1. Jadi Dia Shaka

2128 Words
Aku mengedarkan pandanganku kesekeliling area sekolah, ada banyak orang yang asik memegang ponsel sambil berjalan, ada yang sedang mengobrol di tangga, atau didepan bangku panjang didepan kelas, banyak juga yang sedang mengobrol bersama pacarnya, di lapangan aku bisa lihat banyak yang sedang melakukan hal-hal menyenangkan seperti berlarian mengejar teman lainnya, aku mulai berfikir. Masa SMA ku pasti akan menyenangkan. Nala, teman satu ini malah sedang ada di toilet untuk touch up kalau ingin menduga sih, yang aku prediksikan memang akan benar, kalau Nala akan cepat mendapatkan pacar dimasa-masa SMA ini. Aku menunggunya diluar toilet cewek, beberapa kali aku melihat hal yang sama, kalau cewek yang pergi ke toilet itu memang kebanykan hanya untuk touch up. Sudah kubayangkan harusnya kalau disini aku harus lebih fashionable, aku memang gak manganggapnya perlu karena menurutku pergi ke toilet setiap saat hanya untuk touch up itu memang akan merepotkan. Aku gak tau bagi cewek yang lain, entah mereka beranggapan begitu atau tidak "Udah?"mataku meneliti wajah Nala yang terlihat lebih fresh karena sentuan make up, kalau di fikir-fikir, kekuatan make up itu memang hebat juga. Mungkin lain kali aku perlu mencoba. Nala mengangguk, ia melirik kearahku"gak mau pakai make up juga?. Sekedar lips stick warna pink Sien?"tawarnya, ia mengeluarkan lips ticknya, aku akan menyamarkan merknya "Enggak makasih, aku laper. Kita ke kantin aja"tolakku halus Nala memberenggut"Sien, gue bukan pacar lo, bahasa kayak aku-kamu itu norak. Pakai bahasa yang lebih gaul. Bahasa yang seengaknya memang kita pakai di jaman micin ini" Keningku berkerut"jaman micin?" Nala terkekeh, aku gak ngerti dia mentertawakan apa"duh, gue gak nyangka gue dapet teman kuper di SMA. Mau gue ajarin tentang popularitas gak. Gue punya kakak yang sekolah di sini juga. Namanya Nicholas, panggil aja Nichol. Dia ganteng kok kalau lo mau gue bisa kenalin. Kebetulan dia kapten basket. Gimana keren gak?"Nala bercerita dengan semangat, sepertinya dia memang kelihatan membanggakan kakaknya yang bernama Nichol itu. Kalau aku, tiba-tiba aku teringat bang Dion, kayaknya gak ada yang bisa dibanggakan dari abangku itu selain sifat romantisnya, tapi aku tetap sayang sama dia kok "Enggak, aku masih gak minat cari pacar" Nala kembali berdecak"kak Nichol bilang, kalau mau famous di sekolah itu gampang banget" "Gampang? Caranya?" Nala tersenyum"pertama harus punya tampang diatas rata-rata. Itu salah satu kategori yang paling manjur. Kedua harus pinter jadi pusat perhatian" Aku menggaruk pelipisku, ini sudah jadi hal lumrah, kalau punya tampang diatas rata-rata itu memang mempermudah semuanya, sekalipun dia g****k atau pinter bikin onar. Kalau udah muka mendukung sih gak masalah. Tapi, aku gak ngerti maksud Nala tentang harus pintar jadi pusat perhatian "Gak paham" "Maksudnya tuh lo narik perhatian dengan modal apa dulu, pakai paras atau pakai otak" "Gue kasih contoh, kak Nichol pernah kasih tau gue daftar nama cowok cewek famous di sekolah. Urutan pertama cowok itu ada Shaka, kalau gak salah nama panjangnya itu Nashaka Mahesa. Gue belum pernah liat dia. But kak Nichol bisa memastikan kalau dia memang ganteng pakai banget, tapi kak Nichol ngelarang berat ke gue untuk suka sama kak Shaka" Alisku kian meninggi, kebingungan, tapi aku cukup tertarik dengan apa yang dibahas Nala "kenapa?" "Kak Shaka itu baru kelas sebelas, tapi kasus tawurannya tuh"Nala menarik nafas"beuhhh, parah. Dia pernah masuk rumah sakit, tangannya di gips tiga minggu gara-gara berantem sama preman kampung gitu. Parah kan?" Aku mengangguk setuju, itu memang parah banget sih menurutku, kalau sampai masuk rumah sakit apalagi sampai kena gips "Nah, oleh karena itu jangan sampai kita berurusan sama kak Shaka. Karena dia jenis orang yang populer melalui kedua startegi tersebut" Aku mengangguk, sepertinya orang bernama Nashaka Mahesha itu memang benar-benar menyeramkan "Urutan kedua tuh kakak gue yang paling ganteng, dia terkenal melalui tampang dan prestasinya di basket. Kalau yang ketiga tuh gue kasih tau yang cewek ya. Namanya Ruli, dia itu queen nya sekolah ini. For your information dia naksir berat sama kak Shaka" Aku gak ngerti, yang diceritakan Nala bukan dongeng sama sekali. Tapi, entah kenapa cerita tentang ketiga orang famous itu menarik "kita duduk di pojok sana yuk"aku menunjuk bangku kantin yang kosong, padahal semua meja sudah penuh, tapi gak ada yang mau duduk di meja pojok itu, atau mereka bukannya gak mau, aku rasa ada hal lain yang membuat mereka gak mau duduk disana Nala meringis"agak mencurigakan kenapa meja itu kosong, iya gak sih?" Aku memutar bola mata malas"bodo, aku--" "Gue!. Pakai lo-gue Sien ku. Ayolah jangan jadi formal gini. Kita bukan lagi digedung KPK" omongan Nala sama seperti omongan cowok beberapa hari lalu, aku mengibaskan tanganku sebal"fine!" "Good girl!" Nala tersenyum puas Aku dan Nala melangkahkan kkaiku ke arah meja pojok kantin, entah ini hanya perasaanku atau apa. Tapi ada banyak pasang mata yang memperhatikan kami "Nala!" aku menoleh secara refleks meskipun yang dipanggil itu Nala, tapi entah kenapa aku noleh secara refleks Mata Nala berbinar"kak Nichol" Oh, jadi ini kakaknya Nala, dia memang ganteng, penampilannya rapi, dia juga punya postur tubuh yang semacam body goals gitu, itu jelas sih menurutku karena dari informasi Nala dia itu memang anak basket "Gue lupa bilang ke lo ya Nal?"ucapnya meringis "Apa?"tanya Nala dengan cepat "Duduk sama temen-temen gue aja yuk"cowok bernama Nichol itu melirikku lalu tersenyum ramah, aku balas tersenyum kearahnya "Lo temennya Nala itu ya?. Siapa namanya Nal?, gue lupa" "Siena kak" Nichol mengisyaratkan aku dan Nala untuk mengikuti langkahnya, aku duduk disebelah Nala, dimeja tempatku duduk ada dua cowok yang kutebak adalah teman Nichol, ini agak canggung menurutku "Hai Siena, kenalin gue Nichol kakaknya Nala, ini Gino dan ini Bastian" Cowok bernama Gino dan Bastian itu tersenyum kearahku"hai, aku Siena" "Lo Sien, aduh gue gemes banget deh sama lo"lagi-lagi teman gaulku ini memprotes ucapanku, aku berdecak "Aku biasa pakai bahasa kayak gini kalau dirumah, sama bang Dio juga pakainya aku-kamu Nala" "Okelah terserah lo aja"Nala tersenyum sambil menepuk pipiku pelan "Eh kak Nichol tadi kenapa manggil gue, kita tadinya mau duduk di meja pojok itu tau"Nala mengerucutkan bibirnya sebal, aku bisa lihat kalau Nala adalah tipe cewek yang manja kalau sama kakaknya "Jangan duduk disana"Cowok bernama Gino itu menyela cepat "Ya kenapa kak Gino?"Nala tampak mulai gemas "Disana mejanya Shaka"jawab Nichol cepat Mata Nala melebar"aduh untung"Nala menarik nafas lega, sementara aku, gak ngerti apapun, mungkin karena aku belum lihat sebahaya apa cowok bernama Shaka itu "Nala, kamu mau pesan apa? Biar aku yang pesenin" Nala tersenyum senang"lo memang yang terbaik Sien-ku. Pesenin bakso aja, sama es teh manis. Makasih ya Sien" Aku tersenyum, lalu berdiri untuk memesan makanan "Mpok Wat, gue pesen bakso sama es teh. Anter meja gue ya Mpok Wat" aku mengerutkan alisku bingung, cowok didepanku ini, ngomong sama orangtua serasa gak ada sopan santunnya sama sekali, menurutku sih dia pasti cowok yang gak bener dan songong Cowok itu berbalik, mataku membulat, lalu senyumku memgembang "Hai, kamu cowok yang bantu aku temuin toilet itu kan. Makasih ya berkat kamu aku gak jadi pipis dicelana"aku tersenyum, cowok didepanku ini masih menatapku heran, kalau aku tebak dia pasti sedang mengingat siapa aku "Oh iya, namaku Siena"aku mengulurkan tanganku Dia hanya menatapku dengan wajah tanpa ekspresi nya, aku gak ngerti apa maksud tatapannya ke tanganku, seolah dia baru lihat hal menakjubkan padahal aku cuma mengulurkan tangan untuk kenalan "Shaka" ada degup yang mulai menggila didalam sana, tak tau degup yang nyaman atau apa, yang jelas, aku baru bersalaman dnegan cowok yang beberapa menit lalu Nala ceritakan padaku Cowok yang Nala larang untuk kukenal bahkan kudekati, tapi. Tangan itu dan Shaka tak menakutkan sama sekali dimataku "Salam kenal"akhirnya aku tersenyum, kami melepaskan tangan kami Shaka tak tersenyum, dia diam"boleh aku pesan juga?" Shaka menatapku, matanya sangat tajam menurutku, dia punya tatapan mata mengintimidasi dan sorot yang manakutkan, dia juga punya raut wajah tegas "Mau pesan apa?"tanyanya dengan nada datar seperti pertama kali aku nanya dimana toilet ke dia Aku agak gak enak sebenarnya"dua mangkuk bakso sama dua eh teh manis" Saka mengangguk"Mpok Wat baksonya dua sama es teh manis dua" "Sip den Shaka" Aku tersenyum sekali lagi"makasih. Shaka" Dia tak tersenyum, hanya mengangguk, sampai aku kembali ke meja dimana Nala, Nichol, Gino dan Bastian kompak menatapku ngeri "Gila!"Bastian berujar "Lo tau tadi ngomong sama siapa?"tanya Nichol panik Aku tersenyum, lalu mengangguk"Shaka, Nashaka Mahesha"jawabku santai Nala mengebrak meja dengan heboh"kak Nic, gue gak tau kalau cowok yang namanya Shaka secakep itu!"histeris Nala Nichol melotot garang, bahkan Gino dan Bastian pun kompak mempelototi Nala, aku hanya tertawa "Jangan coba-coba"ujar Nichol serius Nala menghembuskan nafasnya pasrah"iya" Aku gak tau sebandel atau sebrutal apa Shaka, tapi. Bagiku, selama dia gak menganggu aku, dan lagipula aku gak mengenal Shaka. Bukankah Shaka bandel dan harus dihindari itu hanya presepsi orang. Lalu, aku gak mau jadi orang yang ikut-ikutan berasumsi tentang Shaka. •••••• Aku berdecak sebal, aku masih menunggu didepan kelas dengan ponsel yang tertempel ditelingaku "Bang Dio jahat banget. Masa gak jadi jemput aku?" Bang Dion memang bilang tidak bisa menjemputku, katanya ada tugas kuliah yang harus dia selesaikan, tapi aku agak ragu, pasalnya abangku itu memang jagonya kalau masalah bohong, mungkin kalau dia di adu akting bohong sama aktris top sekalipun, aku yakin bang Dion bakal menang "Sien-ku jangan gitu dong. Abang serius. Abang gak bisa jemput" "Terus aku pulang sama siapa?. Uang aku gak cukup kalau naik taxi. Kalau nunggu angkot kalamaan bang Dio. Yaudah ah, aku mau cari ojek online aja" "Maaf ya dedek emesnya abang" Aku mendesah pasrah"iya gapapa, nanti aku sms bang Dio kalau udah balik. Bye bang" "Bye dedek emesnya abang" Aku menatap layar ponselku sebal, tatapanku beralih memperhatikan suasana sekolah yang sudah sepi, entah kenapa aku merasa sial karena mendapat jadwal piket hari ini. Itu membuatku pulang terlambat Aku menghentikan langkahku ketika pandangan kami bertemu, didepanku ada Shaka yang baru saja menuruni tangga Dia hanya diam, lalu sesaat kemudian Shaka berjalan menjauh menuju parkiran, apa Shaka selalu pulang setelah semua orang pulang, setelah sekolah sepi? Aku berjalan dibelakang Shaka, cowok itu punya badan yang tegap kalau aku perhatikan dari belakang begini. Apa Shaka itu termasuk cowok yang digandrungi cewek ya? Ah tentu saja, bukannya kata Nala queen semacam Ruli pun katanya suka sama Shaka "Kenapa belum pulang?"suara serak khas cowok puber itu membuatku mendongak, Shaka menatapku lurus, jarak kita masih jauh. Aku bisa lihat kalau Shaka itu masih tampan di jarak sejauh ini. Gila! "Tadi bang Dio mau jemput. Tapi gak jadi karena ada tugas kuliah"aku tau pasti kalau Shaka gak tau siapa itu bang Dion, tapi yasudahlah toh gak penting juga "Mau gue anter gak?"Shaka memiringkan kepalanya "Hah?" ini yang dibilang cowok ganas, dan harus dijauhi, bukannya baik nih. Dia nawarin aku pulang bareng padahal kita belum kenala lama "Mau atau gak?"tanyanya sekali lagi Aku menimang nimang, ini gak akan berbahaya kan? Gapapa kan kalau aku diantar sama Shaka, ini gak akan jadi gosip kan? "Apa gak ngerepotin?"tanyaku sekali lagi, bagaimnapun, menurutku aku perlu memastikan "Iya atau enggak"tegasnya "Iya"jawabku akhirnya, lalu Shaka kembali berjalan didepanku, ketiaka sampai diparkiran, aku baru sadar kalau sekolah memang sudah benar-benar sepi "Kamu memang selalu pulang setelah sekolah kosong ya?" aku cukup penasaran apa Shaka memang selalu pulang setelah sepi Shaka menaiki motornya, ia berbalik memandangku, lalu memberikan helm berwarna hitam "No question " Aku melongo sesaat, kemudian kuputuskan untuk mengangguk "Maaf" "Naik" titah Shaka, setelah aku naik Shaka menstarter motornya laku dengan gesit keluar dari area sekolah ••••••• "Makasih"aku tersenyum kearah Shaka, dia hanya mengangguk "Lo tau siapa gue?" aku bisa menangkap sedikit perubahan di wajah Shaka, seperti heran Aku mengangguk"kamu Shaka, nama panjang kamu Nashaka Mahesha. Yang aku tau cuma itu" "Bukan itu"sela Shaka"lo pasti tau reputasi gue kan. Lo gak takut sama gue?" Aku menggeleng"aku cuma tau nama kamu. Aku gak tau yang orang bilang tentang kamu itu benar atau enggak. Yang jelas aku cuma tau nama kamu" Shaka hanya diam, lalu untuk pertama kalinya aku melihat senyum tipis terukir diwajah Shaka, dan saat itu juga aku sadar kalau Shaka berkali-kali lipat lebih tampan kalau tersenyum "Makasih"ujar Shaka, terdengar tulus menurutku "Untuk?" "Untuk sekedar tau nama gue. Untuk beranggapan bahwa yang lo tau hanya nama gue, tanpa ngebawa presepsi orang tentang gue" Aku tersenyum, entah untuk keberapa kalinya"sama-sama" A|N: Hai semuanya selamat membaca. Semoga suka. Amin. Tolong tinggalkan setidaknya komen tentang part ini, aku mau tau apa kalian suka atau enggak smaa cerita ini. Aku akan dengar semua kritik yang membangun. Sebagai pembelajaran karena perlu kalian tau aku penulis baru. Jadi thx u so much yang mau baca, or voment. Aku menghargai itu semua Salam HeyBibble
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD