1. After 5 Year

1434 Words
"Gas, hari ini sekretaris baru kamu datang dan kamu bisa interview langsung dengannya," ucap Abimana pada Bagas saat sarapan pagi ini. "Pa kenapa nggak Mbk Ulfa aja yang jadi sekretaris ku, Papa aja yang pakai sekretaris baru itu," balas Bagas dengan malas, ia paling tidak suka jika harus memakai sekretaris baru yang sering kali kurang berpengalaman. "Enak aja kamu ngomong, Papa sudah cocok dengan Ulfa Gas, dan Mama juga lebih suka sekretaris baru itu sama kamu, kamu yang baik ya sama dia, dia itu anaknya sahabat Mama, Tante Tania yang dari Samarinda itu loh Gas, masak kamu lupa?" Protes Marni sambil menjelaskan siapa calon sekretaris barunya. "Lupalah Ma, kan sudah lama banget tuh, trus aku harus baikin dia gitu hanya gara-gara dia anak sahabat Mama? Nggak bisa gitu dong Ma, klo dia kinerjanya buruk ya aku harus tegas!" Balas Bagas tak mau kalah, gara-gara sekretaris lamanya resign karena akan melahirkan, dia harus segera mendapatkan pengganti untuk meng-handle semua pekerjaannya. "Pokoknya Mama nggak mau tau, kamu harus menerima sekretaris pilihan Mama itu titik. Kamu bakalan suka sama dia, anaknya cantik dan pastinya smart dong!" puji Marni dengan mata berbinar, ia ingin rencananya berhasil. "Tapi Ma?" Sela Bagas, ia tahu benar jika mamanya memiliki keinginan tak ada yang bisa mengalahkannya. "Papa dan Mama sudah memutuskan dia yang akan jadi sekretaris kamu, kamu nggak usah khawatir masalah kinerjanya, dedikasinya di perusahaan sebelumnya sangat bagus, Papa yang menarik dia ke perusahaan kita, jadi terima saja! " ucap Abimana tegas tak mau dibantah, dengan lunglai Bagas hanya bisa pasrah, ia habiskan sarapannya dengan sesegera mungkin, di pagi ini mood-nya harus rusak gara-gara sekretaris baru itu. Sial. "Astaghfirullah." Bagas mengucap istighfar setelah mengumpat dalam hati, lalu ia raih tangan Marni dan menciumnya. Bagas bergegas pergi sebelum melihat kemesraan kedua orang tuanya, tak jarang ia mendapati kedua orang tuanya sedang berciuman, kadang Bagas merasa iri dengan kemesraan keduanya orangnya, padahal usia mereka sudah tak muda lagi. Sedangkan Bagas diusianya yang hampir genap 24 tahun saja belum pernah sekalipun memiliki pacar, pernah sekali jatuh cinta. Namun ia harus patah hati karena si gadis itu meninggalkannya begitu saja. ***** "Assalamualaikum, permisi Pak Bagas, ini sekretaris baru Bapak sudah datang." Ulfa sekretaris Abimana mengantar Nidya ke ruangan Bagas untuk melakukan interview. "Wa'alakumsalam," jawab Bagas lalu memutar kursi kebesarannya menghadap ke arah Ulfa yang sudah berada di ruangannya, sejak sampai ke kantor mood-nya berubah, ia menjadi tak bersemangat karena mengingat cinta masa lalunya yang kandas. Ia lihat gadis mungil berjilbab yang berdiri di belakang ulfa, gadis itu tampak gugup. Bagas memicingkan matanya, ia berpikir sejenak, apa papa dan mamanya tidak salah memilihkan sekretaris berjilbab, karyawan di perusahaan ini tidak ada satu pun yang mengenakan jilbab. Sekretaris Bagas sebelumnya sangat cantik, rapi, dan tentu saja smart. Bagas sedikit ragu dengan pilihan orang tuanya kali ini. "Pak perkenalkan ini Nona Nidya sekretaris Bapak yang baru," terang ulfa, bagai disambar petir di pagi hari, nama itu membuat Bagas syok, tubuhnya membeku seketika bersamaan dengan jantungnya yang berdetak cepat. Apa Nidya yang Ulfa sebut adalah Nidya-nya? Bagas penasaran ia mendekat ke arah gadis itu, ulfa segera menyingkir dari hadapan Bagas, ia tahu bosnya ini sangat selektif dalam memilih karyawan apalagi ini sekretaris yang akan selalu kemana-mana bersamanya, ia menginginkan semuanya perfect. Perlahan wajah Nidya terangkat, mata mereka beradu. Sekian detik mereka hanya saling menatap. Deg..mereka sama-sama syok, Bagas tak menyangka akan bertemu Nidya kembali. Apalagi sekarang penampilan Nidya sangat berbeda dengan mengenakan jilbabnya. Menyadari suasana hening Bagas segera mengubah wajahnya menjadi mode datar dan dingin lagi seperti biasa. Nidya pun syok, ternyata Allah mengabulkan doanya bisa bertemu Bagas kembali setelah lebih dari lima tahun berpisah. Nidya tak mengerti perasaannya antara bahagia atau sedih karena yang dia khawatirkan Bagas sudah memiliki kekasih atau mungkin seorang istri. Mengingat kesalahannya dulu Nidya ragu bila Bagas telah memaafkannya. "Perkenalkan saya Nidya Maharani, untuk lebih jelasnya Bapak bisa membaca CV saya," ucap Nidya tegas menutupi kegugupannya, ia berusaha sekuat tenaga menahan debaran jantungnya yang bekerja ekstra. "Bagas Aji Lasmana, panggil saya Pak Bagas," balas Bagas sambil mengulurkan tangannya. Dengan ragu Nidya membalas jabatan tangan Bagas. Nidya memberanikan diri menatap Bagas sekilas, laki-laki itu semakin tampan dan seksi, jauh berbeda sekali dengan Bagas yang dulu sewaktu masih menjadi muridnya. Nidya ragu apakah ia mampu bekerja sama dengan laki-laki yang masih sangat ia cintai itu dengan memendam perasaannya. Melihat ekspresi Bagas tersenyum, Ulfa merasa lega karena itu pertanda jika bosnya menerima sekretaris barunya tersebut, bila Bagas sampai menolak Nidya, dia yang kewalahan karena harus menjadi sekretaris dua bos sekaligus. Apalagi bos mudanya yang satu ini, maklum jomblo akut jadi lebih galak. Selama ini Ulfa heran mengapa bos mudanya itu tidak pernah memiliki pacar padahal banyak wanita-wanita cantik dan seksi yang sering datang ke kantor untuk mencarinya. Belum lagi para karyawan perempuan yang menjadi pemujanya. Mereka pada berjajar antre ingin mendapatkan perhatian si bos tapi tak ada satupun yang mendapatkan kesempatan. Tadi Ulfa sedikit ragu saat melihat penampilan Nidya dengan jilbabnya, setahunya bosnya lebih menyukai pegawai yang rapi dan modis, sejujurnya Nidya sangat cantik dan anggun dengan jilbabnya. Ulfa tadi sedikit sungkan dengan baju seksi yang dikenakannya saat pertama kali berkenalan dengan Nidya. "Mbk Ulfa tolong ajari dulu semua tugas-tugas Nona Nidya, saya mau besok ia sudah selesai mempelajari semua pekerjaan yang dialihkan padanya!" ucap Bagas tegas dan dingin. Setelah mengucapkan itu Bagas kembali duduk di kursi kebesarannya dan kembali menekuni pekerjaannya. Ulfa dan Nidya segera ke luar ruangan Bagas dan menunjukkan semua pekerjaan yang nantinya diambil alih Nidya. Ulfa sangat senang saat Nidya ternyata lebih cepat menguasai pekerjaannya, selain cantik Nidya juga cerdas dengan sekejap saja semua yang diterangkan Ulfa bisa Nidya kuasai. "Kamu keren Mbak Nidya bisa melahap semua materi yang aku berikan secepat ini, selama ini aku butuh seminggu untuk mengajari sekretaris barunya Pak Bagas," ucap Ulfa sambil meregangkan tubuhnya karena duduk terlalu lama. "Emang Pak Bagas sering ganti sekretaris Mbak?" Tanya Nidya penasaran. "Iya Mbak, Pak Bagas itu orangnya tegas dan teliti, semua pekerjaan harus sempurna, lah sekretaris sebelumnya baru resign seminggu yang lalu karena akan segara melahirkan, padahal Pak Bagas sudah cocok dengan pekerjaannya," terang Ulfa antusias. Baru sehari mengenal Nidya Ulfa sudah merasa akrab dengan gadis itu. "Panggil saya Nidya aja Mbak biar lebih akrab!" Ucap Nidya dengan ramah. "Kamu juga panggil saya Ulfa saja, kita kan seumuran cuma bedanya aku sudah dobel haha," Balas Ulfa dengan tawa nyaringnya, ia senang bisa memiliki teman yang ramah seperti Nidya, selama ini ia tak memiliki teman akrab di kantor ini karena rata-rata karyawan perempuan di sini suka bergosip. Apalagi Ulfa dekat dengan para bos besar mereka. "Dan satu lagi Nid! Pak Bagas masih singel loh, siapa tahu kamu beruntung bisa mendapatkan hatinya!" Bisik Ulfa di telinga Nidya. Nidya hanya melongo tanpa bisa berkata. ***** Di ruangannya, Bagas gelisah karena tak menyangka akan bertemu kembali gadis pujaannya, ia akui Nidya semakin cantik, rasanya Bagas ingin sekali segera menikahinya. "Menikah?" Jerit hati Bagas. Apa mungkin Nidya masih menyukainya? suka? bahkan Nidya dulu belum pernah sekali pun membalas ungkapan cintanya. Dengan cepat ia meraih CV dari Nidya yang tergeletak di meja, ia ingin mengetahui status gadis itu masih singel atau sudah menikah. Namun sebelum membaca keseluruhan isi CV tersebut Bagas teringat bagaimana dulu Nidya mencampakkannya begitu saja. Ia lempar kembali ke atas meja kerjanya dengan kasar CV itu, ia tak mau terjebak lagi dalam cinta masa lalunya. "Di sini aku bosnya jadi tunggu saja pembalasanku Nidya!" desis hati Bagas. ***** Bagas berusaha mengembalikan fokusnya dengan menekuni pekerjaan yang menumpuk di atas mejanya. Namun pikirannya masih tertuju pada gadis berjilbab yang sedang serius di depan komputer bersama Ulfa, sesekali Bagas melihat Nidya tersenyum bahkan tertawa yang seketika membuat hatinya berbunga-bunga. "Ya Allah apa yang harus kulakukan? Apa sebaiknya aku langsung menanyakan alasannya mengapa dulu ia meninggalkanku begitu saja? Atau aku harus diam saja menganggap semuanya tidak pernah terjadi," ucap Bagas pada diri sendiri, ia tarik dasi di lehernya dengan kasar berusaha membuat lapang perasaannya yang tiba-tiba terasa sempit. Hatinya kacau sejak bertemu Nidya pagi ini, ia akui ia masih sangat mencintainya bahkan selama lebih dari 5 tahun ia sudah berusaha membencinya tapi tak pernah berhasil. Tiba-tiba seringai licik menghiasi wajah tampan Bagas. "Nidya temani saya makan siang bersama klien sekarang!" perintah Bagas yang tiba-tiba sudah berdiri di depan meja Ulfa dan Nidya berada, mereka berdua hanya dibuat melongo menatap Bagas. Terutama Ulfa, ia sangat terkejut mendengar perintah bosnya tersebut, setahunya hari ini tidak ada jadwal bertemu klien di luar kantor. Dan baru besok Nidya mulai bekerja aktif, firasat Ulfa jadi tak karuan, ia khawatir Bagas akan melakukan sesuatu pada Nidya. Bagas berbalik menuju ruangnya dengan senyuman terurai. __________________&&&_________________ Judul Buku : My Beloved Teacher Author : Farasha
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD