Bab 64

1356 Words
Juno dancer saat ini sedang menikmati makanan mereka, Bimo melirik kekasihnya itu yang sedang menikmati makanan,"Mengapa kau mengajak mereka berdua pergi menggunakan bis umum?"Caca yang merasa Bimo saat ini sedang Bertanya kepadanya langsung melihat ke sumber suara. "Oh itu, Aku hanya ingin mereka mengenal dan merasakan bagaimana menaiki transportasi umum yang mereka belum pernah rasakan selama ini,"Caca menjawab dengan tenang. "Tapi itu sangat berbahaya sayang, apalagi kau hanya seorang diri untuk mengawasi dua orang keponakanmu ini," Bimo berucap sangat cemas. "Mereka sangat menurut dan berperilaku manis saat di perjalanan tadi, dan mereka sangat asyik memandangi dan melihat semua yang yang berlalu lalang dihadapan mereka," Caca menjawab dengan rasa tenang agar kekasihnya itu tidak merasa cemas lagi bila ia membawa keponakannya ini menggunakan transportasi umum. Bimo yang mendengarkan semua penjelasan dari kekasihnya itu tetap merasa khawatir bila Caca membawa mereka berdua dengan kendaraan umum. "Sebaiknya kau menggunakan mobilmu atau kau dapat menelpon ku untuk mengantarkan Kalian pergi ke tempat tujuan yang kalian ingin datangi,"Bimo tetap protektif kepada kekasihnya itu. "Aku tak mau mengganggu pekerjaanmu lagian dari rumah ke taman kota ini tidak terlalu jauh yang harus menempuh waktu lama,"Caca yang tidak mau merepotkan kekasihnya itu dan ia hanya ingin mengajarkan keponakannya ini agar tahu kehidupan di luar lingkungan keluarga mereka. "Itu bukan suatu alasan bila kau menelpon ku dan aku tidak bisa mengantarkan kalian, aku kan bisa mengutus sopir kantor Untuk mengantarkan mu,"keputusan Bimo sangat mutlak tidak bisa diganggu gugat saat ini ia akan menjaga kekasihnya dan orang-orang yang dicintai oleh kekasihnya itu, Caca yang mendengarkan semua ucapan Bimo hanya diam dan mengangguk, Caca hanya tersenyum melihat kekasihnya saat ini sangat protektif kepada dirinya dan keponakannya ini. "Baiklah sayang aku akan menuruti semua yang kau ucapkan, dan sekarang sebaiknya kau menghabiskan makananmu karena waktu istirahat mu akan segera berakhir dan kau harus segera ke kantor,"Caca berujar sembari melihat jam tangan, ia sangat tahu bahwa kekasihnya ini adalah seorang yang sangat menghormati waktu. "Semua pekerjaanku telah selesai, meeting tadi sudah ku selesaikan saat itu juga, dan saat ini aku tidak terlalu banyak pekerjaan," Caca yang mendengarkan itu hanya mengerutkan alisnya. "Kau tenang saja sayang, sekretaris ku hanya bertugas untuk merapikan semua yang telah disusun dan ku kerjakan tadi, jadi aku dapat bermain dengan dua calon keponakanku tanpa ada gangguan pekerjaan,"Bimo yang melihat ekspresi kekasihnya itu menjelaskan kembali. "Ya terserah mu saja, Aku sebenarnya sangat senang bila kau dapat bersama dengan kami, tetapi aku tidak mau kau menjadi terbebani hanya untuk menjaga kami di sini," Caca dan Bimo akhirnya melanjutkan makan mereka yang sempat tertunda dengan perdebatan kecil. ... Adam yang saat ini berkonsentrasi untuk menyetir dan Sarah yang saat ini sedang tertidur lelap di samping suaminya itu. Adam tersenyum melihat istrinya tertidur dengan posisi yang terlihat tidak nyaman, tangan sebelah kiri Adam menggapai kepala istrinya itu untuk mendorong dan menyenderkan kepala istrinya ke jendela di sampingnya, saat Adam sedang melirik istrinya ia sangat terkejut karena saat ini ia merasa sedang melihat sosok Anjani, dan itu membuat Adam langsung menginjak rem secara mendadak. Adam yang telah memberhentikan mobilnya secara mendadak segera melihat ke samping Apakah benar yang dia lihat tadi, ternyata Ia hanya berhalusinasi yang ada di sampingnya saat ini adalah istrinya, ia segera mengecek keadaan istrinya itu, "Sayang, sayang yang kau tidak apa-apa? sayang mengapa kau hanya diam saja!" Adam terlihat sangat khawatir dengan keadaan istrinya itu karena saat ini sepertinya Sarah tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. "Sayang kau jangan nakuti ku, Bangunlah sayang!" Adam terus membangunkan istrinya, ia menggoyang-goyangkan tubuh istrinya berharap agar istrinya segera sadar. tetapi Sarah pun tak kunjung sadar,"Ya Tuhan apa yang terjadi saat ini!"Adam meremas rambutnya dengan menggunakan kedua tangannya ia terlihat frustasi karena istrinya itu tidak kunjung sadar dan Adam yakin bahwa tadi Sarah mendapatkan benturan saat ia menginjak rem mendadak. Ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk mencari rumah sakit terdekat. Adam telah sampai di sebuah rumah sakit kecil yang berada di negara yang mereka kunjungi saat ini. Adam segera turun dan berlari ke pintu samping untuk membuka dan menolong mengangkat keluar mobil istrinya itu. "Suster tolong istriku saat ini sepertinya pingsan akibat saya mengerem mendadak," ada menggendong istrinya itu keluar dari dalam mobil dan berlari menuju brankar rumah sakit yang tersedia di luar dan menidurkan Sarah di sana. Suster yang berjaga saat itu dengan Sigap mendorong ke arah ke ruangan UGD,"Maaf Pak anda hanya boleh menunggu di luar saja saat kami melakukan tindakan," ucap dari salah satu perawat yang saat itu sedang berjaga. "Tapi aku suaminya suster, Aku hanya ingin mengetahui keadaan istriku saat ini,"Adam berucap sangat frustasi dengan keadaan yang menimpa mereka saat ini. perawat itu segera masuk ke dalam ruangan UGD dan menutup pintu, saat ini Adam hanya dapat berdoa karena saat ini ia hanya dapat melakukan itu saja saat ini. Adam yang berjalan mondar-mandir di depan pintu ruangan UGD akhirnya diam karena ia melihat lampu merah yang berada tepat di atas pintu ruangan itu padam dan menandakan bahwa tindakan yang dilakukan kan dokter kepada istrinya itu telah selesai. Adam bersiap-siap menunggu dokter yang akan keluar, setelah ia melihat pintu ruangan UGD terbuka Adam segera mendekati dokter itu dan bertanya tentang keadaan dan kondisi istrinya saat ini. "Dokter, saya adalah suami pasien wanita kecelakaan tadi, Bagaimana keadaan istri saya saat ini?"Adam bertanya sangat cemas kepada dokter yang menangani Sarah. "Oh, kau adalah suami dari pasien yang bernama Sarah yang berada di dalam," Adam hanya mengangguk mendengarkan ucapan dokter tersebut. "Syukurlah keadaan Nyonya Sarah baik-baik saja, Ia hanya sedikit syok karena benturan keras yang terjadi akibat kecelakaan tadi, tetapi saat ini ia telah sadar, Walau begitu nyonya Sarah saat ini harus melakukan rawat inap untuk mengobservasi keadaan nya 1 x 24 jam, Bila dalam beberapa jam ia merasa pusing dan mual kita akan melakukan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu CT-scan kepala,"dokter itu menjelaskan panjang lebar kepada suami dari Sarah tersebut. "Baiklah dok, berikan perawatan yang terbaik untuk istri saya, dan saya ucapkan terima kasih banyak" Adam meminta dokter itu untuk memberikan perawatan terbaik untuk istrinya. "Itu sudah tugas kami sebagai dokter tuan, untuk saat ini istri anda akan dipersiapkan menuju ke ruangan observasi, Baiklah bila tidak ada perlu lagi saya permisi untuk memeriksa pasien lainnya,"dokter itu berpamitan kepada Adam dan Adam mempersilahkan dokter itu untuk pergi dari hadapannya. Adam masih menunggu Sarah keluar dari ruang rawatan UGD, ia duduk di kursi tunggu dan ia saat ini sangat menyesali dengan apa yang sedang dipikirkannya, nyari saja ia mencelakai istrinya, Adam sangat merasa bersalah saat ini. Adam berdiri saat melihat Sarah yang keluar didorong oleh dua orang perawat, Adam mengikuti perawat itu menuju ke ruangan observasi yang telah disediakan. Setelah semua dibereskan oleh perawat itu akhirnya Adam dan Sarah ditinggalkan berdua di dalam ruang rawatan. "Maafkan aku sayang aku tidak berhati-hati dalam menyetir, Apakah saat ini merasakan sesuatu yang tidak enak, cepat kau katakan biar aku bisa memanggil dokter," Adam yang mendekati istrinya lalu menggenggam kedua tangannya untuk meminta maaf dengan semua kejadian yang menimpa mereka berdua. "Tidak apa-apa sayang, ini semua dalam musibah tak ada satu manusia pun yang ingin mendapat kejadian yang tidak mengenakkan seperti ini,"ucap Sarah yang membuat Adam semakin merasa bersalah, karena ia tahu bahwa Sarah sangat tulus mencintainya, tetapi Adam masih belum bisa melupakan sosok Anjani. 'Ya Tuhan betapa bodohnya aku kalau menyanyikan wanita sebaik dan setulus istriku ini,' ucap Adam di dalam hati sambil menggenggam dan terus melihat wajah istrinya yang saat ini terlihat sangat pucat. "Mengapa kau melamun dan memandangiku seperti itu sayang, aku tidak apa-apa, mungkin tadi aku hanya kaget saja,"sebenarnya Sara pun tidak mengetahui dan mengingat Betul apa yang terjadi saat ia terlelap, yang ia tahu cara bangun dengan pemandangan asing yang dilihatnya, sampai seseorang berjas putih menyadarkan ku. "Sudahlah sayang kau jangan berbicara lagi, kau harus banyak beristirahat agar kau cepat pulih kembali,"Sara pun mengangguk dan menyetujui dengan apa yang dibicarakan oleh suaminya. Setelah melihat sarah yang mulai terlelap, Adam pun juga mengambil posisi di samping istrinya untuk menyandarkan kepalanya di samping tempat tidur karena ia tidak mau meninggalkan istrinya di sana sendirian, Adam selalu menggenggam tangan istrinya dan tak pernah sedikit pun melepaskan genggaman itu kecuali ia hendak ke kamar kecil, Adam pun rela tidur di kursi sepanjang malam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD