Mulai Berontak

768 Words
"Mbak, buatin aku mie goreng dong, pake cabe satu ya!" ucap Selfi memerintah. "Ibu juga buatin sekalian Lan! Yang kuah ya. Nggak pakai lama." Ibu mertuaku pun tak mau kalah dengan anak perempuannya. Langsung saja aku membuatkan pesanan mereka, tapi kali ini aku akan membuatkan mie yang spesial untuk merek berdua. Setelah mie siap, aku pun mengantar ke ruang tamu, tempat dimana mereka berdua sedang duduk santai sedang memainkan ponsel. Kuletakkan makanan itu diatas meja lengkap dengan dua gelas teh hangat, kemudian aku masuk lagi untuk mengambil kunci motor yang ada di atas kulkas.  "Wulannnn! Mie apa ini? Kamu mau membunuh kami?!" Teriak Ibu mertua yang diikuti oleh Selfi. "Sudah pedas, asin banget lagi!!" Selfi tak kalah keras teriakannya. Aku menghampiri mereka ke ruang tamu, sambil menahan tawa. "Aduh maaf banget ya, mungkin tadi aku lupa masukin bumbu. Cepat minum teh hangatnya biar rasa pedasnya hilang Bu, Sel," perintahku pada mereka. Mereka pun langsung mengambil gelas masing-masing, namun seketika mereka kembali berteriak sambil terbatuk. "Benar-benar kurang ajar kamu ya Wulan!!" kata Ibu mertuaku sambil berjalan menuju kulkas, yang diikuti oleh Selfi. Aku yang melihat kejadian itu, tertawa terbahak-bahak. Sungguh lucu tingkah mereka, setelah mencoba mie dan teh hangat yang telah kucampur dengan setengah kilo cabe dan satu bungkus garam. Rasain! "Dasar kamu memantu durhaka! Akan kuadukan pada Johan nanti!" Mertuaku itu terus saja mengomel sambil mulutnya terus mendesis kepedasan, sama halnya dengan Selfi. "Aduin saja Bu, aku nggak takut tuh. Ingat ya kalian itu cuma numpang di sini, jangan sok berkuasa. Sudah tinggal dan makan gratis masih saja sok! Mulai sekarang aku tak mau lagi jadi pembantu kalian, mau makan ya masak aja sendiri! Dan satu lagi, aku tak akan memberi sepeser uangpun pada kalian!" Kulangkahkan kaki ke depan meninggalkan mereka berdua yang masih bengong dan mungkin heran dengan jawaban yang baru saja kuberikan. Segera kunaiki motor dan memakai hwlm, tujuanku kali ini adalah pangkalan ojek Mas Johan. "Eh, Mbak Wulan mau kemana sih? Sembarangan saja pakai motor! Mau kupakai main nih!" ucap Selfi di depan pintu. "Suka-suka akulah, kan ini motorku! Ingat ya Sel, mulai hari ini motor ini tak boleh dipakai siapapun kecuali aku!" "Terus aku kalau kuliah dan main gimana? Lagian ya STNK nya 'kan masih ada padaku, hehehe" Selfi tersenyum jahat. "Kata siapa ada padamu? Nih lihat sekarang sudah ku pegang! Terserah kamu lah, mau ngampus naik bis atau jalan kaki, emang gua pikirin!" "Hiihhh dasar pelit! Jadi Mbak Wulan sudah berani mengambil STNK itu dari tasku ya?" "Ya iya lah. Toh yang kuambil juga barang pribadiku kok. Kamu saja yang gak tau malu! Udah ah aku mau pergi dulu! Ingat nanti kalau aku pulang kerumah, tak boleh ada piring kotor di dapur, semau wajib bersih! Dah Selfi cantik," ucapku berlalu sambil melambai ke arahnya. Terlihat dia sangat kesal dengan semua ucapanku tadi. Kutancap gas menuju tempat tongkrongan Mas Johan dan sesama tukang ojek online lainnya. Jangan tanya dari mana aku tahu tempat pangkalan itu? Ya karena aku sudah sering melewatinya, kebetulan searah dengan tempat kerjaku. Kutaruh motor di pinggir jalan, dan turun ke warung kopi yang jadi pangkalan itu. Hanya ada seorang penarik ojek di sini yang sedang makan. Lalu di mana suamiku? Sedangkan motornya saja terparkir di sini. "Mas, lihat Johan nggak?," tanyaku pada pria yang sedang makan tadi. "Mbak ini siapa?," jawabnya sembari makan. "Temannya Mas, aku punya pekerjaan untuk Johan."  Terpaksa aku bohong, karena jika tau aku istri Johan, pasti pria ini tak akan memberitahuku.  "Tuh, di dalam sana. Biasa jam segini dia lagi pacaran," katanya sembari menunjuk ruang tamu di rumah penjual kopi itu. Aku pun langsung masuk kedalam, dan pemandangan di depanku benar-benar di luar akal sehat. Johan dan selingkuhannya sedang b******u mesra di atas kursi. Spontan ku lempar helm yang dari tadi kupegang.  BRAKK Dam sontak mengenai tubuh mereka. "Aww sakit! Apaan sih ini?!"  Perempuan itu memekik sambil memegang kepalanya yang terkena lemparan helm. "Sakit?! Dasar pelakor tak tahu malu kamu, bermesraan dengan suami orang!" ucapku. Mendengar suaraku Johan pun langsung kaget. "Wulan?! Ngapain kamu di sini?"  "Ngapain kamu bilang?! Justru aku yang harusnya tanya, ngapain kamu di sini dengan perempuan ini?! Ini kan selingkuhanmu?!" Plakkk Sebuah tamparan dilayangkan Johan ke pipi kiriku. Sakit. "Pergi dari sini sekarang juga! Ini bukan urusanmu!" "Ini urusanku, karena kita masih sah menjadi suami istri! Hey kamu pelakor! Dimana harga dirimu?!"  Aku mendekatin perempuan itu, geram rasanya melihat dia yang dari tadi mengengam tangan suamiku. "Mau ngapain kamu?! Cepat pergi dari sini sekarang juga! Atau akan ku ceraikan kamu!" ancam Johan. "Silahkan ceraikan aku sekarang juga! Aku tak takut menjadi janda! Bahkan hidupku akan lebih bahagia jika jauh dari parasit sepertimu!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD