"Semoga cinta kita abadi selamanya ya, Mas Rasya," kataku sambil mengaitkan gembok pink terang berukir namaku dan Mas Rasya pada pagar dipenuhi tumpukan gembok warna-warni. Sebagian sudah kotor ada pula yang berkarat dan memudar. Kurogoh saku gamis lalu mendekat ke arah Mas Rasya, kemudian mengambil foto. Mas Rasya mendesah. "Tahayul," katanya, lalu menyentak napas. Ia memasukkan kedua tangan di saku celana, memperhatikan sekitar. Aku segera membidik gambarnya, Mas Rasya yang sepertinya mendengar suara bidikan kamera langsung menatapku protes. "Seperti anak kecil pakai difoto," protesnya. "Tahayul." Imbuhnya. Aku menanggapi ucapannya dengan senyum kecil. Siapa juga yang mempercayai tradisi seperti ini, menganggap dengan mengukir nama pada benda, lantas cinta akan abadi selamanya. Mit

