Bab 39

1052 Words
Bimo memapah Adam hingga pintu rumah nya, kemudian menekan bel. Sarah yang membuka pintu kaget dengan keadaan suaminya yang pulang di papah oleh Bimo,"Adam kenapa Bim?"ucap Sarah panik,"Kenapa Adam begitu lemas, mengapa kau tak membawanya ke rumah sakit,"Bimo tampak bingung karena dicerca Sarah dengan banyak pertanyaan. "Sarah bisakah nanti aku menjawab semua nya, sekarang ini tolong tunjukan kemana aku harus meniduri nya,"Bimo merasa pegal karena Adam yang begitu lemas.Sarah menuju kamar mereka dan menyuruh Bimo meletakan suaminya itu di atas tempat tidurnya. Bimo meletakkan Adam di atas tempat tidurnya, sedangkan Sarah masih cemas dengan keadaan suaminya itu, ia bingung karena pagi tadi Adam masih sehat dan tak terlihat sakit. "Apa yang terjadi?" tanya Sarah pada Bimo. Sarah sedang membuka jas dan sepatu Adam. "Aku pun tak tau kenapa, aku masuk keruangan nya ia sudah terlihat pucat dan berkeringat, aku menawarkan untuk memanggil ambulance ia pun tak mau sampai ia selemas ini,"jawab Bimo. Sarah menatap cemas dengan keadaan suaminya itu, Adam membuka matanya saat mendengar pembicaraan berisik Sarah dan Bimo, mengisyaratkan kedua makhluk itu untuk diam. Sarah memandanginya dengan bingung, mengikuti pandangan Adam yang menatap tembok kosong. "Ada apa? Kau merasa sakit?" tanya Sarah, menyentuh dahi Adam. Adam menggeleng. "Kau bisa pulang, Bim, Terima kasih sudah mengantarkan ku pulang," bisik nya lemah. Bimo mendesah ringan. "Kalau begitu ijinkan aku berada disini, aku takut kau membutuhkan sesuatu dan Sarah tak bisa melakukan nya sendiri," "emm, kau benar!" ucap Sarah dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya, menatap suaminya dan Bimo bergantian. "Baiklah aku akan tidur di kamar sebelah" ucap Bimo. Adam hanya mengangguk ringan, tak peduli, karena kepalanya terlalu sakit sekarang. Adam memejamkan mata. "Tunggu sebentar aku akan memberikan mu baju baru Adam dan handuk untuk mu"Sarah menyerahkan itu semua kepada Bimo. Bimo segera berlalu dan meninggalkan kamar mereka berdua. Bimo yang sedang berada di kamar sebelah, segera meraih handuk dan baju gantinya itu menuju ke kamar mandi. ... Tengah malam Adam terbangun dari tidurnya, sebuah lap basah terletak pada dahinya, ia mengangkat tubuhnya untuk melepaskan lap basah yang tidak nyaman dari dahinya. Adam melihat sekelilingnya dan melihat istrinya,Saat Adam menggerakkan tangannya, ia menyentuh sesuatu, membuat sesuatu itu bergerak. Kepala istrinya. Sarah yang tadinya tidur dengan kepala berada di samping tubuh Adam, kini bangkit untuk duduk dan menyentuh dahi Adam. "Kau sudah bangun sekarang?" tanya Sarah sambil menguap. Adam berusaha duduk, Sarah membantunya untuk bersandar pada bantal yang di tinggikan. Adam masih merasakan seluruh tubuhnya lemas, tapi ia lebih baik dari sebelumnya. Sarah menyodorkan air dan membantunya minum. "Kau baik-baik saja?" Sarah menyentuh dahi Adam. "Demam mu sudah turun sekarang," ucapnya lagi. "Kau menjagaku sepanjang malam?" tanya Adam, ia melirik jam dinding yang menunjukkan waktu sudah hampir pagi. Sarah mengangguk ringan. "kami hampir membawamu ke rumah sakit saat kau mulai mengigau, tapi aku takut kau semakin parah saat ke rumah sakit," Adam tersenyum kecut. "Terima kasih banyak, sayang. Aku benar-benar berterimakasih padamu," "Itu adalah kewajiban ku sebagai istri, menjaga mu di waktu senang atau susah, sakit dan sehat semua adalah janji ku waktu kita menikah kan,apa kau ingat janji itu,"Sarah mengigat janji pernikahan mereka. Sarah hanya tersenyum ringan. "Apa kau sudah benar-benar lebih baik sekarang?" Adam mengangguk pasti. Kepalanya sudah tidak terasa pening. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" "mungkin aku tadi ada salah makan, karna perutku sangat sakit dan melilit sekali," Adam menjawab dengan ragu. ... Ketika matahari sudah benar-benar muncul, Adam bangun dari tidurnya. Ia menggeliat malas, kemudian membuka mata dan melihat sekelilingnya,Sarah tak terlihat disana.  Sarah yang muncul dari balik pintu itu tampak membawa nampan yang berisi bubur dan air putih,"Kau sudah bangun Sayang," Sarah bertanya setelah melihat Adam yang sedang termenung di balik selimutnya itu.  Adam yang berdiam saja akhirnya mulai bagun dan duduk di atas ranjang , ia sedikit mengucek kedua mata dan sedikit merenggangkan otot-otot tubuhnya.Pandangan Adam menangkap sebuah makanan di atas meja makannya.  Sarah memberikan napan yang berisi sarapan di atas nya itu segera memberikan kepada Adam, Adam yang hanya melihatnya itu tersenyum dan mengucapakan terimakasih nya. "Dimana Bimo, apakan dia sudah sarapan juga?"tanya Adam yang sedang memegang garpu. "Ini aku hanya di amanah kan memberikan memo ini kepada mu sayang,"Sarah menyodorkan memo itu kepada Adam. Dengan sebuah catatan kecil dari Bimo. Mengatakan bahwa ia harus berangkat bekerja dan ia juga mengomel karena harus menyelesaikan tugas Adam di kantor. Sarah bilang ia hanya bisa membuat makanan ini dan ia berusaha membuat Adam mau memakan ini karena ia tau bila suaminya ini sedang sakit bakalan susah untuk makan. Adam tersenyum ringan, memeriksa makanannya. Beberapa potong sandwich ada disana. Di bagian akhir catatan. Ia mengatakan jika ada sesuatu yang terjadi, Sarah bisa menghubunginya. Lagi-lagi Adam tersenyum dan mengucapkan rasa terimakasihnya kepada teman nya itu. Dengan cepat ia mengambil ponselnya dan menekan nomor Bimo dan menghubungi pria itu. Tepat pada nada dering kedua, Bimo mengangkatnya, dengan sebuah gumaman. Adam terkekeh. "Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih," ucap Adam. Bimo terdengar mendengus di seberang sana. "Jika kau merasa berhutang padaku, kau harus membayarnya," Adam tertawa. "Aku akan membayar mu nanti," "Kau akan ke kantor?" tanya Bimo. Adam mengangguk, sesaat kemudian ia menyadari kebodohannya, karena Bimo tidak mungkin melihatnya, ia meringis, merasa bodoh. "Tentu saja, aku harus mengambil mobilku. "Akan diantar kan ke rumahmu, kuncinya di ruangan mu kan?" balas Bimo, Adam tersenyum. "Benarkah? Terima kasih," ucapnya riang. ... Hari sudah menjelang sore saat bangun dari tidur siangnya yang panjang. Tubuhnya sudah seratus persen pulih dan ia rasa dirinya sudah bisa mengomel lagi. Pagi tadi Bimo menghubunginya bahwa interviewnya akan tetap berjalan besok dan Adam harus bisa masuk. Tentu saja Adam akan masuk besok, membolos lagi dihari ketiga ia bekerja bukan pilihan yang bagus. Saat Adam keluar dari kamarnya, ia melihat Sarah duduk di sofa depan televisi. Adam berdehem, membuat makhluk itu menoleh ke arah Sarah dan tersenyum. "Sayang kau sedang apa,"Sarah yang sedang melamun tersentak sadar dari lamun nya. "oh tidak ada apa-apa sayang aku hanya menikmati suasana saja," ucap Sarah. Sarah melirik jam dinding sekilas. "Sepertinya setengah jam yang lalu,"  "Mengapa kau keluar kamar Sayang,kau sedang sakit beristirahatlah jangan turun dulu dati tempat tidur,"Sarah mengomel melihat suaminya yang bandel itu. Adam yang melihat istrinya itu mengomel hanya tersenyum,"Aku haus sayang, tadi aku memanggil-manggil mu tetapi kau tak mendengarnya,ternyata kau sedang melamun disini,"ucap Adam yang membuat Sarah menyesal sudah mengomel kepada suaminya itu. "Maaf sayang aku tidak mendengar panggilan mu,"Ucap Sarah menyesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD