Boleh Juga Nyali Lo

1500 Words
Alaia mengemasi sepatu milik Erick yang akan dikirim ke Belanda, lalu memasukkannya ke dalam sebuah kardus besar. "Berhubung dia udah mau ujian, biar gak laper gue kasih aja ginian deh" ujarnya sambil memasukkan beberapa snacks dan makan isntant. "Awas ngomel!" ujarnya sambil menutup kardus dan memberi lakban. Lalu menempelkan alamat Erick pada bagian atas kardus. "Sekalian ke kantor, sekalian gue kirim aja" Setelah selesai dengan urusan pengiriman barang, Alaia bergegas ke restorannya. Begitu sampai di lobby, seorang karyawannya nampak sudah menunggu kedatangannya. Ketika Alaia turun-turun, buru-buru karyawan tersebut menghampirinya. "Bu, ada yang mau ketemu sama ibu" ujarnya sambil agak berbisik. "Ketemu? Sama saya? Siapa?" tanya Alaia dengan kening berkerut.  "Perempuan bu. Saya gatau siapa. Udah saya bilang bikin janji sam aibu dulu baru bisa ketemu, dia malah ngoto, urusan penting katanya" jawab karyawannya smbil menunjuk ke arah seorang wanita yang duduk di sofa lobby. Siapa sih? Pagi-pagi begini? Untung gak ada urusan penting hari ini batin Alaia sambil menebak-nebak, siapa yang ingin menemuinya sepagi ini. "Yaudah, biar saya ladenin aja orangnya. Makasih ya" ujar Alaia sambil tetap melihat ke arah wanita sambil menepuk-nepuk lengan karyawannya.  Alaia berjalan masuk ke dalam lobby dan menghampiri wanita dengan dandanan yang cukup seksi itu. "Selamat pagi. Maaf, anda siapa ya?" tanya Alaia sopan pada wanita itu. Mendengar suara Alaia, wanita itu menoleh dan langsung berdiri. "Laras" ujar wanita itu sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Alaia. Berani bener nih cewek nyamperin gue batin Alaia sambil menjabat tangan Laras. "Alaia" ujarnya. "Udah tau. Istrinya Erick kan?" tanya Laras dengan nada sombong. Bagus diputusin ama si Erick batin Alaia yang sudah jengkel. "Apapun yang mau di omongin, baiknya bicara di ruangan saya aja" ujar Alaia, lalu berbalik badan dan segera berjalan menuju ruangannya. Ketika memasuki ruang kerja Alaia, sejujurnya Laras tertegun takjub melihat kemewahan restoran dan ruang kerja Alaia. Ia seperti diajak private tour oleh pemiliki restoran langsung.  "Silahkan duduk" Alaia mempersilahka mantna kekasih suaminya itu untuk duduk di sofa ruang kerjanya. Laras sebisa mungkin harus terlihat elegan, meskipun apa yang dilakukan olehnya saat ini sangat tidak elegan.  Alaia menuju meja kerjanya dan meraih gagang telfon. "Tolong kirim teh manis super panas satu cangkir, sama gorengin panada kasih saus sambel kita yang paling pedes" ujar Alaia sambil menatap lurus dan geram pada wanita yang duduk di sofa ruang kerjanya itu. Alaia lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan Laras. "Mau ngomong apa?" tanya Alaia yang sudah tidak mampu berbasa-basi. "Aku cuman mau bilang, aku kemaren ketemu sama Erick. Dan dia sendiri yang bilang sama aku kalo dia tuh nyesel pernah ninggalin akul. Dulu dia emosi aja ngeliat aku sama cowok lain yang sebenenrya temen lama aku. Cemburu buta. Kemaren kita gak sengaja ketemu di Beladna. Kita sempet ngopie bareng dan dia bilang ke aku, kalo dia nyesel banget dulu pernah mutusin aku. Tapi dia juga bingung, di sisi lain dia udha punya istri" ujar Laras. Sepanjang Laras berbicara, ingin sekali rasanya Alaia melemparnya dengan pisau dapur yansuper tajam pada wanita tidak tahu diri ini. Udah selingkuh, belagu, sekarang kepedean banget Erick mau balikan sama dia? Alaia benar-benar tidak habis pikir ada manusia seperti Laras. Untungnya, Alaia sebelumnya sempat bertemu dengan Marcel dan minta diceritakan tentang masa lalu Erick. Jika saja Alaia menelan mentah-mentah informasi dari Laras, bisa dipastikan Alaia dan Erick akan ribut  besar jika mereka sedang berkomunkasi lewat telefon. Belum sempat meneruskan ucapannya, seorang pelayan yang ia tugaskan untuk membawakan minuman dan makanan untuk Laras datang. Begitu masuk, pelayan itu langsung menaruh minuman dan makanan dihadapan Laras untuk wanita itu. Sedangkan miliki Alaia diletakkan di meja kerja Alaia. "Silahkan di minum dan icip dulu makannya" ujar Alaia. Laras pu tanpa berpikir panjang langsung menyeruput teh yang disajikan. Alangkah terkejutnya ketika baru saja menyeruput, teh tersebut sangat panas! "Aww!! Pfft!! Panas banget" keluh Laras yang terasa terbakar bibirnya. Mampus!! Ini baru permulaan batin Alaia. "Oh maaf, aku cuman ngasih tau ke bagian dapuur buat bawain teh manis. Gak nyangka sama mereka di kasih yang airnya masih panas begitu" ujar Alaia seakan tidak tahu apa-apa itu. Laras menaruh cangkir tersebut dan kemudian mengambil panada yang baru digoreng itu.  Sebelum memakannya, ia mencocolnya pada ssambal yang tersedia di piring kecil. Laras langsung memakan panada tersebut tanpa berpikir macam-macam. Ketika mengunyah panada, Laras tidak bisa menyembunyikan rasa kepedasan yang terasa di mulunya itu. Laras buru-buru menyeruput teh panas yang tadi ia minum. Tentu saja, situasinya semakin tidka karuan. "Terus mau kamu sekarang apa?" tanya Alaia dengan nada tegas disaat Laras sednag kepedasan dengan sa,bal extra pedas yang sengaja Alaia hidangkan. "Mau saya ninggalin Erick?" tanya Alaia lagi. "Gak. Saya gak akan ceraikan Erick, sebelum Ericknya sendiri yang cerita. Dari awal saya udah bilang sama dia, untuk bicarakan apapun tentang rumah tangga kita. Termasuk kalo emang dia mau cerai dari saya" ujar Alaia. "Gak semudah itu ya dapetin Erick lagi. Lagipula,  jangan dipikir saya bodoh gak tau apa-apa tentang kamu sama Erick. Saya tau semuanya. Erick udah cerita ke saya tentang masa lalunya ke saya. Kamu yang ninggalin dia karena ngerasa Erick gak pantes sama kamu kan?" Alaia langsung mengeluarkn senjata utamanya untuk menghadapi Laras. Tentu saja Laras tidak berkutik ketika mednengar ucapan Alaia. "Bener-bener gak punya malu ya. Udah tau bahkan kalo Erick udah punya istri begini mash berani mau deketin suami orang? Bener-bener mental pelaor!" ujar Alaia. "Pergi sekarang dari ruangan saya, sebelum saya siram kamu pake teh panas ini" **** "Ayo dong. Plis bantuin gue bat deket lagi sama Aya" ujar Rama yang memohon pada Gadis, salah satu teman Alaia. "Gak. Gue gamau. Ya kali, gue ngebantuin Aya buat deket lagi ama cowok modelan kayak lu begitu" ujar Gadis yang geli sendiri melihat tingkah Rama. Padahal  Rama dulu jelas-jelas mempermalukan Alaia dan mengatakan bahwa mimpinya untuk memiliki restoran sendiri tidak akan sukses. "Lu gka ngaca apa hah? Lu bahkan dulu gak segan-segan ngeremehin Alaia. Sekarang ngemis-ngemis minta balikan sama dia? Gila emang" ujar Gadis yang sudah tidak mau lagi menghiraukan Rama dna pergi berlalu. "Gimana pun caranya gue harus bisa dapetin Alaia lagi"  "Gapapa kali Dis. Lain kali kalo dia kayak gitu cuekin aja" ujar Alaia sambil tetap bekerja. "Gila aja Ya! Dia dulu ngatain lu, ngeremehin lu, sekarang malah ngemis-ngemis gitu ke gue buat  bisa balikan sama elu. Belom aja gue kasih tau ke dia lu udha nikah Ya" ujar Gadis di sebrang sana. "Jangan bilang ke dia kalo gue udha nikah. Biar nanti gue kasih kejutan ke dia" ujar Alaia. "Pokoknya diem aja soal status gue udah jadi bini orang. Kapan lagi gue bisa bikin dia kena serangna jantung" ujar Alaia pedas. Setelah selesai berbicara dengan Gadis, Alaia melanjutkan pekerjaannya. "Dasar mantan sinting. Dia yang ninggalin gue, ngehina gue, sekrang malah ngemis-ngemis minta balikan. Udah putus urat malunya emang" ujar Alaia. Alaia seketika terdiam dan teringat. "Gak mantan gue, gak mantannya lakik gue, sinting semua! Gak ada yang waras!" omel Alaia sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah selesai dengan pekerjaannya, Alaia segera pulang ke rumah karena sudah benar-benar lelah dengan aktifitasnya. **** Ponselnya yang terus berdering membuat Alaia kesla sendiri karena ia sibuk dengan tumpukan cuciannya pagi ini. "Tumben banget ini ada nelfon Minggu pagi ini. Siapa sih?!" omel Alaia sambil mengelap tangnanya yang basah karena air cucian. Erick calling ..... "Tumben banget dia nelfon kan" ujar Alaia lalu mengangkat panggilannya. "Halo Ya! Aku lulus!!!" pekik Erick bahagia disebrang sana. Alaia yang tadinya hendak mengomel jadi ikut bahagia mendengar kabar suaminya telah lulus dari kuliah spesialisnya ini. "Hah? Serius? Wah!! Selamat ya!!!" pekik Alaia bahagia mendengarnya.  "Aku wisuda dua bulan lagi. Ini abis ini aku mau urus beberapa hal biar bisa cepet pulang ke Indonesia" ujar Erick bersemangat. "Dua bulan lagi di tanggal kapan? Biar nanti aku dateng pas wisuda kamu" ujar Alaia antusias. "Belom tau tanggal persisnya kapan, tapi udah jelas dua bulan lagi sih" ujar Erick.  Alaia hanya mengangguk mendengar jawaban suaminya. keduanya sempat terdiam beberapa saat. Alaia baru tersadar ia dan Erick malah semakin dekat setiap harinya. "Terus kamu abis ini ngapain?" tanya Alaia pada Erick. "Ada beberapa yang harus aku urus sebelum bisa praktek di Indonesia, gak bisa langsung" ujar Ercik. Alaia hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban suaminya. "Yaudah, aku mau lanjut nyuci dulu ya. Cucian aku banyak banget seminggu ini" ujar Alaia. "Yaudah, lanjut nyucinya lagi deh. Bye" pamit Erick yang langsung menutup panggilannya tanpa menunggu Alaia membalas pamitannya.  Alaia membuka safety box miliknya. Mengambil map berisi perjanjian pernikahannya dengan Erick,. Ada rasa sedih ketika Alaia melihat surat perjanjian pernikahannya yang ia susun sendiri.  "Kalo menurut perjanjiannya, tahun depan gue sama Erick pisah" ujar Alaia. Seharusnya jarak yang semakin jauh, membuat ia dan Erick semakin menjauh dan lomunikasi mereka tidak sedekat inni. Namun nyatanya keduanya semakin dekat. Alaia membayangkan apa yang akan terjadi jika ia dan Erick benar-benar berpisah. Orang tuanya adalah yang akan paling tersakiti mengetahui pernikahannya gagal untuk kedua kalinya. Belum lagi, ia sama saja menyakiti perasaan kedua orang tua Erick yang sudah menerima dengan luas hati. Mungkin jika ia menceritakan tentang bagaimana sayangnya ibu mertuanya pada dirinya, wanita-wanita lain mungkin aja iri dengan kebaikan hati ibu mertua Alaia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD