2 | Tawaran Gila

1346 Words
♥●♥●♥ Kinara baru saja tiba di salah satu cafe tersohor ditengah kota Rembang. Semalam Moko memberitahunya perihal tawaran pekerjaan dari Ajisaka. Iya Ajisaka yang itu, pemilik toko Wardhana yang dua bulan lalu mengundangnya bernyanyi di acara pembukaan cabang terbarunya. Setelah memastikan motor yang dipinjamnya dari Puspa sudah terparkir dengan benar, gadis itu segera masuk ke dalam cafe yang bernama Teracota itu. Seketika aroma gurih, manis bahkan aroma kopi sangrai terasa kental disini. Kinara melirik jam yang melingkar ditangan kanannya. Ia terlambat sepuluh menit dari waktu yang sudah ditentukan. Namun beberapa kali ia menoleh kanan dan kiri mencari sosok Ajisaka, tetap nihil hasilnya. Gadis itu akhirnya memilih duduk di sebelah jendela kaca yang menampilkan suasana ramainya pusat kota di jam kerja seperti ini. "Kinkin, sudah lama? Sorry terlambat, biasa.. macet jam makan siang" Ajisaka menepuk pundaknya pelan, membuat Kinara menoleh seketika. Pria tinggi itu lantas tersenyum ramah dan duduk dihadapan gadis manis dengan rambut sebahu itu. "Eh pak... nggak kok, saya juga baru datang" jawabnya gelagapan. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Berharap raut gelisah diwajahnya menghilang sebelum disadari lawan bicaranya. Hingga seorang waiters dengan rambut kuncir kuda menghampiri mereka dan memberikan beberapa pilihan menu. Ajisaka mengambil alih dan segera memesan makanan ringan untuk mereka berdua. "Mau pesan apa Kin?" Ajisaka memecah keheningan "Hmm...terserah bapak, saya ngikut" Ajisaka saka hanya mengangguk dan tersenyum tipis mendengar nada gugup dalam suara gadis itu. "Suka pedas?" "Iya pak" "Kalo manis?" "Nggih suka juga" "Spaghetti mau?" "Nggih (*iya), boleh" Kinara masih menunduk meskipun Ajisaka selalu menatapnya dengan intens "Kami pesan Matcha Frost, Cafe latte , Spaghetti bolognese, Beef bulgogi, dan pisang lumer masing-masing satu ya" Ajisaka menutup buku menu dan mengembalikan pada waitress itu. "Baik, silahkan ditunggu" pamitnya dengan mengangguk sopan. Begitu waitress tersebut menghilang dibalik sekat bambu yang menjadi pembatas area pengunjung cafe dengan dapur bersih, keheningan kembali melingkupi mereka berdua. Kinara beberapa kali melempar pandangannya keluar jendela. Sedangkan Ajisaka mengeluarkan ponselnya untuk sekedar melihat pesan-pesan dari supplier tokonya. Pria jangkung itupun gugup sebenarnya, namun ia pandai menutupi dengan senyum khas yang selalu melengkung dibibir tipisnya. "Kamu, apa kabar Kinkin?" akhirnya lolos juga pertanyaan dari seorang Ajisaka Wardhana. "Alhamdulillaah baik pak, njenengan gimana kabarnya?" gadis itu mengetuk-ngetukkan telunjuknya dipinggiran meja untuk menutupi debaran jantungnya yang seketika riuh tak sopan. Kinkin? lucu juga panggilannya. "Baik juga" ibu jari dan telunjuk kiri pira itu mengelus janggutnya sambil menatap tajam gadis yang masih merunduk didepannya. "Leher kamu sakit?" tanya Ajisaka lagi "Hah? Eng.. enggak kok pak" Ayesha sontak menegakkan ounggunya sambil mengusap tengkuknya nya pelan. "Nunduk terus, saya kira sakit" seru Ajisaka lagi "Mboten (*tidak), pak..hmm..sebenarnya ada perlu apa ya pak? sampai harus bertemu langsung seperti ini. Kalau soal pekerjaan biasanya langsung ke mas Moko" tanya Gadis berlesung pipi itu takut-takut. "Saya lapar sekali Kin, boleh kita makan dulu?" Ajisaka balik bertanya tepat ketika waitress tadi mengantarkan pesanan mereka. "Ah, iya pak" Kinara mengangguk-angguk mengerti. Ia paham ini jam makan siang, lewat sedikit bahkan. Wajar jika pria pekerja formal seperti Ajisaka memang merasakan letih berujung lapar. Dengan gerakan perlahan Kinara mengangkat potongan paprika merah yang menjadi hiasan ditepian spaghetti hingga ke pinggiran piringnya. Ajisaka yang mengamatinya sekilas, menghentikan gerakan tangannya yang hampir mengangkat sendok berisi daging sirloin dari bulgoginya. “Kamu gak suka pedas?” tanyanya lagi dengan dari berkerut. Kinara menyengir pasrah “Saya sudah bilang suka tadi, hanya saja...” gadis itu menatap Ajisaka sekilas “Saya benci paprika Pak. Rasa manis pedasnya aneh, lebih greget cabai rawit biasa” ia mengangkat bahu mencoba acuh dengan perhatian kecil Ajisaka. “Bisa gak, gak panggil saya bapak. Saya belum setua itu untuk punya anak seumuran kamu Kinkin.” “hah?a-apa..gimana pak?” Kinara tergeragap “Jangan panggil pak yah?” mintanya lagi dengan nada tulus “Terus?” “Mas mungkin?” Ajisaka melanjutnya mengunyah potongan dagingnya. “Aahh.. begitu maksudnya.” Kinara memilih menunduk saja daripada menatap mata teduh dihadapannya. Sepertinya ada yang salah dalam percakapan ini. Tapi Kinara belum menyadari apa itu. Gadis itu hanya bisa menarik napas dan menghembuskannya panjang, batinnya berkecamuk. Namun mulutnya tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Pikirnya berkelana sesaat, memperhatikan penampilan Ajisaka yang kali ini duduk dihadapannya nampak begitu berbeda dengan pria yang ditemuinya beberapa waktu lalu. Yang kali ini lebih santai, tak seformal sebelumnya, bahkan tidak ada lagi nada canggung dalam suaranya. “Sudah selesai?” tanya Ajisaka beberapa menit kemudian, setelah Ayesha menepikan piring kosongnya. “Hmm...” lagi-lagi Kinara hanya mengangguk, sambil membersihkan tepian bibirnya dengan dua helai tissue. Berharap tak ada sisa-sisa saus bolgonese yang lancang mampir di wajah mulusnya. Bisa-bisa rusak citranya sebagai penyanyi paling digandrungi se-kota Rembang bagian selatan “Kira-kira ada tawaran menyanyi dimana lagi untuk saya Pak? hmm..eh mas maksud saya.” Kinara memberanikan diri untuk bertanya lagi “Aah itu..sebenarnya bukan karena tawaran bernyanyi, saya meminta bertemu denganmu lewat Moko, tapi karena hal pribadi lainnya” “Maksudnya?” kedua alis gadis itu saling mendekat tanda tak paham. “Maaf Kin, saya gak terlalu pandai bertele-tele jika berbicara. Tapi jujur, saya tertarik denganmu sejak pertama kali pertemuan kita di toko Wardhana” Kinara merebahkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia tak bisa meraba kemana arah pembicaraan Ajisaka sebenarnya. Ia bukannya tak tau makna kata ‘tertarik’ yang diucapkan lawan bicaranya itu, hanya saja ia merasa perlu mempertegas semuanya. Dari pada ia terhanyut dengan pemikirannya sendiri. “Dalam konteks?” tanya Kinara tanpa mengalihkan tatapanya. “Tertariknya pria kepada wanita, kepada lawan jenis maksud saya. Layaknya orang dewasa pada umumnya. Itu yang saya rasakan ke kamu Kin, karena itu Moko menyarankan saya untuk bertemu langsung denganmu, karena ini diluar pekerjaannya.” Kepala Kinara mendadak dilanda badai. Makin berkecamuk. Gadis itu sontak medongakkan wajahnya menatap lurus pada sepasang netra kecoklatan milik Ajisaka. Apa ia salah dengar barusan? Pikirannya bergejolak tak karuan. Demi Tuhan? Ajisaka tertarik padanya? Naksir kan ini maksudnya? Seorang pria beristri ini tertarik padanya? Gila..!! “Kinkin?” Ajisaka menjentikkan jarinya didepan wajah gadis yang tiba-tiba diam mematung itu “Are you okay?” tanyanya lagi “Ha-harusnya saya kan yang tanya gitu ke pa-, mas Aji ? 'Are you okay?' atau 'are you insane?' Lebih tepatnya.” nada suara Kinara sedikit meninggi, meskipun terdengar sedikit bergetar. “Saya seratus persen sadar Kin, dan saya gak sedang bercanda kali ini. Saya ada perasaan lebih ke kamu” “Bapak udah beristri loh, ahh...ada anak juga kan? Atau mungkin bapak lupa” Kinara terkekeh geli, gadis itu merotasi bola matanya jengah. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa seorang pria terhormat, berwibawa, berperawakan tenang seperti Ajisaka ternyata bermulut buaya. Yang dengan mudahnya jatuh hati pada gadis yang beberapa kali, ah bukan..yang baru satu kali ia temui. Perasaan kagum yang sebelumnya melingkupi hati Kinara menguap sudah. Ternyata Ajisaka Wardhana, pebisnis muda yang tersohor itu tak sebaik perkiraannya. Kamuflase. "Ada yang salah jika saya sudah beristri?" entah kenapa sepertinya Kinara menjaring nada kecewa pada kalimat Ajisaka yang satu ini. "Tentu saja salah, karena saya tidak berminat menjalin hubungan atau pacaran dengan pria beristri, berpikir kesana pun tidak pernah loh. Dosa!!" dengus Kinara sebal. "Kalau saya ngajak kamu menikah?" katanya kemudian. Ayesha membolakan matanya sempurna. Mencoba mengumpulkan kesadarannya lagi, Kinara mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah meja didepannya. Ditatapnya dengan nyalang Ajisaka yang juga mengunci pandangan pada sepasang netra gelap miliknya. "Ternyata anda cukup gila ya?" desis gadis itu lantas berdiri hendak meninggalkan Ajisaka. Namun sedetik kemudian dirasakan tangan besar yang menahan lengan kirinya. "Saya nggak pernah seserius ini sebelumnya Kin." "Saya juga gak akan pernah segila itu untuk menerima tawaran anda" jawabnya tegas setelah menghentakkan lengannya dari cekalan tangan Ajisaka. Gila saja jika ia sampai menerima tawaran menjadi istri simpanan pria itu. Runtuknya dalam hati lantas berlalu. . . Bersambung yaa.... ( ˘ ³˘)♥ ➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜ Dikit-dikit asal update yaa, pertama kali bawain tema kayak si Echa & Ajisaka ini, berat soalnya buatku..wkwkwkw... kutunggu komenmu ( ˘ ³˘)♥ Jangan lupa follow ** @rinai.hening juga buat info update-update ku yaa... love you all (◠‿◕)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD