cinta yang sudah lama terjalin. Mata Kalvian sesekali mengedar ke seluruh ruangan, mencari sosok yang sejak tadi tidak terlihat. 'Kiara dan Senja kemana? Kenapa sejak tadi keduanya tidak terlihat?' tanya Kalvian dalam hati. Sebenarnya, acara pertunangan bisa diadakan di kediaman Vira. Hanya saja, karena keduanya keluarga terpandang dan mempunyai keluarga juga kerabat yang banyak, akhirnya keduanya memilih hotel sebagai tempat acara pertunangan. "Kamu akan pulang atau istirahat di hotel, Yang?" tanya Vira kepada Kalvian. "Aku lihat sikon saja dulu. Karena ini masih sore, mungkin aku memilih pulang saja," jawab Kalvian. "Baiklah, aku juga hanya akan ganti terus pulang," ucap Vira. "Ya, sudah sana kamu duluan saja. Aku akan bertemu Mama dulu. Soalnya sejak tadi, aku tidak melihat kedua adikku." Vira mengangguk, "Aku duluan ya?" Setelah Vira melangkah pergi, lelaki tampan itu mendekat ke arah Mamanya. "Ma, Kiara dan Senja kemana?" tanya Kalvian. "Adik kamu ada di kamarnya. Senja sakit, badannya panas, jadi Mama suruh istirahat," jawab Kinan. "Sakit? Bukankah, tadi masih baik-baik saja?" Kalvian merasa tak percaya. "Lihat saja di kamarnya! Kalau panasnya masih tinggi bawa ke rumah sakit saja!" titah Kinan. Kalvian langsung berjalan cepat meninggalkan Kinan. "Anak itu, malah langsung kabur," gumam Kinan menggelengkan kepala." * Kalvian hanya diam memandang ke arah ranjang di mana Senja sedang terbaring dengan mata terpejam. Kiara menempelkan jarinya memberi isyarat agar tidak berisik. Hembusan nafas terdengar keluar dari bibir Kalvian. Tanpa memperdulikan Kiara, Kalvian mulai mendekat menempelkan punggung tangannya ke kening Senja. "Panas banget," gumam Kalvian menatap khawatir wajah pucat Senja. "Iya, Bang. Makanya aku bilang jangan berisik!" Kiara menatap kesal ke arah Kalvian. "Apa dia sudah minum obat?" tanya Kalvian. Kiara menggeleng sebagai jawaban. "Kenapa tidak minta obat kepada pihak hotel? Setidaknya panggil dokter, Dek!" "Di bawah ada acara kamu, Bang. Nanti malah bikin ribut suasana. Makanya Kak Senja milih tidur aja dulu," jelas Kiara. "Kenapa kalian malah ribut?" tanya Kinan yang datang bersama suaminya. "Abang tuh, Mah! Datang marah-marah," jawab Kiara kesal. "Kalvian, kita bawa pulang saja, Papa sudah telepon dokter keluarga biar di periksa kesehatan Senja," titah Alvaro. Kalvian mulai menyingkap selimut kemudian menggendong Senja untuk di bawa pulang. "Kamu ikut Abang pulang duluan saja, Key! Biar Mama dan Papa urus barang penting kita dulu baru nyusul pulang. Suruh Bibi bikinin bubur buat Kak Senja, ya!" titah Kinan. "Iya, Mah!" Kalvian menatap penuh kecemasan kepada Senja. Adiknya ini jarang sekali sakit. Terbilang punya daya tahan tubuh yang kuat. Namun di saat hari bahagianya, wanita cantik ini malah tidak berdaya dan tidak ikut merasakan kebahagiaan yang ada. 'Apakah ada yang kamu pikirkan, hingga kamu jatuh sakit?' tanya Kalvian dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD