Prolog

1202 Words
Rasanya Rengganis enggan beranjak dari kamar ini. Kamar yang hanya didominasi oleh warna hitam dan putih itu terasa lebih nyaman dari pada kamarnya sendiri. Mata Rengganis tidak berpaling sedikit pun dari sosok yang saat ini tengah berdiri di depan cermin lengkap dengan refleksi tubuhnya yang begitu sempurna tanpa celah sedikitpun. Sesekali senyuman terkulum di bibir Rengganis, karena tak sabar akhirnya ia menghampiri pria yang sedang mengenakan jas berwarna putih ke tubuhnya. Rengganis membantu pria yang tak lain adalah kakak kandungnya Reynaldy Mahendra Halim atau yang biasa dia panggil mas Rey untuk mengenakan jasnya, setelahnya Rengganis merapikan kembali di sekitar pundak dan d**a. "Mas Rey ganteng juga ya. Udah siap mas?" "Nis, maafin mas ya!" "Untuk apa mas?" "Mas harus nikah." "Untuk apa minta maaf mas? Aku ikut bahagia lihat Mas Rey menikah dengan perempuan yang mas cintai." "Tapi mas nikah sama Kaluna, Nis. Kaluna Andhara Syahid. Dia kan-," "Ya nggak apa-apa lagi, Mas." Raynaldy berdiri menatap wajah Rengganis, dipeluknya tubuh ramping gadis itu dan dicium dengan sayang puncak kepala adik perempuan satu-satunya. "Yuk ah Mas, semuanya dah pada nungguin di bawah!" Rengganis kebagian tugas membawa rangkaian mahar untuk mempelai wanita, yang berarti nantinya dia berada di barisan paling depan saat memasuki rumah mempelai wanita. Deg! Tiba-tiba jantungnya berdenyut-denyut, sekaligus terasa seperti diremas, hingga menimbulkan rasa sakit yang tak kasat mata. Setelah dirasa sudah siap, semua menuju mobil masing-masing yang telah diparkir di halaman rumah Reynaldy untuk segera menuju rumah pengantin wanita. Rengganis memilih ikut mobil sepupu sekaligus sahabat karibnya semasa sekolah menengah atas. Miranda Suroyo, anak pertama dari Pakde Suroyo, yang merupakan kakak laki-laki dari ibu Rengganis. Miranda dan Rengganis juga tumbuh bersama saat masa remaja. "Nis, nggak nyangka ya mantan calon kakak ipar lo bakal jadi kakak ipar lo abis ini." "Aih, Mira. Lo ini ya. Masih inget aja." "Ciyeee, yang mau reuni sowan ke rumah mantan calon mertua!" "Lah rese'! Nyetir yang bener, Mir!" Miranda hanya mengulum senyum penuh arti, tidak lagi melanjutkan menggoda sepupunya. Matanya kini fokus menatap ke arah depan karena jalanan cukup padat pagi ini. --- Rumah ini tidak asing bagi Rengganis, rumah yang cukup sering dikunjungi gadis itu, dulu. Kira-kira 4 tahun sudah ia tidak pernah berkunjung ke rumah ini lagi. Secara garis besar rumahnya tidak berubah sama sekali. Masih bercat putih dengan pilar besar di beranda depan, hanya saja kebunnya terlihat lebih asri, karena pepohonan yang dulunya tidak terlalu besar kini lebih kelihatan rindang, semakin menambah keasrian rumah ini. Jantung Rengganis kembali berdenyut, selain ketegangan menghadapi prosesi akad nikah kakaknya, ada hal lain yang membuat Rengganis gelisah. Dia pasti akan bertemu dengan laki-laki yang pernah sangat dekat di masa remaja hingga ia menjelang dewasanya. Laki-laki yang membuat indah masa remajanya, membuat hari-harinya saat remaja menjadi penuh warna, tetapi laki-laki itu pula yang membuat Rengganis mengenal satu hal terburuk sepanjang hidupnya yaitu kekecewaan yang begitu mendalam. Dan kini laki-laki itu berada tepat di samping pintu diapit oleh kedua orang tuanya. Matanya menatap tajam ke arah Rengganis. Rengganis menggenggam erat lengan Miranda dan menundukkan kepalanya, enggan bertatap muka dengan laki-laki itu walau hanya sebentar saja. "Kevin Aditya makin ganteng ya, Nis? Makin gagah juga. Hebat loh dia kan Magister Teknik, arsitek berbakat dan namanya sudah diperhitungkan loh di Inggris sana." "Psstt ... berisik deh Mira." Miranda hanya mencebikkan bibir bawahnya, sebagai tanda kesal karena Rengganis mengacuhkan pembicaraannya. "Rengganis sini, kamu jalan di sebelah Ibu!" Ah... ibu Rengganis ini, tidak tahu apa kalau sekarang tangan dan kaki anak perempuannya itu sangat dingin karena rasa gugup melandanya. Tidak tahu apa kalau Rengganis saat ini gelisah, darahnya terus berdesir melewati aliran nadinya. Mulut Rengganis berkomat-kamit entah melafalkan mantra apa, atau mungkin saja dia sedang berdoa. Berdoa apa saja agar tidak terpengaruh terhadap tatapan tajam pria yang dimaksud oleh Miranda tadi. --- Aditya berdiri di antara kedua orang tuanya, menatap tajam ke arah rombongan calon mempelai pria. Di antara beberapa orang yang hadir di sana dia bisa menemukan gadis yang sangat ia rindukan selama 4 tahun ini, gadis yang memberikan warna lain saat masa remajanya, cinta monyet sekaligus cinta pertama bagi Aditya. Namun sayang hatinya mencelus seketika karena gadis itu memilih enggan menatapnya. Padahal kedua manik mata mereka sudah sempat saling bertemu, gadis itu lebih memilih menatap ke segala arah daripada harus melihat wajah Aditya. Nama gadis itu Rengganis. Gadis itu dulu tidak suka berdandan, sekarang justru tampil memukau. Rengganis yang dulu memiliki badan agak kurus di usianya yang masih 17 tahun, sekarang tubuhnya semakin berisi di usianya yang kini sudah 26 tahun. Wajahnya masih tetap sama, tetap manis dengan bola matanya yang bundar, senyum menyenangkan dan tidak membosankan. Rengganis tetap menjadi gadis pujaan Aditya. Gadis yang paling mendominasi ruang hati Aditya. Gadis yang selalu mengisi kekosongan hati Aditya. Gadis yang masih bertahan di kerajaan hati Aditya. Aditya sungguh sangat mencintai gadis yang pernah ia kecewakan cintanya, dulu. --- Sepanjang acara, Rengganis memilih untuk menundukkan kepalanya, karena perasaannya mengatakan bahwa pandangan Aditya tak lepas dari dirinya. Aditya mengawasi setiap gerak-gerik Rengganis. Setiap gadis itu tertawa, Aditya seolah ikut tersenyum. Hingga akhirnya Aditya tak sabar untuk tidak melambaikan tangan kepadanya. Aditya sangat merindukan Rengganisnya, kekasih hatinya, pujaan hatinya itu. Ingin sekali Aditya melesat ke hadapan Rengganis lalu memeluk gadis itu. Namun Aditya tidak senekat itu. "Nis, Kevin dadahin elo tuh!" "Terus? Gue kudu dadah-dadah juga gitu?" "Gue aja kalo gitu!" "Seraaah lo deh!" Miranda tertawa melihat sepupunya itu menekuk muka karena kesal padanya. Rengganis malu. Kelakuan sepupunya itu semakin menambah kadar malunya saat ini. --- Setelah ceramah dan serangkaian acara penting lainnya, sekarang adalah acara ramah tamah keluarga. Rengganis memilih keluar dari rumah dan duduk di sebuah sofa rotan yang berada di beranda samping rumah keluarga Triguna Syahid, orang tua Aditya. Mata Rengganis terpukau pada deretan bunga anggrek bulan di hadapannya. Bunga-bunganya masih tetap tumbuh segar dan sangat cantik. Rengganis tersenyum melihat pemandangan di hadapannya ini. "Masih menjadi spot favorit kamu ya di situ? Sayang banget, Mami sekarang nggak punya partner lagi untuk sharing soal anggrek dan mawar. Luna lebih suka bunga bank dari pada bunga anggrek." Rengganis bergeming mendengar suara lain selain suara kicau burung di atas pohon. Suara yang masih sama sebenarnya seperti 4 tahun yang lalu, tapi entah kenapa sekarang menjadi terdengar lebih maskulin. Rengganis ingin lari, tapi waktunya tidak tepat. Ingin menghindar dan masuk kembali ke dalam adalah sangat tidak mungkin, karena akses untuk kembali ke dalam hanyalah satu pintu saja, di mana laki-laki itu sedang menyandarkan punggungnya di kusen pintu. Rengganis tak menjawab, membuat Aditya gemas dan akhirnya bergerak untuk mendekatinya. "Nis, dipanggil tante Linda. Ada sop buntut kesukaan kamu tuh. Iri gue, mantan camer lo bisa perhatian banget gitu sama lo rahasianya apa, sih, Nis?" ujar Miranda sambil terkekeh. Suara Miranda menggagalkan langkah Aditya yang sudah bergerak beberapa langkah ke arah Rengganis. Akhirnya Aditya memberikan jarak agar Rengganis bisa lewat. Dan saat Rengganis melewatinya, Aditya mencekal lengan Rengganis dan membisikkan sesuatu yang hanya mereka saja yang bisa mendengar. "I really miss you, Mora." Kemudian Aditya melepas pegangannya dengan perasaan tidak rela. Tubuh Rengganis menegang hanya dengan mendengar bisikan Aditya di telinganya. Rengganis melanjutkan langkah untuk masuk ke dalam tanpa menoleh sedikitpun meski hanya menatap sekilas ke arah Aditya. Rengganis takut, hatinya akan goyah dan kembali luluh pada laki-laki yang pernah mengecewakannya, dulu. ---- Salam sayang, ^vee^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD