Anniversary

1500 Words
"Operasinya tanggal dua puluh empat ya Pak" ujar Erick pada seorang pasiennya. "Nanti prosedurnya dijelaskan oleh perawatnya" tambahan Erick sambil menulis di rekam medis pasiennya itu. "Oke dok kalo begitu. Terima masih banyak" ujar pasiennnya sambil berdiri lalu meninggalkan ruang prakteknya. "Pasiennya sisa berapa lagi sus?" tanya Erick sambil melihat waktu di jam tangannya. "Ada empat lagi dok" ujar suster tersebut setelah menghitung jumlah rekam medis yang berada di atas meja Erick. Erick hanya mengangguk-angguk dan menunggu suster untuk memanggil pasien beriktunya. Ketika menunggu suster merapihkan berkas diatas mejanya, ponsel Erick bergetar. Ia langsung mengambil ponselnya dari saku celananya dan kemudian memeriksa siapa yang menelfonnya. Wedding day  Sebuah reminder di ponselnya ini membuat keningnya berkerut. Wedding day?  Erick mencoba mengingat-ingat ada apa dengan reminder tersebut. Beberapa saat kemudian, Erick tersadar, hari ini adalah ulang tahun pernikahannya dengan Alaia yang pertama. Selesai dengan pasien-pasiennya, Erick bingung sendiri apa yang harus ia siapkan untuk ulang tahun pertama pernikahannya ini. "Ngajak Aya kemana ya?" Erick menggaruk-garuk sendiri kepalanya yang tidka gatal ini. Ia melirik jam tangannya. Pukul setengah dua belas siang. "Ajak candle light dinner? Apa masak bedua di rumah?" Erick menebaknebak sendiri kegiatan apa yang cocok ia lakukan dengan Alaia di hari ini. "Roman-romannya ada yang lagi bingung nih" ujar Marcel yang berjalan ke arahnya sambil membawa camilan. "Bingun kenapa sih? Story dong" ujar Marcel. "Apaan story story?" tanya Erick kesal karena kehadirna Marcel malah semakin membuatnya bingung. "Cerita maksudnya" jawab Marcel santai sambil tetap mengunyah camilannya. Gak, gue gak bisa ceritain ke Marcel. Bisa-bisa gue abis dicengin ama dia batin Erick sambil menatap temannya yang asyik mengunyah itu. "Yee malah diem aja" ujar Marcel sambil menyikut temannya itu. "Bawel lu! Udah makan sono" ujar Erick sambil berjalan meninggalkan temannya itu, lalu berpikir keras apa yang harus ia lakukan untuk Alaia. Di mobil pun, Erick tidak berhenti apa yang harus ia lakukan. "Tapi gue mikir segaa macem begini, apa Aya inget hari ini anniversary kita?" tanya Erick. "Iya kalo inget, kalo dia gak inget?" ujarnya lagi dengan nada sedih. "Mendingan gue telfon Aya aja" Erick berusaha mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Sambil tetap menyetir, Erick menelfon Alaia. "Halo?" suara lembuat Alaia terdengar keras karena ia mengaktifkan mode loudspeaker. "Ya, kamu hari ini ada kerjaan sampe malem?" tanya Erick langsung. "Gak tuh, kenapa emangnya?" tanya Alaia ada suaminya itu. "Jalan yuk. Makan gitu dimana, sekali-sekali" ujar Erick riang. "Tumben tiba-tiba.Ada maunya jangan-jangan nih" ujar Alaia dengan nada penuh selidik. "Serius! Mau janjian apa mau bareng dari rumah?" tanya Erick. "Janjian aja, daripada kamu nunggu lama dirumah gataunya aku kejebak macet, mending langsung janjian aja" ujar Alaia. "Mau dimana?" tanya Alaia lagi. "Aku masih cari-cari sih" ujar Erick. "Mendingan makan di restoran aku aja deh. Ntar aku yang masakin" ujar Alaia. "Masak bareng aja gimana?" tanya Erick. Masak bareng? Asik juga tuh buat ngerayain ulang tahun pernikahan pikir Erick. "Emang bisa?" tanya Alaia dengan nada ragu. "Bisalah! Kamu sendiri udah ngicipin aku kan?" tanya Erick dengan nada bangga. "Ngicipin kamu?! Kapan?!" pekik Alaia kaget dengan ucapan suaminya. "Eh! Sori-sori, maksudnya ngicipin masakan aku!" ujar Erick yang buru-buru meralat ucapannya. "Huh! Yaudah, aku mau kerja lagi ya, nanti kamu ke restoran aku aja ya. Karyawanku semua udah tau kok kamu suamiku" ujar Alaia. "Iya-iya, yaudah nanti kau ke sana ya" ujar Erick. "Kamu dimana sekarang?" tanya Alaia tiba-tiba. "Mau pulang, tadi aku jadwanya cuman rawat jalan aja kok" ujar Erick. "Hmmm oke-oke, kamu kalo mau makan itu ayamnya ambil aja ya di freezer" ujar Alaia. "Sipp, udah ya. See you" ujar Erick lalu memutuskan panggilannya. **** "Pake baju apaan ya yang pantes?" Erick kebingungan sendiri dengan pakaian yang akan ia pakai. Erick mencoba mengingat-ingat pakaian apa yang dikenakan Alaia pagi tadi. Setidaknya pakaiannya memiliki tema yang sama dengan Alaia. "Seinget gue tadi pagi tuh anak pake baju ngantor biasa" ujar Erick. "Berarti pake kemeja aja ya?" Erick segera memilih deretan kemeja kerja yang sudah di setrika dan digantung rapih di dalam lemari pakaiannya. "Nahh ini cocok, gak begitu formal tetep santai" ujarnya sambil mengambil pakian tersebut dari dalam lemari. "Celananya yang ini" Erick pun menyocokkan kemeja dan celana yang akan ia kenakan. "Seumur-umur ke kantor istri baru kedua kali kesini" ujar Erick sambil berjalan menuju lobi restoran milik istrinya itu. "Pak Erick ya?" tanya seroang pria ebrtubuh tegap dengan setelan jas yang rapih. Erick pun mengangguk. "Sudah di tunggu sama Bu Alaia, Pak. Mari saya antar" ujar pria itu sambil mempersilahkan Erick untuk berjalan.  Erick hanya mengangguk ketika dipersilahkan untuk berjalan lebih dulu. Mewah juga ini restoran, pantesan aja sosialita pada demen dateng ke sini batin Erick sambil melihat-lihat sekitar restoran tersebut. Pria yang mengantarnya itu menekan tomblo lift. Ketika pintu terbuka, ia mempersilahkan Erick untuk masuk terlebih dahulu. "Kita mau kemana ini?" tanya Erick ketika pria yang ad adihadapannya itu menekan tombol pada lift agar tertutup. "Ke private kitchen Pak" jawabnya dengan sopan. Dari dalam lift, Erick bisa melihat pemandangan kota Jakarta dimalam hari. Lampu-lampu dari berbagai gedung pencakar langit menghiasi Jakarta di malam hari. Ketika sampai di lantia tujuan dan pintu lift terbuka, Erick di persilahkan untuk masuk. Pria yang menuntunnya itu menekan beberapa kode untuk masuk ke dalam private kitchen milik istrinya, setelah pintu terbuka, Erick langsung dipersilahkan masuk tanpa di ikuti oleh pria itu. "Kamu kenapa ditelfonin gak diangkat?" omel Alaia ketika suaminya itu baru saja masuk ke dalam private kitchen miliknya.  Erick yang baru datang dan langsung diomeli begitu kaget. Ia langsung merogoh saku celananya dan kemudian melihat ponsel. "Maaf ya tadi aku silent" ujar Erick. "Tuh duduk situ" Alaia menunjukkan kursi untuk Erick tempati dengan mengerucutkan bibirnya. Erick menurut saja ketika di suruh duduk disitu oleh istrinya. "Kamu mau minum apa?" tanya Alaia. "Air putih aja, aus banget ini tenggorokan" ujar Erick. "Tumben, kamu biasanya suka wine" ujar Alaia. "Sejak fokus sama kuliah spesialis kemaren aku duah lama gak nyicip wine. Jadinya sekarang gak selera gitu. Kalo ada jus apa kek gitu" ujar Erick. "Iya Pak dokter" jawab Alaia sambil membuka kulkas miliknya. "Emangnya kamu sedia wine?" tanya Erick. "Enggak" jawab istrinya. "Gausah ngomong kalo gitu!" ujar Erick. "Nih" Alaia menuangkan sparkling water dari dalam kulkas mewahnya itu. Erick langsung menenggak minumannya setelah Alaia menuangkannya ke dalam gelasnya. "Beda ya rasanya, air putih mahal begini ama yang sebotol lima ribu" ujar Erick lalu menaruh kembali gelas tersebut di meja. "Mau masak apa?" tanya Erick sambil berdiri dan duduk di kursi ddapur ala Jepang milik istrinya itu. "Masak steak aja. Biar cepet, kamu kalo laper rese soalnya" ujar Alaia sambi lmengeluarkan daging dari dalam kulkas. "Yang dateng ke sini biasanya siapa Ya?" tanya Erick sambil melihat sekitar ruangan private kitchen ini. "Biasanya mereka booking dulu mau hari apa, jam berapa. Bisa request mau dimasakin sama siapa. CHef lain atau sama aku" ujar Alaia sambil mulai memotong daging. "Terus sekali makan berapa?" tanya Erick. "Paling murah sekitar lima jutaan" ujar Alaia. "HAH?!" Erick terbelakan tidak percaya. "Makan apaan lima juta?" tanya Erick lagi dengan nada penasaran. "Ya makan ini, daging. Kadang makan ikan, tapi ya jelas ikan yang kita pake di sini memang dari luar negeri kebanyakan, sama kayak daging sapi. Ini aja dari Jepang" jawab Alaia. Erick memperhatikan Alaia yang dengan lihai memasak. "Kamu hobi masak sejak kapan?" tanya Erick tiba-tiba. "Udah lama, ngeliat Tante aku yang punya rumah makan, aku waktu kecil beberapa kali Mama titipin aku sama Tante, awalnya cuman ngeliat lama-lama jadi suka, terus jadi hobi masak" ujar Alaia. Erick hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban istrinya itu. "Kamu kerja di restoran mewah begini, bisa ganti tabung gas gak sih kalo abis?" ceplos Erick. "Ya pernahlah!" sahut Alaia. "Masa iya gak bisa ganti gas? Bukan cuman harus bisa masak, bisa pake perlatannya juga harus!" tambah Alaia. "Kalo belanja, kamu di supermarket melulu? Gak pernah ke pasar?" tanya Erick lagi. "Ya ke pasar dong. Gak semuanya ada di supermarket juga kan. Pasar juga lebih enak, bisa nawar, lebih hemat, bantu pedagang kecil juga" ujar Alaia. "Biar pedagang kecil tapi di kampungnya sawahnya berhektar-hektar loh" ujar Erick. Erick begitu menikmati pemandangan Alaia memask dengan lihai dan profesional. Sekaligus menikmati Alaia yang memasak dengan serius. Inget gak ya dia kita hari ini anniversary? "Piring kamu mana?" pertanyaan itu membuat lamunan Erick buyar. "Woi, piringnya mana" Alaia sedikti menggertak Erick yang tidak juga bergerak. Suaminya itu buru-buru beranjak dari duduknya, dan mengambil piring di meja yang tadi Alai sebutkan. "Nih" Erick memberikan piringnya. "Makan di sini aja udah, ala ala restoran Jepang gitu" ujar Erick yang berjalan berbalik arah mengambil gelas serta alat makannya. Sekaligus mengambil milik istrinya juga "Kamu punya mana?" tanya Erick, melihat piring Alaia yang masih kosong. "Ini mau masak lagi, aku makan salmon steak" ujar Alaia sambil mengambil sepotong daging ikan Salmon yang sudah disiapkannya. "Kamu gak makan daging?" tanay Erick. "Makan, cuman dari kemaren aku makan daging melulu ganti suasana gitu" ujar Alaia sambil kembali memasak. Erick hanya mengangguk, lalu memutar kursinya dan memandang langit-langit private kitchen yang menjulang tinggi ini Emang edan gue nikahin cewek macem Aya  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD