Chapter 12

1298 Words
Seorang pria tengah duduk di sebuah bangku taman. Masih dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya, ia sesekali melirik jam tangannya sementara sebelah tangannya ia masukan kedalam saku celananya. Ia mengambil ponselnya yang berada di dalam saku celananya dan memilih melihat-lihat isi gallery foto dan aplikasi chat-nya yang sudah lama. Ia menghela napasnya berkali-kali. Hanya satu nama yang sering muncul disana. Nama yang sampai sekarang masih berada didalam otaknya. Ia melihat history chat dari salah satu aplikasi chat yang sering ia gunakan. Ia masih menyimpannya.  Entah kenapa. Andrean Mlvn 8:49 pm Rachel? Rachel Adrea 8:51 pm Ya? Andrean Mlvn 8:51 pm Kau sedang apa? Rachel Adrea 8:52 pm Aku sedang mengerjakan tugas. Andrean Mlvn 8:52 pm Kangen:( Rachel Adrea 8:54 pm Ya ampun, kau merindukanku? Kita bahkan setiap hari bertemu di sekolah, xixi Andrean Mlvn 8:54 pm Tapi aku benar-benar merindukanmu. Kita video call ya? Andrean Mlvn   8:59 pm Rachel? Andrean Mlvn   9:08 pm (Send a sticker) Andrean Mlvn   9:17 pm (Send a sticker) Andrean Mlvn   9:23 pm Sudah makan? Rachel Adrea 9:30 pm Ah, maaf. Hari ini aku banyak sekali PR, Ndre. Aku sampai tidak mendengar notifikasi Rachel Adrea 9:30 pm Aku belum makan Bagaimana denganmu? Andrean Mlvn   9:30 pm Aish.. Kau ini. Kalau begitu sana makan Aku sudah makan tadi. Rachel Adrea 9:31 pm Tapi tugasku masih banyak. Nanti saja . Andrean Mlvn   9:31 pm Apa kau ingin sakit, huh? Rachel Adrea 9:33 pm Maaf. Aku sedang tidak nafsu makan. Rachel Adrea 9:33 pm Ah, apa kau hari ini tidak ada PR? Andrean Mlvn   9:33 pm Tidak ada. Rachel Adrea 9:35 pm Sudah belajar? Andrean Mlvn   9:35 pm Ehehe. Rachel Adrea 9:37 pm Ppffttt.. Sudah ku duga pergilah belajar, Tae! Andrean Mlvn   9:37 pm Aish.. tidak!  Rachel Adrea 9:40 pm Kau ini aku tahu nilai test fisika mu turun. Ku harap kau bisa memperbaikinya Andrean Mlvn   9:40 pm Eh? Kau tahu darimana? Rachel Adrea 9:42 pm Gema yang mengatakannya padaku. Andrean Mlvn   9:42 pm Aish.. anak itu!! Andrean Mlvn   9:45 pm Sekarang pergilah belajar!jika nilai test fisika mu naik, aku akan mengajakmu kencan. Bagaimana? Andrean Mlvn   9:45 pm Ahh.. benarkah? kau  janji? Rachel Adrea 9:47 pm Tentu saja. Andrean Mlvn   9:47 pm BaiklahKalau begitu aku akan belajar Rachel Adrea 9:49 pm Fighting! Andrean Mlvn   9:50 pm Fighting!! Ia tersenyum miris. Jangankan mengirim chat, tersenyum padanya saja sepertinya kini gadis itu enggan. "Maafkan aku. Aku bahkan tidak sanggup mengatakannya padamu.." "Andrean?" Tiba-tiba seorang gadis dengan rambut sebahu datang menghampirinya. Ia juga terlihat memakai seragam sekolah. Namun berbeda dengannya. "A-ah, ya. Kau sudah datang?" Ucap Andrean segera memasukkan kembali ponselnya. Kemudian ia segera berdiri. "Apa kau sudah lama berada disini? Maaf. Tiba-tiba aku ada kelas tambahan," uap gadis itu. Andrean tersenyum. Kemudian ia mengacak lembut puncak kepala gadis itu. "Tidak apa-apa. Ah, kalau begitu  ayo. Ini sudah hampir malam. Ibu bisa marah jika kau pulang terlambat." Gadis itu tersenyum dan mengangguk pelan. Kemudian ia meraih tangan Andrean dan segera menggandengnya. "Buku apa yang ingin kau beli, hm?" tanya Andrean. "Ah, ada sebuah novel terbaru. Aku ingin segera membelinya sebelum habis. Karena ini edisi terbatas. Mungkin butuh waktu lama lagi jika ingin membelinya." Gadis itu menjawab dengan antusias. "Kumohon. Itu novel edisi terbaru. Aku harus segera membelinya!" Andrean tersenyum tipis. Ia Tiba-tiba mengingat saat Rachel merengek padanya agar ia mau  mengantarnya ke toko buku untuk membeli sebuah novel saat mereka pulang sekolah. Ah, lagi-lagi Andrean mengingatnya. "Ndre?" Tiba-tiba gadis yang berjalan disampingnya itu memanggilnya hingga lamunannya buyar. "Hm?" "Kau kenapa? Apa ada sesuatu yang sedang kau pikirkan?" "Ah, tidak ada." Andrean hanya tersenyum tipis. Mereka berdua kemudian berjalan memasuki sebuah toko buku. Gadis itu langsung berjalan mendahuluinya untuk segera mencari novel yang hendak dibelinya. Sementara Andrean mengekorinya di belakang. Sesekali pria itu melihat-lihat ke sekeliling toko. "Ah, ini dia." Gadis itu berujar saat ia menemukan novel edisi terbaru yang ia cari. "Hanya tersisa satu. Wah.. benar-benar best seller."  Ia hendak mengambilnya sebelum akhirnya sebuah tangan juga terlihat hendak mengambil novel itu. Gadis itu mendongak dan melihat seorang gadis yang juga tengah menatapnya. Andrean menoleh. Ia terkejut sampai akhirnya pandangan mereka berdua bertemu.  Kemudian pandangannya teralih pada seorang pria yang berdiri di sebelahnya. Gadis itu juga nampak cukup terkejut saat melihat dirinya. Sampai beberapa detik kemudian ia membuang pandangannya. "Ah, maaf. Kau bisa mengambilnya." Gadis itu melepaskan tangannya dari buku yang menjadi incarannya itu. "Eh? Tapi kau-" Tasya, gadis yang pergi bersama Andrean itu menatap gadi yang baru saja pergi. Andrean sedikit meliriknya dengan ekor matanya. Hingga pandangannya bertemu dengan pria yang tadi bersama dengan gadis itu. Pria itu menatapnya sekilas sebelum akhirnya berjalan menyusul gadis tadi- Rachel. *** "Rachel!" Sean meraih pergelangan tangan Rachel hingga gadis itu menghentikan langkahnya. Gadis itu berusaha menepis tangan Sean namun pria itu justru semakin mengeratkan tangannya. "Kau cemburu?" tanya Sean. Rachel berdecih pelan. Kemudian gadis itu menoleh padanya. "Kenapa aku harus cemburu?"  "Lalu kenapa kau tiba-tiba pergi?" tanya Sean lagi. "Karena aku ingin. Kenapa?" Sean mengangkat sebelah alisnya. Kemudian ia melepaskan cengkeraman tangannya dan melipat kedua tangannya di depan d**a. "Lalu bagaimana dengan novelnya?" ia kembali bertanya. Pasalnya tadi Rachel bersikeras pergi ke toko buku untuk membeli novel. Meskipun sebenarnya gadis itu tidak menyuruh Sean ikut bersamanya. Rachel mengerjapkan kedua matanya, nampak menyadari hal bodoh yang dilakukannya. 'Sial!' rutuknya dalam hati. "I-itu..." Sean tersenyum miring. "Bagaimana, Nona? Kau menyesal?" Rachel menatap Sean kesal. Di detik berikutnya ia mengacak rambutnya frustrasi. Pasalnya novel itu limited edition. Pasti sangat sulit mendapatkannya lagi dan akan lama menunggu pre-order berikutnya. Sean tertawa pelan melihatnya. Dilihatnya Rachel mengerucutkan bibirnya sebal. Namun tiba-tiba pandangan mereka bertemu dengan dua orang yang baru saja keluar dari toko buku. Mereka terdiam saling memandang satu sama lain. Rachel diam menatap seorang pria yang berdiri tidak jauh darinya. Seorang gadis di sebelahnya juga tampak melihat kearahnya. Salah satu tangannya terlihat memegang sebuah buku. Melihat itu, mood gadis itu kian memburuk. Harusnya dia yang mendapatkan buku itu, pikirnya. Di detik berikutnya Rachel Tiba-tiba menggandeng tangan Sean dan menariknya untuk segera pergi dari sana. Sean yang cukup terkejut hanya menurut saja. Namun kemudian sebuah lengkungan terukir di bibirnya saat menoleh kearah Rachel.  Ia terkekeh pelan. 'Dia cemburu," batinnya. "Ekhem!" Dehem Sean saat mereka sudah melangkah cukup jauh. Menyadari yang dilakukannya, Rachel kemudian langsung menghempaskan tangan Sean dengan cukup kasar. Sean hanya terkekeh. Rachel menatapnya sebal. "Sekarang aku tidak bisa mendapatkan novelnya!! Ini gara-gara kau!!" "Kenapa aku?" ujar Sean sembari menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk. "Jika saja kau tidak ikut, aku pasti tidak akan mengalami hal sial seperti ini!!" "Hei, jadi maksudmu aku pembawa sial?" "Iya!" jawab Rachel lantang. "Astaga, bukankah seharusnya kau berterima kasih padaku?" "Kenapa aku harus berterima kasih padamu?" Rachel mengentakkan kedua kakinya. "Novel incaranku yang berharga~" Raut wajahnya tampak semakin menyedihkan. "Apa kau sangat menginginkan novel itu?" "Tentu saja! Itu edisi terbatas. Pasti sulit sekali mencarinya." Bibir Rachel mencebik. "Kau ingin aku mencarikannya untukmu?" "Ck! Percuma saja, kau pasti tidak akan menemukannya di Jakarta. Kau harus pergi ke luar kota." Sean melipat kedua tangannya. Kemudian salah satu sudut bibirnya terangkat. "Hanya keluar kota saja kan?" Rachel mengernyit. Ia lalu menatap Sean dengan tatapan serius. "Apa kau serius?" "Apa aku terlihat bercanda?" Rachel membulatkan matanya. "Be-benarkah?" Dilihatnya Sean mengangguk pelan hingga Rachel menatapnya dengan mata berbinar. "Aku akan mencarikannya untukmu." Kalimat Sean yang terakhir membuat Rachel meloncat-loncat saking senangnya, layaknya seorang balita yang akan dibelikan mainan baru. "Tapi dengan satu syarat."  Refleks Rachel menghentikan gerakannya. Ia mengernyit. "Syarat?" Sean mengangguk. "Apa itu?" "Kau akan tahu. Kau hanya perlu menuruti keinginanku. Bagaimana?" "Baiklah, aku setuju. Dan aku juga memiliki syarat untukmu." Kini giliran Sean yang menatapnya bingung. "Apa itu?" "Kau harus mendapatkan buku yang asli, lengkap dengan tanda tangan dari penulisnya. Bagaimana?" Sean tersenyum miring mendengarnya. "Siapa takut, itu hal yang sangat mudah." "Deal?" Rachel mengulurkan tangannya dan langsung diterima oleh Sean. "Deal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD